Kemarin, tiba di Stasiun Manggarai, sudah pukul 9 malam. Di depan saya tiga wanita dengan pakaian minim berjalan tertatih-tatih berusaha melewati kerikil antar peron. Sungguh saking minimnya saya sampai hampir bisa melihat (maaf) pangkal paha mereka.
Satu diantaranya menggunakan hak sepatu tinggi runcing, seruncing pensil sehabis diraut. Satu lagi memakai sepatu dengan hak setebal dua tumpukan batu bata, lalu satu lagi menggunakan sepatu booth menutup separuh betis (jadi wajarlah mereka susah berjalan di atas kerikil).
Gaya yang mencengangkan, spektakuler, cethar membahenol.
Saya mengagumi ketiganya. Kemampuan mereka bersepatu dan berbaju seperti itu tentu membutuhkan kekuatan fisik dan kepercayaan diri tinggi. Saya kira mereka pun telah menguasai ilmu bela diri tingkat Jet Lee (sehingga berani mengenakan pakaian seperti itu ditransportasi umum). Mereka pastinya tak khawatir akan adanya pelecehan atau kekerasan seksual.
Dan siapa bilang berpakaian minim itu mudah? Sulit saudara-saudara.
Resikonya begitu banyak. Selain resiko mental yaitu digunjingkan, dicela, juga dibully, mereka harus kuat fisik yaitu tahan udara dingin, punya ilmu anti masuk angin, anti korengan, anti panu, kadas dan kurap. Semua harus terlihat mulus dan cling.
Butuh biaya yang tak sedikit kan?
Saya pribadi tidak terusik dan tidak mengusik mereka yang berbaju mini.
Karena hidup itu pilihan bukan?
Saya memilih untuk melihat semua dari sisi positif.
No comments:
Post a Comment