Wednesday 31 December 2014

Sekedar Kalender Baru


Seumur hidup, belum pernah saya merayakan tahun baru. Pergantian tahun, bagi saya hanya sekedar perubahan angka dan harus mencari kalender baru (biasanya saya dapat dari hadiah membeli sarden). 

Saat sebagian besar orang berpesta, meniup terompet dan petasan, lalu mabuk sampai pagi, saya memilih tidur. 

Ketika sebagian orang sibuk menyusun resolusi, saya selalu bingung memikirkan apa target baru dalam hidup saya, wong tanpa tahun baru  juga sudah punya keinginan ini itu, target anu dan ono. 

Memang, pola pikir orang pasti beragam. Jika saya memiliki selera rendah dalam memandang tahun baru, ada sebagian orang yang begitu berkelas merayakannya. Mempersiapkan dengan seksama dan semewah-mewahnya. 
Yang sudah bosan dengan liburan di dalam negeri memilih terbang ke negeri orang. Sah-sah saja lah..wong mencari kepuasan duniawi. Hidup itu yang dikejar kesenangan kan? Memikirkan mati bisa saja kadang-kadang, atau kapan-kapan.

Yang pasti apapun gaya kita merayakan tahun baru...hidup terus berlanjut. 
Jalanilah hari ini lebih baik dari kemarin.

Selamat tahun baru 2015

Kita sambut harga premium yang turun 900 perak. Lumayan masuk kantong. Ditambahin 1100 perak dapat tahu isi tauge sebiji.






Monday 29 December 2014

Qatar : Kecantikan Di Tengah Gurun

Qatar memang tak punya banyak hujan. Tapi kenyamanan dan kesejukan disana bisa disulap dengan uang. Belilah tekhnologi, maka nyamanlah hidup.
Lihatlah..begitu banyak sudut-sudut cantik yang bertebaran di negara seluas "ujung kuku" ini.


Bunga-bunga tumbuh, bersolek disela gedung-gedung cantik, terselip di pantai bersih dan kapal pesiar mewah.


Pemandangan yang sulit di temui di Indonesia, yang katanya tongkat dan kayu bisa jadi tanaman.
Bandingkan dengan deretan kapal pesiar yang ada di   pantai Ancol Jakarta,..Beuhhhh..jauhhhhhhh.


Tak ada orang dibiarkan  miskin. Semua dimanjakan oleh negara yang perut buminya  penuh dengan minyak. 

Standar kehidupan tinggi yang membuat saya merasa ciut. 
Qatar dimata saya adalah kemewahan di balut keteraturan yang sangat mengagumkan.




Sunday 28 December 2014

Beijing : Wanita Penakluk Panas




Ketika "dipaksa" jadwal tour untuk datang ke pabrik obat herbal, saya sungguh tak berminat. Lha..jauh-jauh kok ke Beijing kok ke pabrik. Lebih baik ke Kota Terlarang kan? 

Diiringin aroma jamu-jamuan, kami dibawa menyusuri lorong  yang berisi banyak lukisan dan foto para pendiri pabrik, juga  tokoh-tokoh herbal Tiongkok. Sayang kami tidak diperbolehkan mengambil foto apapun di dalam pabrik. Mungkin demi kerahasiaan perusahaan.

Kemudian munculah  tiga wanita Tiongkok cantik, menggiring kami ke dalam ruangan yang ditata seperti layaknya ruang presentasi, lengkap dengan white board dan proyektor. Ramah mereka menyapa dalam bahasa Indonesia yang sangat fasih. Bla...bla..bla. 
Brosur pun di bagikan. Isinya daftar obat yang akan mereka paparkan, khasiat dan juga harganya.

Pertama di perkenalkan adalah koyo. Walahhh..koyo banyak diwarung sebelah rumah saya Mba....
Sampel  dibagikan. Semua kemudian sibuk tempel koyo disana sini. 
Menyusul kemudian mereka paparkan obat pelancar peredaran  darah, penyehat ginjal dan hati juga  (yang paling disambut meriah oleh pria) obat pendongkrak vitalitas pria.

Tapi yang membuat saya bangkit dari rasa kantuk adalah ketika Si Mba memperagakan adegan mengerikan. Ia menggengang besi panas membara dan kulitnya tetap mulus2 saja.
Wuihhh..sayapun membandingkan dengan debus..
Bedanya  Si Mbak tak perlu mantera dan bertapa. Dia hanya perlu  salep.
Ya..salep anti melepuh yang begitu dioleskan ke luka bakar, bisa melindungi kulit dengan sempurna tanpa meninggalkan bekas.

