Monday, 18 October 2021

Dokter Muda

Saat pertama kali berobat ke rumah sakit di kawasan Salemba, Jakarta Pusat, dalam ruang tunggu saya mendengar  seorang pasien menyampaikan ketidaksukaannya  ditangani dokter muda. Menurutnya dokter baru tak akan bisa menyembuhkannya, minim pengalaman dan tak bisa diandalkan.Ia hanya menginginkan ditangani dokter dengan gelar profesor.


Apakah anggapan itu betul?


Selanjutnya, saya menjadi seorang pengamat dokter. 


Selama ribuan hari di rumah sakit, saya bertemu dengan banyak dokter. Dokter muda, setengah muda dan dokter senior.


Saya menjadi saksi  dokter muda  yang canggung mengekor kemanapun seniornya, mencatat, lalu bertanya ini itu. 


Saya sama sekali tidak keberatan ditangani dokter muda. Toh apapun keputusan yang diambil dokter muda itu pasti terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dokter seniornya.

Seorang dokter pemula, mereka bukan orang bodoh. Mereka belajar dengan luar biasa, dengan kecerdasan setara penyelamat nyawa dan saya merasa bangga menjadi bagian dari mereka menuju kematangan profesi.


Saya tidak keberatan mereka belajar dari sakit saya, saya tidak keberatan menjadi obyek medis mereka. Saya tidak takut dianggap kelinci percobaan. Saya tidak keberatan mengulang riwayat sakit saya ke dokter A lalu dokter B,C,D,E..hingga X, karena saya tahu jawaban saya akan memberi pengalaman baru kepada mereka. Saya akan selalu  menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka seakan saya baru pernah mendapat pertanyaan itu untuk pertama kalinya.


Jika saya kelak berumur panjang, saya mungkin bisa melihat mereka yang kini canggung, tumbuh menjadi dokter-dokter hebat di bidangnya. Saya akan merasa bangga dan suatu kehormatan bagi saya, jika saya termasuk bagian dari hal yang membuat mereka menjadi hebat.


Sembuh adalah kuasa Tuhan, dan melalui dokter Tuhan bekerja dengan caraNya.


No comments:

Post a Comment