Dari semua kompetisi lintas alam yang pernah saya ikuti, satu yang paling berkesan, yaitu lintas alam di Banyumas Jawa Tengah.
Temanya: Lingkar Tanah Lingkar Air, terinspirasi dari judul buku hasil tulisan sastrawan hebat yang lahir disana, Ahmad Tohari.
Kami, satu tim, 4 perempuan.
Medan yang harus dilewati cukup berat. Naik turun bukit, menyusuri sungai, ladang dan sawah.
Tentu saya kami buta kondisi lapangan, hanya berjalan mengikuti petunjuk yang di pasang panitia. Jaraknya 40 km, dengan waktu tempuh 3 jam.
Sejak start, saya terlongo melihat peserta lain, perempuan-perempuan yang tegap berotot. Sementara kami berempat ceking kurus seperti kebanyakan makan nasi aking.
Tapi ya sudahlah..nikmati saja, wong sudah kadung daftar.
Satu persatu regu-regu perkasa melewati kami. Kontras dengan kami yang jalan lenggang kangkung. Saya pandangi kaki mereka dengan iri. Bagaimana mereka bisa secepat itu? Saya bandingkan dengan kaki ringkih dan dekil yang saya punya.
Sambil berjalan tersuruk-suruk sesekali kami saling bertanya. "Kuat nggak?" Yang masing-masing kami jawab dengan menganguk dan senyum masam.
Indahnya alam Banyumas membuat kami terharu dalam lelah. Sawah, ladang jagung dan singkong, bukit-bukit dengan kayu kalbi dan mahoni hijau royo-royo memberi penghiburan.
Sepuluh kilometer pertama, saya sudah lemah lunglai. Kaki rasanya mau copot. Otot-otot terasa terbakar. Saya hanya bersemangat jika di kejauhan nampak posko panitia yang menyediakan minuman dan singkong rebus.
Dua puluh kilometer berikutnya..makin berbukit. Kami makin tak banyak bicara. Masing-masing berperang mengalahkan nafsu ingin menyerah.
Tapi anehnya tim-tim yang semula gagah perkasa, satu persatu kami lewati. Tampang mereka kini tak jauh beda dengan kami. Hahaha
Sepuluh kilometer terakhir, kaki kami malah terasa ringan. Tak ada lagi bukit-bukit..hanya sungai.
Saatnya kami kejar ketertinggalan. Tu, wa, ga, pat..wus..wus. kami ngebut.
Herannya, kami tak lagi melewati siapapun. Di belakang kami juga tak ada tim yang berniat menyusul. Apakah kami salah rute?
Saya curiga jangan-jangan kami tim terakhir? Jangan-jangan tim lain sudah finis dengan rute yang benar?
Weladalah...buat apa ngebut kalau akhirnya jadi nomor buncit? Wkkwkw...kamipun tertawa dengan strategi konyol kami.
Sampai garis finis, sepi. Tak terlihat ada tim peserta perempuan. Semuanya laki-laki. Weladalah...bingung kami bertanya sana sini. Ternyata sudah ada tim perempuan yang finis sebelumnya. Lalu kemana yang lain?
Sambil memijit kaki yang terasa mau lepas, kami leyeh-leyeh dipendopo yang disediakan panitia.
Saya malah ngantuk sekali dan tertidur.
Sampai kemudian saya dibangunkan teman.
"Lihat..ternyata mereka baru datang"
Walah..dari kejauhan nampak tim-tim yang di 10 km pertama melewati kami dengan hebatnya.
Mereka melewati garis finish dengan tampang kacau dan basah kehujanan.
Setelah menguap dan keheranan, saya tertidur lagi.
Hingga kemudian..teman-teman saya menepuk kaki saya dengan kerasnya.
"Bangun...Mugi..kita menang. Kita juara satu?"
Weladalah...seketika kantuk saya hilang.
Masa iya? Lah bukankah sudah ada yang finish dahulu sebelum kami? Apakah saya mimpi..tapi perasaan saya sudah dibangunkan? Wkkwkwk.
Piala pun kami terima dengan suka cita, diringi tatapan sebal ratusan tim lain yang kalah.
Rupanya kriteria pemenang panitia adalah tim yang tepat 3 jam sampai ke finis. Yang tiba sebelum tiga jam justru di diskualifikasi.
Hahaha..rejeki tak akan kemana.
Kali ini saya pandangi kaki ringkih dekil saya dengan senang.
Emakkk...kami menang ...!!
No comments:
Post a Comment