Ehem...betul-betul luar biasa totalitas jualan Si Mba, ia rela tangannya dengan sengaja mengenggam besi panas demi menunjukan betapa hebatnya khasiat dari salep anti luka bakar yang ia tawarkan.

Saya pribadi bukan terkesan dengan obatnya, tapi terkesan dengan keberanian Si Mbak menggenggam  besi panas.

Itu saja.



Silk Market, Beijing


Disini tak ubahnya seperti Intenational Trande Centre  (ITC)  di Indonesia. Ada baju, tas, sepatu, souvenir dll..komplit. Tiruan aneka barang bermerk berharga super miring, tersedia. Jangan ragu menawar dengan sadis, karena mereka juga menaikan harga dengan kejam. Hehehe
Tapi ingat, sebelum kita yakin dengan pilihan dan barang yang akan kita beli, jangan memegang benda apapun, karena sekali kita menyentuh atau menawar barang, jika kita tidak jadi membeli mereka akan memarahi kita dengan semena-mena. Menawar/memegang, berarti membeli. Begitu aturan tak tertulisnya.
Menurut Om Guide, hal ini di dorong persaingan dagang yang super ketat dan mahalnya harga sewa lapak di sana, sehingga mereka begitu bernafsu mendapatkan pembeli.

Soal bahasa, tak usah khawatir, mereka tahu uang rupiah dan satu dua kata bisa bahasa Indonesia..sisanya....selesaikan dengan bahasa Tarzan.
Saya pribadi tidak terlalu tertarik dengan baju, sepatu, tas atau mainan, karena saya lihat tidak jauh lah dengan yang ada di Indonesia.
Saya lebih memilih berkutat di lantai dasar mencari souvenir khas Tiongkok.

Di Silk Market, kami makan di salah satu restoran  berkonsep all you can eat.
Saking banyaknya pilihan makanan dan  ingin saya cicipi semua...sayapun bolak balik mengisi piring. Aji mumpung..hahhaha.
Salah satu teman, saking nafsunya dengan udang (yang tampilannya menggoda), menumpuk si punggung melengkung ini diatas nasi.
Tapi ternyata...udang mentah beku ! Bau amisnya..mantap. wkwkkwkw.
Walhasil si udang merana dipiring.

Oh ya..di Silk Market juga ada rupa-rupa handphone.Tapi disarankan tidak usahlah membeli, karena jika rusak tidak bisa diperbaiki di Indonesia alias... kita harus balik ke Cina..Lhaaaa..mahal banget ongkosnya ya?

...Anyway ....happy shooping







Wednesday 24 December 2014

Gagal Makan Hati

Pasca operasi prostat (tahun 1999), Bapak menjadi sangat sensitif dan gampang marah.
Ingin membuat Bapak senang, Ibu berencana memasak menu  istimewa kesukaan Bapak, opor hati, dengan santan super kental.
Berniat berbakti, saya menawarkan diri membeli ke pasar. 

Sebelum subuh, mengekor tetangga penjual sayur, sayapun tersuruk-suruk menyusuri jalan desa yang sepi dan dingin, menuju jalan raya di desa tetangga, 6 kilo meter jauhnya.
Berbekal senter, saya sebenarnya ketakutan. Kami berdua, wanita lemah, yang jika berpapasan dengan harimau..habislah. Tapi masing-masing dari kami memberanikan diri karena mengemban misi suci...berusaha untuk orang yang kami cintai.

Melewati batas desa, kami menyeberangi jembatan gantung Sungai Serayu yang cukup lebar. Lalu naik bukit turun bukit dan menyusuri hutan bambu dengan monyet-monyet yang masih tidur.
Sungguh ngeri membayangkan jika tiba-tiba ular berbisa atau phyton muncul dari semak di kiri kanan jalan setapak.
Belum lagi bayangan akan munculnya hantu yang sering jadi cerita mulut kemulut.
Serammmmm

Syukurlah kaki-kaki lemah kami menyentuh pinggiran aspal jalan raya dengan selamat.
Berpeluh di pagi buta, kami menaiki angkutan umum menuju pasar di kecamatan sebelah, Purwonegoro. Tiba di pasar saya kebingungan karena  baru kali ini saya belanja sendiri. Bagaimanakah saya harus menawar? Bagaimana memilih hati yang baik? Tetangga yang semula saya pikir bisa membantu, terlalu sibuk berbelanja dan meminta saya untuk mencari sendiri pedagang hati

Eng ing eng...maka dengan tak percaya diri sayapun berkeliaran sendiri.
Dapat...!

