Minggu, 4 Agustus 2019
Keni baru pulang mengaji ketika listrik padam (sekitar hampir jam 12.00 WIB).
Wah..rumah jadi remang-remang akibat ventilasi yang buruk. Udara pengap, dan mati gaya.
Karena internet juga on off (sebelum mati total), anak-anak ribut tidak bisa akses youtube. Dari group WA kantor, saya tahu, pemadaman ternyata merata di Pulau Jawa dan perbaikan akan memakan waktu 1-6 jam.
Anak-anak mulai gelisah. Beragam permainan yang saya tawarkan tidak mempan karena udara panas.
Baiklah..akhirnya saya memutuskan membawa anak-anak ke Taman Kota Dadap Merah, di Jagakarsa, Jakarta Selatan, tidak jauh dari rumah. Untungnya dua jam sebelum listrik mati saya sudah mendinginkan 2 botol air putih. Lumayan lah bisa buat bekal hapus haus.
Kinan juga saya tawarkan mau membawa mainan apa? Kinan memilih sendok dan sekop pasir, plus sejumlah mobil-mobilan.
Taman lumayan rame,anak-anak kampung sebelah asyik bermain ayunan, kejar-kejaran atau sekedar jalan mengelilingi taman. Kinan pun lalu asyik bermain pasir sambil sesekali menunggu giliran mainan ayunan.
Pukul 15.00 WIB Keni mulai mengeluh lapar, dan minta makan mie ayam. Saya tawarkan pulang sebentar untuk makan di rumah dia menolak. Alasannya....masih mati listrik.
Kami kemudian melipir ke warung mie/bakso terdekat. Uang di saku sisa Rp 23 ribu. Saya pun meminta tolong Bapaknya Keni untuk mengambil uang di ATM dan kami duduk dulu sambil memesan mie (Kinan ikut bapaknya ke ATM).
Eh..Keni kemudian berubah pikiran, ia minta bakso. Sayapun kemudian memesan bakso 3 mangkok (Buat Keni, Kinan dan Bapaknya..saya nanti makan sisa Kinan saja lah, tak bakal habis dia).
Saat saya menuangkan kecap ke mangkok Keni...deg..teringat saya..."Loh ini kan mati lampu, jaringan seluler mati..apa iya ada ATM yang menyala?" Tapi saya masih mikir positif.." Ah..minimarket kan punya genset, punya listrik cadangan".
Saya coba hubungi Bapak Keni agar mengambil tunai saja di kasir minimarket (jika kesulitan mendapat ATM). Tapi.....tak ada jaringan telepon seluler.
Saya pun segera mengingatkan Keni, jangan pesan minuman (minum dari bekal minum saja) dan jangan minta nambah, khawatir uang tidak cukup.
Waduh..nggak beres ini.
Dan benar dugaan saya. Bapaknya Keni datang kembali ke warung mie dengan muka masam. Tak ada ATM yang menyala, minimarketpun tutup. Duhhhhh..saya panik. Bagaimana mau membayar tiga mangkuk bakso ini?
Saya tanya ke Si Abang Bakso, berapa total yang harus saya bayar. Abangnya bilang RP 42 ribu. Matiiiiiii...saya hanya pegang RP 23.000
Sayapun segera "bergerilya" menyusuri setiap saku tas, berharap ada keajaiban.
Nihil..adanya koin-koin 200 dan 100 perak kembalian dari minimarket saat membeli susu Kinan beberapa hari sebelumnya.
Saya kemudian meminta suami saya mengecek saku celana..siapa tau ada keajaiban....Dannnnnn..benarrrrr.. Ada uang RP 20 ribu terselip di saku belakang.
Alhamdulilahhhhhhhhh..... terbayarrrrr.... Rp 23 ribu + Rp 20 ribu = Rp 43 ribu. Masih ada sisa Rp 1 ribu.
Wkwkwkwk,sport jantung ini. Terhindar lah dari wajah masam Si Abangnya yang sudah mengira kita akan ngutang (sampai listrik nyala) ...wkwkwkkwkw
Demikian drama kami saat mati lampu yang menghebohkan Ibu Kota Jakarta itu.
No comments:
Post a Comment