Wahana wisata dengan konsep kampung, berjamur dimana-mana.
Tinggal pilih sesuai kantong dan lokasi. Sudah seperti wajib pula bagi anak-anak sekolah datang ke sini dengan judul "field trip".
Namanya juga beragam, Kampung A, B, C, dll.
"Menu" yang disajikan juga hampir sama, menanam dan memanen padi, menangkap ikan, dan rupa-rupa permainan tradisional.
Untuk anak kota, merasakan suasana kampung,bisa jadi menyenangkan, sebagai selingan dari kunjungan rutin ke mall dan restoran modern.
Sedikit saya merenung. Membandingkan masa kecil saya dan Ken.
Dulu saya menanam padi dan memotong padi, bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk mendapatkan satu dua periuk beras. Menangkap ikan juga bukan untuk berwisata, tapi agar bisa dijual ke pasar. Kedua kegiatan itu jauh dari menyenangkan. Lelah, dengan hasil yang tak sebanding.
Dan kini, anak kota harus membayar untuk bisa merasakannya.
Kemarin ketika Ken pulang dari salah satu kampung wisata A di kawasan Bogor, sayapun iseng bertanya
"Ken..asyik nggak kampungnya?"
Sambil makan ikan yang ia tangkap sendiri di kolam lumpur, Ken menggeleng?
"Enakan di kampung Mbah, Bu...Yuk pulang kampung saja sekarang.Sekarang juga".
Saya tersenyum sendiri.
Bagaimanapun kampung yang sesungguhnya lebih menyenangkan dibanding kampung gadungan.
No comments:
Post a Comment