Monday, 2 February 2015

Gendong


Dalam dunia "pergendongan " saya orang kuno, tidak bisa menggunakan gendongan bayi modern yang beragam model, merk, cara dan harga. Saya hanya bisa menggendong bayi dengan gendongan kain (jarik).
Hal ini membuat suami saya protes. "Kaya orang desa jalan-jalan ke kota"
Sayapun bengong...loh apa salahnya kalau orang desa jalan-jalan ke kota ya? Memang saya orang desa yang hidup di kota kan?

Entahlah..bagi saya gendongan modern itu merepotkan, kunci sana kunci sini, silang sana silang sini. Belum lagi ketika bayi rewel akan ngamuk dan susah dimasukan ke gendongan.
Bukannya praktis malah merepotkan. Butuh dua orang untuk memasangkan.
Ribet..

Tapi memang di Jakarta sudah jarang orang memakai kain untuk menggendong bayi. Saya lihat hanya ibu-ibu pengamen dan pengemis yang menggunakannya. Itupun tak banyak. Sebagian dari mereka juga sudah beralih ke gendongan modern.
Jadi saya pikir wajar saja jika kemarin saya gendong Kinan ke Kebun Binatang Ragunan, banyak yang melihat saya dengan heran. Pasti kain gendong saya penyebabnya. Mungkin mereka mengira saya datang jauh dari pedalaman  nun jauh di sana.

Memang kain gendong saya terlihat kontras dengan ibu-ibu yang berseliweran dengan gendongan terkini dan juga stroller jutaan rupiah.
Ra popo lah...yang penting Kinan nyaman.

Jadi ingat,  ketika saya masih kerja lapangan, pernah melihat orang Jepang, suami istri dengan bayi, jalan - jalan ke mall di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, menggunakan juga gendongan kain jarik.
Tapi yang pasti gaya dan tampang mereka kaya, ndak buluk seperti saya.

Hahahhaa

No comments:

Post a Comment