Maka...pulanglah kami  berbarengan dengan matahari yang baru naik. Saya merasa sangat mengantuk dan lelah. Tapi bangga, karena akhirnya saya bisa berbelanja sendiri. 
Apalagi bayangan Bapak akan makan dengan lahap opor hati....amboiiii....senangnya.

Sampai rumah..dengan berbunga-bunga saya sodorkan prestasi belanja saya pada Ibu.
Dan ketika kantong plastik di buka.....bukan wajah senang Ibu yang saya dapat, tapi wajah kaget  bercampur kasihan tak enak hati.
"Loh..kok hati ayam..maksud Ibu beli hati itu, hati sapi. Kalau hati ayam Bapakmu tidak suka"

Walahhhhhh...rasanya saya ingin menangis.....

Betapa bodohnya saya

Niat hati ingin membuat bahagia, tapi justru saya membuat kecewa.


Maafkan saya Pak...Bu.







Tuesday 23 December 2014

Jangan Takut Menderita

Adakah di dunia orang yang tak pernah susah?
Sepertinya hampir mustahil ada. Puteri Diana saja pernah menderita apa lagi saya?
Hanya saja standar deritanya memang beda-beda. Mungkin kalau Mba Paris Hilton sudah galau ketika tidak bisa hadir di pesta-pesta, maka  standar galau saya, ketika beras di dapur tak ada.
Begitulah...

Adakah orang yang terus menerus menderita? Jika ya..mungkin ada yang salah dalam pemikirannya. Janganlah meniru Pak Hamdan ATT yang selalu merasa Termiskin Di Dunia. Karena pada dasarnya..bahagia itu sederhana.
Ya..memang, bagi si A mungkin baru bisa bahagia ketika di hadiahi segepok berlian, tapi bagi saya, saya sudah bahagia ketika anak-anak saya sehat semua.
Begitulah....

Pada dasarnya derita diperlukan agar hidup kita menjadi lebih bermakna, agar kita menjadi lebih kuat dan lebih bisa bersyukur. Percayalah..jangan pernah takut dengan derita. Jika ia datang..tantanglah..kalahkanlah .
Karena menang atas derita adalah bukti kita manusia kuat.
Oh ya...sekalian saya ingatkan, jangan terlalu percaya dengan obat dan jamu yang konon membuat kita kuat dan sehat. Cukuplah dengan makanan bergizi, olahraga dan setumpuk derita......maka kuatlah.

Untuk yang sedang menderita, itu tandanya anda sedang ditempa
Untuk yang sedang bahagia, bersyukurlah.
Karena tak bersyukur adalah pintu menuju derita.

Atau bisa juga kita ikuti kebiasan positif dari Om Charlie Chaplin. Dia pernah bilang,  punya banyak sekali masalah dalam hidupnya, tapi bibirnya tak pernah tahu. Karena itu bibirnya selalu tersenyum. 


Dan jika ada orang yang selalu merasa bahagia tanpa pernah sekalipun menderita..hati-hati..jangan-jangan orang ini gila. Biasanya di tandai dengan tertawa-tawa sendiri.

Begitulah...



Monday 22 December 2014

Pria Yang Menikahi Tiang Telepon

Suatu hari di sebuah apotik.
"Mba..apakah ada obat agar saya bisa tetap kurus meskipun hamil?"
Pertanyaan itu keluar dari seorang wanita berwajah polos, yang langsung dijawab dengan omelan panjang sang apoteker
"Mana ada Mba...namanya hamil ya harus gemuk, kalau kurus, bahaya. Yang penting sehat bayinya, sehat mbaknya....bla..bla..bla"
Setelah apoteker puas memberi wejangan..masih dengan ekspesi lempeng, si wanita hamil ini berkata lagi..
"Soalnya kalau saya gemuk, suami saya tidak suka. Nanti suami saya bisa ninggalin saya"
Beuhhh..makin jengkelah itu apoteker
"Kalau suami Mba selingkuh pas Mba hamil....kasih tahu saya..biar saya potong p***snya

Weladalah....
Dialog "sadis" ini, membuat saya merenung.

