Sebulan menjadi reporter radio, saya ditugaskan menjadi wartawan istana wakil presiden (tahun 2004-2006) saat itu wakil presidennya Yusuf Kalla. Saya sempat kecil hati. Ibarat kertas saya baru terisi satu paragraf. Belum banyak pengalaman dan ilmu yang saya peroleh. Semua masih sebatas teori dan sedikit praktek di kampus.
Tapi, tugas adalah tugas. Jika kantor saya saja percaya akan kemampuan saya, maka sayapun harus percaya pada diri sendiri.
Maka..bergabunglah saya dengan sejumlah reporter media lain yang hampir seluruhnya sudah berpengalaman belasan bahkan puluhan tahun. Karena itu sering mereka meledek " Eh...anak kecil..ngapain kesini. Sana pulang, kerjakan PR. Masih kecil sudah kerja"
Ternyata, rekan kerja saya adalah wartawan senior yang saya baca beritanya di koran sewaktu saya masih tinggal di kampung. Atau wartawan televisi yang semula hanya saya bisa lihat di layar kaca, atau reporter radio yang dulu sering saya dengar laporannya. Bahkan salah satu dari mereka adalah mentor saya ketika saya masih kuliah dan mendapat tugas magang. Ah..menyenangkan rasanya, ketika kemudian saya belajar dan bekerja dengan mereka.
Bagi saya mereka adalah guru-guru yang hebat. Guru yang ditempa pengalaman dan guru yang juga tak pernah berhenti belajar.
Selain itu saya juga sesekali di tugaskan ke Istana Presiden dan setiap hari ke Balaikota DKI Jakarta (Gubernur saat itu Sutiyoso ) juga DPRD DKI Jakarta yang memang gedungnya berdempetan dengan Istana Wakil Presiden. Tempat-tempat yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan saya akan ada disana. Bahkan saat kecil, dan mendapat tugas mengarang dengan tema cita-cita, maka saya akan menulis panjang lebar tentang keinginan menjadi guru, seperti ibu saya. Bukan sebagai jurnalis.
Saya perempuan udik yang masa kecil hingga remaja tumbuh tanpa televisi, membaca koran sesekali dan mendengarkan radio lokal setiap hari, harus mengejar ketertinggalan dan mengatasi gagap ilmu.
Disini saya harus belajar politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan sekaligus, karena narasumber yang saya temui ya dari ragam profesi dan semua harus saya laporkan tanpa kecuali. Selain itu saya harus memahami pula isu lokal Jakarta dan sekitarnya karena saya bertugas di Balaikota dan DPRD DKI Jakarta.
Kini belasan tahun berlalu. Masa tugas lapanganpun sudah lama saya tinggalkan. Sibuk berkutat dikantor (redaksi), membuat saya putus kontak dengan teman-teman liputan. Hampir seluruhnya dari mereka juga sudah masuk fase ngandang..alias berkandang (bertugas) di redaksi, memberi kesempatan kepada mereka-mereka yang muda untuk matang di lapangan.
Kadang muncul rasa kangen suasana liputan dan bertanya-tanya dimanakah kini "guru-guru" saya?
Mungkin dulu saya belum sempat menyampaikan terimakasih.
Karena itu melalui tulisan ini saya ingin berterimakasih pada senior-senior saya yang sudah membantu saya belajar dengan instant akan segala hal.
Salam hangat.
No comments:
Post a Comment