Tuesday, 8 December 2015

Kebodohan Di Udara

Perdana saya reportase rasanya sungguh panas dingin. Padahal hanya suara saja yang diperdengarkan bukan tampang yang dipertontonkan.

Bermodalkan selembar kertas, bulpoint, dan tape recorder, maka saya memulai karir. Lokasinya di Bandara Soekarno Hatta- Tangerang, Banten.  Laporan soal arus mudik. Hal yang sederhana dan seharusnya tidak rumit.

Setelah mengumpulkan data tertulis dan wawancara selesai, maka jadilah sebuah naskah singkat, padat, berisi. Suara narasumber yang akan menjadi insert berita juga sudah saya siapkan.

Detik-detik jelang nama saya di panggil penyiar, jantung saya berdebar lebih kencang dari mobil balap F1, membayangkan  laporan saya ini di dengar bos-bos, dan kalau jelek, maka akan buruklah awal saya sebagai reporter.

Jreng..jreng..musik intro bagaikan suara genderang perang . Bla..bla...bla.....
lead berita lancar. Badan berita lancar. Tapi dibagian insert, terjadi kecauan koordinasi otak dan jari ......ketika saya harusnya memencet tape recorder di tombol play, ternyata yang saya pencet adalah tombol record!
Maka, setelah  saya berkata :
"Berikut keterangan petugas bandara:.... wzzzzzzz...wzzzz.." Nyaris hening..yang terdengar hanyalah suara pita kaset berputar.

Astagaaaaaa....saya panik. Bagaimana ini para pendengar?  Teriak saya dalam hati.
Untunglah Mba Penyiar baik hati mencoba menyelamatkan suasana.
Setelah adegan hening lebih dari lima detik itu penyiar memanggil saya "Mugi..silahkan lanjutkan laporan Anda"
Weit.....dengan suara menahan grogi, malu dan rasa bersalah, saya melanjutkan laporan, lalu menutup reportase dengan menelan ludah yang terasa pahit.

Saya sungguh bodoh dan ceroboh.




No comments:

Post a Comment