Tentu saja, wanita yang punya ke khawatiran seperti si mbak polos itu..buanyaakkk.

Pasca melahirkan, sebagian wanita ada yang beruntung kembali ke bentuk badan semula (bahkan bisa lebih kurus). Tapi ada pula yang perlu campur tangan tekhnologi. 

Bagi wanita berdompet tebal bisa dengan mudah membayar  ahli. Sim salabim ...langsing pun di instant di dapat. Dan ada pula sebagian wanita yang memilih menikmati proses diet plus olahraga.  Namun ada pula yang wanita yang tak pernah kembali ke bentuk semula, entah karena tidak berusaha atau sudah berusaha tapi tak ada hasilnya.

Saya masuk golongan yang tidak kembali ke bentuk semula karena malas berusaha.
Sebenarnya hanya perlu mengurangi dua kg saja. Tapi rasanya susah seperti membangunkan beruang yang sedang hibernasi.
Penyebabnya  karena saya adalah pemakan segala.

Dan bicara soal pasangan yang "kabur" dengan alasan istri menggemuk saat hamil dan setelah  melahirkan, pendapat saya pria ini belum siap menjadi suami apalagi menjadi bapak. Karena itu saya sarankan sebaiknya pria ini menikahlah dengan tiang telepon. Karena tiang ini langsing tak lekang zaman.
Monggo...

Saturday 20 December 2014

Catatan Kinan



Bu...lihatlah, aku berusaha begitu keras untuk bisa membuatmu bahagia. Diusiaku yang baru 10 bulan 2 minggu, aku sudah bisa bicara.
Aku janji akan bisa berjalan dan berlari sebentar lagi. Lihatlah..satu dua langkah aku telah bisa.

Aku tahu Bu, Ibu ingin tunjukan seluruh isi dunia padaku. 
Buku-buku dengan gambar-gambar yang setiap hari kau sodorkan padaku...aku menyukainya. Aku mengingat nama-namanya dan akan kujawab dengan tepat setiap kau menanyakannya.

Bu...lihatlah, aku sudah bisa menyikat delapan gigiku dengan baik. Itu karena setiap Ibu dan Kakak menyikat gigi, aku perhatikan baik  caranya. 

Ibu..akupun ingin selalu mengesankanmu. Aku bisa bermain "Topi Saya Bundar"...tepat seperti yang kau ajarkan. Aku pun bisa Kiss Bye sejak 2 bulan lalu.

Lihatlah bu....lihatlah...
Aku ingin Ibu Bahagia...sama seperti bagaimana ibu membahagiakanku. 
Karena aku tahu..Ibu sudah bekerja begitu keras.

Bu..aku ingin hapus lelahmu ...dengan caraku.






Friday 19 December 2014

Mendadak.... Tentara


Terpesona  dengan film G.I Jane, jelang lulus SMA, saya pernah berniat menjadi tentara. Bukan alasan patriotik untuk membela negara, tapi murni mimpi memiliki fisik dan mental seperti si Mbak Demi Moore.
Persiapan pun di lakukan. Subuh bangun, lari keliling alun-alun Banjarnegara 4 putaran. Push up sit up, setidaknya 500 kali sehari. 
Syarat administrasi saya penuhi, surat ini, itu, anu..semua lengkap.
Dan dengan diantar Bapak, berangkatlah saya ke Purwokerto untuk mencari info pendaftaran. 
Tapi...ternyata oh ternyata, sampai di kantor apa ya (sungguh saya lupa) pendaftaran telah tutup. Huaaaaaaaaaaa..ampunnnn.

Betapa menumpuknya kecewa diwajah Bapak. Rasa bangga anaknya akan menjadi wanita Angkatan Darat musnah sudah. 
Saya pun kecewa, tapi tetap berusaha menghibur.
"Tak apa Pak...mungkin bukan jalan saya kesana".
Dan sepanjang dua jam perjalanan pulang, Bapak tak berbicara sepatah katapun. 
Sementara saya, mencoba melihat dari sisi baiknya, setidaknya, saya sudah memiliki badan kuat dan sehat, lengan sekencang Angelina Jolie dan perut serata milik Jennifer Lopez.

