Saat sedang makan di restoran cepat saji, di meja sebelah saya duduk 2 wanita bohay dan satu pria. Tapi anehnya selama 10 menit saya amati, mereka tidak saling berbincang, tapi asyik dengan gadget dan makanan masing-masing. Wajah si pria nampak tertekan. Sesekali menyomot ketang goreng tanpa selera. Sedangkan duo bohay heboh berfoto selfie baik berdua maupun sendiri-sendiri, sambil sesekali cekikikan mirip Mak Lampir.
Sungguh malang nasib pria ini. Di hadapannya ada 2 wanita berdandan super komplit dengan belahan dada menggoda dan ketek terbuka, tapi ia kalah penting dengan gadget.
Bukannya asyik ngobrol, malah ia hanya memperhatikan wanita di depannya mematut -matut diri di depan hanphone.
Alangkah baiknya jika mba bohay juga mengajak si pria ini groufie.. pasti lebih seru.
Terbayang seandainya mereka menikah..mau makan selfie dulu, mau mandi selfie dulu, mau ke toilet sefie, cuci baju selfie dulu, jemur pakaian selfie dulu...cuci piring selfie dulu...suaminya dikacangin.
Ehemmm.
Ungkapan gadget menjauhkan yang dekat mendekatkan yang jauh, sudah lama saya dengar. Kebenarannya ada di depan saya.
Coba seandainya duo bohay ini kecopetan..apakah mereka yang komen di foto yang menolong? Seandainya dua bohay ini dibegal, apakah komentator di foto yang menolong?
Paling mereka yang komen juga sekedar basa-basi, niat menyenangkan. Pujian mereka, belum tentu begitu adanya. Lagipula jika tiap jam selfie, orang lama-lama malas melihat dan malas berkomentar,(kecuali mereka secantik dan sekeren Dian Sastro atau BCL)
Sambil menyeruput mocca float saya menatap pria di depan duo bohay dengan prihatin. Kalau saya jadi pria itu sih mending balik kanan bubar jalan.
Sabar ya mas...mending mas berteman atau pacaran dengan orang yang tidak punya hp dengan kamera depan (hp jadul). Atau paling tidak pacaran dengan orang yang baru kecopetan hp..dijamin dia butuh orang untuk curhat dan bahu untuk bersandar.
Wkkwkww
No comments:
Post a Comment