Tuesday, 2 December 2014

Air Terjunpun Mati

Jika di Eropa beberapa pemain Sky Ice harus menghindari runtuhan ribuan kubik es, saya pernah mengalami hal mirip...bedanya saya dikejar oleh ratusan kubik kayu gelondongan...!!

Waktu itu saya dan beberapa teman SMA kemping di hutan pinus di kampung halaman kami, Banjarnegara Jawa Tengah
Saking asyiknya mengikuti Elang yang terbang memukau, saya dan dua teman tersesat.
Karena hari akan segera gelap, setelah mengintip kompas, kami memutuskan memotong jalan agar segera kembali ke tenda. Jalan pintasnya....menuruni bukit hampir vertikal !

Berendengan kamipun perlahan menapaki bongkah demi bongkah tanah yang gundul dan rapuh. Bahkan tak ada lagi sisa akar yang bisa kami jadikan pegangan. Duh...kami harus turun lebih dari 100meter.
Lutut saya terasa nyeri menahan takut (ketinggian) dan beban tubuh. 
Tiba-tiba kami mendengar suara gemuruh dan tanah bergetar. Semula saya mengira ada gempa. Dan ketika kami mendongak, astagaaaaa...ada belasan gelondong kayu besar berlomba mengarah ke kami. Kami berteriak saling mengingatkan " Cepat...lari..lari !"
Tak lagi kami perhatikan apapun yang kami pijak.Saat itu yang ada dalam pikiran saya hanya satu "Saya tak mau mati sekarang!"

Dengan ajaib kami selamat. Sampai di dasar bukit, saya merasakan tubuh melayang ringan. Saya telah memaksa tubuh (untuk berlari) sampai batas kemampuan.
Sementara di belakang kami, susul menyusul kayu gelondongan berdebam mendarat.

Di atas bukit terlihat beberapa orang sudah siap kembali menurunkan kayu. Kami mengepalkan tangan, marah. Tapi mereka terlihat tak peduli. Apakah mereka berniat membunuh kami? Apa alasannya? Entahlah.

Dengan sisa tenaga, kamipun bergegas menjauh. Sambil mengatur nafas dan menghilangkan sisa panik, kami berjalan berangkulan.
Tanpa sadar, kami menangis lega.

Lima menit dari peristiwa mematikan itu, kami tiba di sisi bukit yang lain. Ulala.....di depan kami terhampar pemandangan menakjubkan....air terjun yang telah mati!
Tingginya lebih dari 100 meter. Jejak goresan air di dinding tebing membentuk warna yang berbeda dibanding sisi tebing yang lain, seperti garis tegap terang.
Kami bayangkan seandainya masih ada air berjatuhan di sana....betapa indahnya. Sayang sekali air terjun ini terhenti sebelum sempat orang banyak ketahui.
Kenapa?
Penebangan pohon yang membabi buta pastilah penyebab air hilang. Karena bukit-bukit yang memagari air terjun telah bersih dari pepohonan.
Betapa parahnya penebangan di sini. Apakah resmi? Apakah liar?

Beberapa belas tahun kemudian, satu dari beberapa bukit yang kami singgahi itu, runtuh menimpa satu desa dan memakan banyak korban jiwa. 
Salah siapa?
Siapa salah?

Elang yang waktu itu kami lihat pasti tahu jawabnya.




No comments:

Post a Comment