Tuesday, 10 March 2015

Tidur Berdiri

Kerasnya kehidupan di Jakarta membuat sebagian orang memilih "memindahkan tempat tidur" ke Commuter Line, alias tidur di kereta.
Salah satunya saya. 
Saat beruntung ya tidur sambil duduk, saat apes ya tidur sambil berdiri.


Jika saya tidak mengantuk sangat mengasyikan memperhatikan orang-orang yang terlelap. Gayanya macam-macam, ada yang mendongak ke atas dengan mulut menganga, atau setengah ternganga. Ada yang menunduk sampai terlihat seperti terhuyung-huyung, dan ada yang menyamping seakan-akan mencari bahu untuk bersandar. 
Tapi sebagian penumpang lagi lebih siap menghadapi kantuk. Mereka  menutup separuh muka menggunakan masker atau syal sehingga mau tidur dengan gaya apapun expresi wajah tak akan terpampang nyata.


Jika saya tidur duduk..sebisa mungkin saya menunduk, (seperti orang yang sedang diomelin emaknya). Jika tidur berdiri, saya juga sebisa mungkin menunduk (seperti murid yang disetrap gurunya). Tak perlulah khawatir jatuh, wong saking padatnya penumpang, maka badan saya akan  tetap berdiri tegar karena tertahan oleh tubuh-tubuh penumpang lain.


Begitulah  saya (dan pe-ngantuk lainnya) bisa sejenak melepas lelah, walaupun seringnya malah bertambah lelah karena harus berdesakan, berjuang sekuat jiwa dan raga untuk naik dan turun. Hahahha


Pernahkan saya kebablasan karena terlalu lelap? Tentu saja pernah.
Saat itu saya sedang kebagian tidur berdiri alias penumpang padat. Harusnya saya turun di Stasiun Manggarai, tapi saya baru terbangun jelang Stasiun berikutnya, Sudirman.
Celingak celinguk kebingungan sayapun turun lalu berjalan menunggu kereta ke arah Manggarai kembali. 
Saya bayangkan sendiri, wajah saya bisa dipastikan seperti orang hilang.

Alamakkkkk

No comments:

Post a Comment