Wednesday, 1 April 2015

Ahli Gizi

Melihat camilan diperkotaan  jaman sekarang, begitu banyak pilihan.  Sungguh ....terkadang membuat mata, lidah, otak dan dompet saya bingung.
Bentuk, bahan, warna, harga, kemasan dan rasanya begitu beragam, tinggal sesuaikan dengan selera dan dana.

Saat melihat jelly atau agar-agar, saya teringat jelly versi kampung buatan Si Mbah dan Ibu.
Bahannya sederhana: pati singkong, di jerang di atas tungku dicampur dengan parutan santan dan potongan pisang. Taraaaa...tak sampai lima menit, camilan kenyal sudah siap di makan.

Proses mengambil pati singkong juga mengasyikan. Singkong diparut, lalu diperas dengan kain. Memerasnya bukan dengan tangan, tapi dengan papan kayu yang ditekan. Setelah air singkong tertampung , patinya akan mengendap di dasar baskom. Sari pati inilah yang akan dijemur hingga kering menjadi tepung lembut. Nah...jika tepung super lembut ini dipanaskan dengan sedikit air..maka akan manjadi agar-agar versi kampung.

Lalu, saat melihat aneka keripik, ingatan saya kembali ke masa ketika jari-jari saya menghitam mengupas pisang mentah dan singkong, yang  kemudian diiris tipis dan di goreng dengan sedikit air garam.

Dan inilah daftar tambahan "camilan" masa kecil saya : rengginang, jagung, kelapa muda, salak, sirsak, mlinjo, pisang, duku, rambutan, asam, daging pala, duku, buah daun salam,  jambu air jambu biji, aneka dan umbi-umbian ( tales, singkong, uwi, angkrik, lendra yang semuanya lebih nikmat di bakar atau direbus).



Tapi diantara semua proses membuat makanan ringan, saya paling menikmati saat membuat rengginang. Menyenangkan... karena di atas daun waru saya bisa membentuk nasi ketan menjadi bulat pipih. Aroma daun waru akan bercampur dengan aroma alas daun kelapa yang dianyam sebagai alas jemurnya, menjadikan aroma rengginang menjadi begitu menggoda.

Namun ada camilan yang paling saya benci proses pembuatannya, yaitu kerupuk gadung.  Beuh..panennya susah. Sulurnya berduri, umbinya begitu susah dipanen karena kulit yang kasar. Ketika mengupas tangan bisa lecet-lecet. Lalu harus repot pula melumuri dengan abu dapur agar racun-racunnya hilang, untuk kemudian direndam di air sehari semalam. 
Tapi bagitu sudah jadi kerupuk, rasanya sepadan namun tetap menyusahkan..maksudnya susah berhenti ngemil. Maunya lagi dan lagi.
Hahahha

Nah..Itulah camilan kampung. Murah, sehat,  enak dan menenangkan, karena bebas bahan kimia, zat pewarna dan penambah rasa.

Jadi...jangan remehkan orang-orang kampung ya! Tanpa sekolah tinggi, secara alami, mereka itu ahli gizi yang hebat.

No comments:

Post a Comment