Thursday, 23 July 2015

Kesempatan Kedua

Sepersekian detik motor roboh, kami bertiga jatuh menumpuk. Pekik kaget Kinan membuat saya berusaha  bangun secepat mungkin.

Ardi tersungkur dengan darah mengucur dari hidung. 

Panik saya guncang tubuh Ardi yang sempat mengerang lalu terdiam. 
"Ardi..dengar Lik, Ardi....Ardi!!". 

Entah darimana, sekian orang datang menyingkirkan motor dari atas tubuh Ardi, mengangkat Ardi dari atas tanah kering keras tepi jalan dan mendudukan dalam posisi masih terdiam tanpa respon. 

Keponakan  yang saya gendong sedari bayi, keponakan yang selalu saya kangeni, keponakan yang rajin menyapa saya di BBM, keponakan yang sekian jam lalu baru saja menanyakan bagaimana menghilangkan bekas jerawat, keponakan yang beberapa jam lalu saya lihat mematut wajah di cermin, kini saya lihat terduduk dalam topangan entah siapa dengan wajah penuh darah dan debu.

Saya terus guncangkan tubuh Ardi, dan memanggil dengan suara  sekeras saya bisa. Dan dua puluh detik kemudian Ardi membuka mata. Saya tak kuasa menahan tangis lega.

Semua lalu seperti berputar dengan cepat..Tuhan mengirim orang-orang baik yang dengan hati emas rela menghentikan kendaraan mereka dan menolong kami ke petugas medis terdekat.

Sesampainya di klinik, saya bersyukur tak terkira. Kami bertiga selamat dari kecelakaan tunggal. Luka Ardi paling parah, dengan belasan jahitan di telapak kaki dan wajah, juga luka terbuka di lutut. Sedangkan saya mendapat luka tak seberapa di punggung telapak tangan kiri (tangan ini saya gunakan untuk melindungi Kinan dari benturan aspal) juga luka terbuka di lutut yang baru saya sadari sejam kemudian.
Kinan...dengan ajaib tak sedikitpun terluka. Hanya sedikit pelupuk matanya membentur tulang belikat saya yang menyebabkan sedikit   bengkak keesokan harinya.


Kami bertiga mendapat kesempatan kedua untuk lebih menghargai hidup.
Kami bertiga telah mendapat hadiah dari Tuhan..yang begitu besar, yaitu .....lolos dari maut.


Bekasi, 16 Mei 2015

*lik = tante

No comments:

Post a Comment