Teman-teman menggambarkan cara saya berjalanan mirip badut, atau mirip orang hamil. Waduh..sangat buruk. Jauh dari keanggunan khas wanita seharusnya.
Sayapun membayangkan burung Flaminggo di Kebun Binatang Ragunan yang berjalan begitu agung, dengan kaki panjang langsing elegan. Saya merasa kalah jauh feminim dibanding burung berbulu merah muda ini.
Sayapun minder.
Mencoba memperbaiki diri, browsing lah saya di internet, mencari panduan berjalan yang baik.
Beginilah caranya :
Pandangan lurus ke depan (lah..gemana kalau saya mau belok ya..hahaha), bahu dan kepala tegak (bayangkan ada buku di kepala dan jaga jangan sampai buku jatuh), busungkan dada, lalu tahan/tarik dinding perut ke belakang, dan sedikit tunggingkan panggul bak pantat lebah. Saat melangkah kaki kiri dan kanan harus dalam posisi segaris.
Ehemmm....Maka saya praktekanlah teori ini.
Tu, wa, ga, pat...Wadaw.....baru 10 langkah sudah capekkkk. Dan dilangkah ke 11 gaya jalan saya sudah kembali ke alamnya
Hahhahah
Sayapun mengeluhkan hal ini pada kaca-kaca di dinding. Oh..betapa susahnya berjalan cantik. Yah setidaknya meski rupa saya amburadul tapi jika cara jalan saya seperti manuk Flamenggo, bisa menjadi sedikit kelebihan.
Mungkin kah saya salah bedong? Hahahha. Tidak mungkin..setahu saya bedong bukanlah untuk membuat kaki lurus, tapi membuat bayi hangat.
Ketika saya keluhkan hal ini ke Emak saya...dengan santai Emak berkata:
"Lha..emangnya kamu mau jadi peragawati? Jangan membuat berat hal-hal remeh. Jalan itu yang penting tujuannya, bukan gayanya. Berjalan ke arah yang benar...itulah yang paling mulia di mata sesama dan Tuhan"
Nyesss....kata-kata emak rasanya adem di hati
Makasih Mak
No comments:
Post a Comment