Dulu, saya sering tercenung di depan tukang sayur. Memandangi aneka rupa bahan lauk pauk dengan pikiran mengambang.
Apa yang harus lebih dulu saya beli? Semua harus mempertimbangkan selera perkepala. Anak-anak, suami dan asisten rumah tangga. Kalau selera saya sendiri sih tak perlu dirisaukan. Saya pemakan segala, tanpa pilih-pilih rasa. Asal lapar, semua enak.
Karena itu, terkadang saya berdiri agak lama, memperhatikan ibu-ibu lain berbelanja.
Tenyata, berdasarkan pengamatan ekor mata saya, mereka hanya menghabiskan 20 ribu untuk lauk pauk aneka rupa.
Sayapun pelajari triknya.
Begini :
Bawang putih dan merah 2ribu
Cabai dan tomat 2ribu
Ikan 14 ribu.
Sop-sopan ( bahan sayur sop) 2 ribu
Atau begini :
Brokoli 4ribu
Tempe 2 ribu
Pepaya 9ribu
Taoge 1 ribu
Bawang merah bawang putih 3rb
Pas kan 20ribu?
Saya timbang-timbang nilai gizinya luar biasa sehatnya. Ada protein hewani, vitamin dan serat sayuran juga buah, lalu antibiotik alami (bawang merah dan putih).
Hmmm..dimata saya, ibu-ibu ini adalah manager-manager hebat. Mereka tidak kuliah managemen, tapi menjadi terlatih ditempa keadaan yang memaksa mereka mencari pola untuk bertahan.
Mereka berbelanja sayur bukan diruang berpendingin, mereka tidak butuh daging beku (karena yang mereka beli ikan hidup) sehingga semua bisa dijamin kesegarannya
Mereka tak butuh barcode, tak butuh kantong plastik berlogo, tak butuh gesek kartu, tak butuh gengsi. Yang terpenting gizi keluarga tercukupi.
Merekalah guru-guru hebat yang membuat saya percaya..makanan bergizi tak harus mahal.
No comments:
Post a Comment