Wednesday, 24 December 2014

Gagal Makan Hati

Pasca operasi prostat (tahun 1999), Bapak menjadi sangat sensitif dan gampang marah.
Ingin membuat Bapak senang, Ibu berencana memasak menu  istimewa kesukaan Bapak, opor hati, dengan santan super kental.
Berniat berbakti, saya menawarkan diri membeli ke pasar. 

Sebelum subuh, mengekor tetangga penjual sayur, sayapun tersuruk-suruk menyusuri jalan desa yang sepi dan dingin, menuju jalan raya di desa tetangga, 6 kilo meter jauhnya.
Berbekal senter, saya sebenarnya ketakutan. Kami berdua, wanita lemah, yang jika berpapasan dengan harimau..habislah. Tapi masing-masing dari kami memberanikan diri karena mengemban misi suci...berusaha untuk orang yang kami cintai.

Melewati batas desa, kami menyeberangi jembatan gantung Sungai Serayu yang cukup lebar. Lalu naik bukit turun bukit dan menyusuri hutan bambu dengan monyet-monyet yang masih tidur.
Sungguh ngeri membayangkan jika tiba-tiba ular berbisa atau phyton muncul dari semak di kiri kanan jalan setapak.
Belum lagi bayangan akan munculnya hantu yang sering jadi cerita mulut kemulut.
Serammmmm

Syukurlah kaki-kaki lemah kami menyentuh pinggiran aspal jalan raya dengan selamat.
Berpeluh di pagi buta, kami menaiki angkutan umum menuju pasar di kecamatan sebelah, Purwonegoro. Tiba di pasar saya kebingungan karena  baru kali ini saya belanja sendiri. Bagaimanakah saya harus menawar? Bagaimana memilih hati yang baik? Tetangga yang semula saya pikir bisa membantu, terlalu sibuk berbelanja dan meminta saya untuk mencari sendiri pedagang hati

Eng ing eng...maka dengan tak percaya diri sayapun berkeliaran sendiri.
Dapat...!

Maka...pulanglah kami  berbarengan dengan matahari yang baru naik. Saya merasa sangat mengantuk dan lelah. Tapi bangga, karena akhirnya saya bisa berbelanja sendiri. 
Apalagi bayangan Bapak akan makan dengan lahap opor hati....amboiiii....senangnya.

Sampai rumah..dengan berbunga-bunga saya sodorkan prestasi belanja saya pada Ibu.
Dan ketika kantong plastik di buka.....bukan wajah senang Ibu yang saya dapat, tapi wajah kaget  bercampur kasihan tak enak hati.
"Loh..kok hati ayam..maksud Ibu beli hati itu, hati sapi. Kalau hati ayam Bapakmu tidak suka"

Walahhhhhh...rasanya saya ingin menangis.....

Betapa bodohnya saya

Niat hati ingin membuat bahagia, tapi justru saya membuat kecewa.


Maafkan saya Pak...Bu.







No comments:

Post a Comment