Ditengah gerbong kereta yang penuh sesak, antara penumpang tak ada jarak semilipun. Terdorong dan terjepit adalah hal yang biasa. Bagi yang setiap hari naik kereta commuter line (di jam berangkat dan pulang kerja) harusnya sudah bisa memahami dan menyiapkan diri.
Tapi tentunya beda orang beda karakter. Tetap saja ada penumpang yang tidak mau menerima keadaan. Si pemilik karakter ini akan protes keras jika tergencet atau terdorong. Tentu saja pihak yang diprotes akan tidak terima, wong kondisinya juga sama saja.
Dan dialog yang tercipta kurang lebih akan serupa, begini :
A : Aduh jangan dorong dong
B. Saya juga di dorong ...kalau mau luas naik taxi saja!
Jika dua-duanya uang sedang banyak, tak punya utang, atau tak sedang berantem dengan suami atau pacar..biasanya dialog hanya akan sebatas dia kalimat di atas.
Tapi jika sebaliknya ..jangan harap! Pasti akan terjadi saut menyaut pertengkaran serupa suami istri...merepet saling lempar kalimat kotor. Bahkan rupa-rupa nama binatang seperti anjing dan babi juga mereka absen.
Jujur kadang saya menyimak pertengkaran mereka, tersenyum geli lalu terkadang ikut emosi. Sebagian penumpang lain kadang ikut menenangkan, atau bahkan memperkeruh.
Tapi saya pribadi akan membela yang di protes.
Menurut saya sejauh tidak di injak atau tercekek, tidak usah komplain. Memang begitu kondisi kereta ketika penuh. Maklumi.
Bicara soal nyaman...percayalah..kondisi kereta saat ini jauh 1000 kali lebih baik dibanding sebelumnya.
Menjadi penumpang di kereta memang tidak boleh manja. Dan membutuhkan fisik sekuat baja.
No comments:
Post a Comment