Bagi emak-emak seperti saya,
kebahagiaan tertinggi ya soal anak-anak. Terutama saat anak-anak sehat.
Itu rejeki yang luar biasa. Apalagi bila ditambah memiliki anak soleh
dan pintar. Wuihhh..itu bikin dunia teras uindahh tenan.
Memiliki dua anak, tentu ada dua karakter. Kali ini saya akan cerita soal Si Bungsu Kinan yang usianya 17 bulan.
Di balik tubuh mungilnya, Kinan memiliki jiwa besar yang terkadang saya justru belajar darinya.
Pertama, meski kerap dibuat menangis oleh kakaknya, Keni, (dan selalu harus mengalah), tapi ia sayang sekali dengan Keni.
Ketika
saya marah dengan Ken, maka Kin yang menyabarkan. Bukan dengan
kata"sabar" ( karena ia belum mampu mengucap itu), tapi dengan menaruh
jari di bibir saya, menatap dengan memohon, lalu menepuk-nepuk dada
saya.
Atau saat Ken menangis
karena di marahi Bapaknya (akibat terlalu banyak main game), maka dengan
sukarela Kinan menjadi "pemadam kebakaran". Ia akan mendekati kakaknya,
mengusap-usap punggung, lalu mencium Keni, seakan berkata "Sabar..ya
Kak"
Sewaktu
saya, Kinan dan keponakan, jatuh dari motor dan terluka lumayan parah,
Kinan yag 99,99% baik-baik saja, di depan pintu ruang perawatan
memegangi tangan dokter kuat-kuat, lalu memandang lekat, seakan berkata
"Dokter....mohon rawat kakak saya baik-baik". Sampai-sampai sang dokter
berkata. "Baiklah..sekarang lepaskan tangan saya ya....biar saya bisa
tolong kakak segera".
Selain
itu, Kinan juga paling tahu bagaimana membuat saya tersenyum di kala
susah. Bila melihat saya menangis , Kinan akan memandangi wajah saya
dengan mata mengerjap jenaka, lalu "Ciluk...Ba.."
Tentu saja sedih saya langsung sirna seketika.
Sikap Kinan menyadarkan saya, betapa indahnya berpikir positif, betapa indahnya memaafkan, betapa indahnya kecerdasan emosi.
Tak ada gunanya cerdas intelektual jika tak mampu mengendalikan dan mengelola emosi.
Jadi
...emak..emak...jangan dulu bangga jika anak kita cerdas intelektual.
Karena pintar otak tanpa pintar emosi...bagaikan pakai jaket tapi tak
pakai celana.
Percayalah.
No comments:
Post a Comment