Sepersekian detik motor roboh, kami bertiga jatuh menumpuk. Pekik kaget Kinan membuat saya berusaha bangun secepat mungkin.
Ardi tersungkur dengan darah mengucur dari hidung.
Panik saya guncang tubuh Ardi yang sempat mengerang lalu terdiam.
"Ardi..dengar Lik, Ardi....Ardi!!".
Entah
darimana, sekian orang datang menyingkirkan motor dari atas tubuh Ardi,
mengangkat Ardi dari atas tanah kering keras tepi jalan dan mendudukan
dalam posisi masih terdiam tanpa respon.
Keponakan
yang saya gendong sedari bayi, keponakan yang selalu saya kangeni,
keponakan yang rajin menyapa saya di BBM, keponakan yang sekian jam lalu
baru saja menanyakan bagaimana menghilangkan bekas jerawat, keponakan
yang beberapa jam lalu saya lihat mematut wajah di cermin, kini saya
lihat terduduk dalam topangan entah siapa dengan wajah penuh darah dan
debu.
Saya
terus guncangkan tubuh Ardi, dan memanggil dengan suara sekeras saya
bisa. Dan dua puluh detik kemudian Ardi membuka mata. Saya tak kuasa
menahan tangis lega.
Semua lalu seperti berputar dengan cepat..Tuhan mengirim orang-orang baik
yang dengan hati emas rela menghentikan kendaraan mereka dan menolong
kami ke petugas medis terdekat.
Sesampainya
di klinik, saya bersyukur tak terkira. Kami bertiga selamat dari
kecelakaan tunggal. Luka Ardi paling parah, dengan belasan jahitan di
telapak kaki dan wajah, juga luka terbuka di lutut. Sedangkan saya
mendapat luka tak seberapa di punggung telapak tangan kiri (tangan ini
saya gunakan untuk melindungi Kinan dari benturan aspal) juga luka
terbuka di lutut yang baru saya sadari sejam kemudian.
Kinan...dengan
ajaib tak sedikitpun terluka. Hanya sedikit pelupuk matanya membentur
tulang belikat saya yang menyebabkan sedikit bengkak keesokan harinya.
Kami bertiga mendapat kesempatan kedua untuk lebih menghargai hidup.
Kami bertiga telah mendapat hadiah dari Tuhan..yang begitu besar, yaitu .....lolos dari maut.
Bekasi, 16 Mei 2015
*lik = tante
No comments:
Post a Comment