Lalu seiring waktu, ketertarikan saya pada dunia militer pun lenyap. Tak lagi saya mengagumi para tentara. Biasa saja.
Sedangkan umur perut rata saya pun berakhir ketika melahirkan anak kedua.

Ah..saya pribadi tak keberatan perut tak lagi serata jalan raya. 
Mengutip kalimat Mbak Alyssa Milano...bahwa tubuh wanita tidak diciptakan untuk berbikini, tapi diciptakan untuk kenyamanan bayi. 

Siap....Mba...!




Sumber foto : Wikipedia






Thursday 18 December 2014

Bobot Oh Bobot

Ketika masih sebagai  pekerja lapangan, bobot badan saya tak pernah melewati angka 42 kg.
Dengan tinggi 160cm, saya terlihat seperti tulang berjalan.

Tapi setelah full bekerja di kantor, bobot saya naik 10 kg ke batas wajar, berhenti diangka 52 kilogram.
Meski belum dalam kategori kegemukan,  tetap saja, saya terpaksa mempensiunkan celana panjang lama. Si Ken pun sudah berpesan.."Jangan gemuk Bu..nanti Ibu seperti karung beras". Wow...perumpamaan yang mengerikan bukan?

Hamil anak kedua, bobot saya menembus level 66 kg. Tapi begitu melahirkan, dalam waktu dua minggu, si bobot bisa turun ke 54 kg.

Nah..diangka 54 inilah, bobot saya seakan mati. Sepuluh bulan saya berusaha kembali (setidaknya ke level ideal 52), tetapi jarum timbangan tak pernah bergeser dari angka itu.
Usahanya sih tidak keras. Misalnya, hari ini membatasi jumlah makan, besoknya..kalap. hahhaha.

Sayapun termasuk golongan manusia tak pernah berolahraga. Kemana-mana malas jalan kaki, naik angkutan umum. Bersepedapun saya tak bisa (astaga).

Di kantor, kegiatan lebih banyak duduk di depan komputer. Berjalan hanya saya lakukan belasan langkah, ke ruang rapat, meja produser, meja bos sesekali, ke ruang makan ( ini paling sering) dan ke toilet.
Selain itu, karena bekerja shift sore,sampai rumah lewat tengah malam. Tidur hanya 2-4 jam.
Hidup saya jauhhhh dari gaya hidup sehat bukan?

Jadi...tidak pernah berolahraga, kurang tidur, banyak makan...adalah bom waktu menunggu penyakit berdatangan.

Eits....saya tidak boleh sakit. Jika saya ambruk anak-anak saya makan apa?
Saya harus segera merubah pola hidup. Sakit itu mahal.

Pertama..saya harus tidur cukup. Ini sulit dilaksanakan, tapi bisa saya akali dengan tidur sebisa mungkin, dimanapun kapanpun.
Dan bagi saya, tidur dalam posisi berdiri di kereta adalah biasa. Jadi jika nanti anda melihat ada emak-emak tertidur sembarangan, disegala tempat, mungkin itu saya.

Yang kedua, olahraga.
Menurut Si Anlene, asupan kalsium yang cukup, akan maksimal jika diimbangi dengan gerak (minimal jalan kaki 1000 langkah). Maka sayapun bertekad sebanyak mungkin berjalan kaki.

Dari rumah ke stasiun kereta, semula naik angkot, sekarang saya berjalan kaki. Lima menit sampai, hemat empat ribu perak. Dalam sebulan, setidaknya saya hemat 20x4000. Lumayankan?
Sedangkan, dari depan kawasan industri, yang biasanya saya tempuh dengan ojek 7ribu rupiah, saya lakoni jalan kaki...ternyata tak sampai 10 menit.
Hmmm...dihitung dari uang yang terkumpul jika saya ayun langkah, adalah 7000x2x20 hari dalam sebulan...240.000. Setahun? Angkanya menggiurkan.

Jadi keputusan saya untuk merubah gaya hidup, tidak hanya baik untuk estetika..tapi juga hemat dikantong.

Tu wa ga pat..jalan...jalan
Tu wa ga pat..jalan...jalan

Tuesday 16 December 2014

Taoge Mix Tahu

Taoge Mix Tahu

Menu ini kesukaan Bapaknya Ken dan Kin. Murah meriah, praktis, enak bergizi.

