Monday, 2 November 2015

Membaca Hatimu

Saat pulang kantor, saya selalu tak sabar membuka tas Ken.
Yang saya cari bukanlah berapa nilai yang ia dapat hari itu, tapi secarik kertas dengan hasil coretan pensilnya.
Ya...karena bagi saya, bagaimana suasana hatinya,  lebih penting dibanding sekedar nilai mata pelajaran. Dan suasana hatinya bisa saya baca di atas kertas.



Apa isi dari selembar kertas itu?
Beragam.
Misal, ketika tragedi crane jatuh di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi (September 2015), Ken 2 hari berturut-turut membuat gambar masjid dan crane yang ia beri  judul : Detik-Detik Crane Jatuh dan Crane Jatuh Saat Jumat Sore, lengkap dengan kalimat "Lailahaillaloh.."




Saat Ken sedang rajin-rajinnya sholat berjamaah di Masjid..ia pulang membawa gambar masjid. Baginya masjid selalu menarik dan tempat menyenangkan. Karena ia sangat menyukai suara adzan, maka ia menggambarkan pula masjid yang tengah mengumandangkan panggilan sholat.



Lalu lain hari Ken menggambar lapangan sepakbola dengan nama tim dari negara-negara yang bertanding.
Atau jika ia sedang ingin menikmati kue, ia akan menggambar kue, lengkap dengan daftar kue-kue kesukaannya.



Lalu ketika suami kepala sekolahnya meninggal karena sakit, Ken membawa pulang gambar areal pekuburan. Pekuburan memang selalu menjadi perhatian Ken, karena menurutnya mirip dengan game di tab-nya : Zombie Plant. Dan sebagai anak yang mampu melihat hal yang tak terlihat, pekuburan menarik karena ia bisa melihat "macam-macam".




Tapi hal yang paling sering ia gambar adalah jalur kereta. Tentu saja ini sesuai dengan cita-citanya menjadi masinis kereta. Baginya kereta adalah hal paling menarik di dunia. Saat menonton Youtube atau Googling, yang ia cari ya..video dan gambar kereta lengkap dengan ciri-ciri masing-masing stasiun satu persatu.



Dan ada satu gambar yang paling membuat saya tersenyum. Ia menggambar Mobil Satelite yang dipakai untuk Live Report di televisi (SNG) bertuliskan News, Berita . Sedangkan di sisi mobil live, ada mobil pemadam kebakaran. Gambar ini bercerita tentang siaran langsung dari lokasi kebakaran.
Rupanya pekerjaan ibunya ia amati dan pahami betul, sehingga ia mampu menggambarkan seperti itu.




Ken
Ibu memang jauh dari sempurna, tapi Ibu selalu memberimu hal terbaik yang Ibu mampu.

Terimakasih sudah memberi pelajaran yang sangat berharga, karena sesungguhnya tak ada sekolah menjadi Ibu kan?

No comments:

Post a Comment