Bahan :
Taoge satu mangkok besar
Tahu putih 4 buah, potong dadu
Cabai merah 6 buah, iris halus
Bawang merah 8 butir,iris halus
Bawang putih 4 butir,iris halus
Teri medan 4 sendok makan
Minyak goreng 4 sendok makan

Cara membuat :
Tumis bawang merah, bawang putih, daun bawang dan cabai, hingga harum.
Masukan teri dan tahu, aduk hingga matang.
Tambahkan taoge. Aduk hingga taoge layu.
Angkat.
Sajikan selagi hangat.

Untuk 4 orang
Lama memasak 15 menit.

Catatan :
Jika teri sudah asin, tak perlu tambahan garam.
Teri bisa diganti dengan udang, atau bisa pula ditambahkan jamur.

Selamat mencoba.



Mie Keju

Mie Keju

Keni suka sekali mie instant. Nggak sehat kan jika sering-sering? Jadi saya mencari akal bagaimana membuat mie goreng sehat.
Begini hasilnya :

Bahan :
Mie Telur 1 bungkus
Telur 1 butir
Bawang merah 8 butir, iris halus
Bawang putih 4 butir, iris halus
Daun bawang 1 batang
Daun  seledri 1 batang
Keju parut 1 mangkuk sedang
Kecap manis 2 sdm
Saus Tiram 1 sdm
Minyak goreng 6 sdm
Garam sesuai selera

Cara membuat :
Rebus mie 3 menit. Angkat, tiriskan. Tambahkan kecap, suas tiram dan 2 sdm minyak. Aduk hingga merata. Sisihkan.
Tumis semua bumbu dengan minyak yang tersisa. Masukan mie, dan keju. Aduk hingga menyatu.
Angkat.

Untuk 4 orang
Lama memasak 20 menit





Kampung-Kampungan


Wahana wisata dengan konsep kampung, berjamur dimana-mana. 
Tinggal pilih sesuai kantong dan lokasi. Sudah seperti wajib pula bagi anak-anak sekolah datang ke sini dengan judul "field trip".
Namanya juga beragam, Kampung A, B, C, dll.
"Menu" yang disajikan juga hampir sama, menanam dan memanen padi, menangkap ikan, dan rupa-rupa permainan tradisional.
Untuk anak kota, merasakan suasana kampung,bisa jadi menyenangkan, sebagai selingan dari kunjungan rutin ke mall dan restoran modern.

Sedikit saya merenung. Membandingkan masa kecil saya dan Ken.
Dulu saya menanam padi dan memotong padi, bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk mendapatkan satu dua periuk beras. Menangkap ikan  juga bukan untuk berwisata, tapi agar bisa dijual ke pasar. Kedua kegiatan itu jauh dari menyenangkan. Lelah, dengan hasil yang tak sebanding.
Dan kini, anak kota harus membayar untuk bisa merasakannya.

Kemarin ketika Ken pulang dari salah satu kampung wisata A di kawasan Bogor, sayapun iseng bertanya
"Ken..asyik nggak kampungnya?"
Sambil makan ikan yang ia tangkap sendiri di kolam lumpur, Ken menggeleng?
"Enakan di kampung Mbah, Bu...Yuk pulang kampung saja sekarang.Sekarang juga".

Saya tersenyum sendiri.

Bagaimanapun kampung yang sesungguhnya lebih menyenangkan dibanding kampung gadungan.



Monday 15 December 2014

Oncom Leunca

Oncom saya kenal di Jakarta.
Pertama mencoba, saya tak suka karena rasanya yang aneh. 
Tapi, setelah iseng masak sendiri dengan dicampur leunca dan daun kemangi yang banyak..ternyata enakkkk.
Yuk..masak bareng saya.

Bahan :
Oncom1 papan lebar
Leunca 1mangkok
Daun bawang 2 batang, iris halus
Daun kemangi 2 ikat, buang batangnya
Bawang putih 4 butir, iris tipis
Bawang merah 8 butir, iris tipis
Garam secukupnya
Minyak goreng 60ml

Cara membuat :
Hancurkan omcom, sisihkan.
Panaskan minyak, masukan semua bumbu kecuali daun bawang.
Tumis hingga harum. Masukan oncom, masak hingga kecoklatan lalu masukan leunca, daun bawang dan daun kemangi. Angkat

Untuk 4 orang
Durasi : 15 menit



Smashed Tempe


Smashed Tempe

Pagi-pagi buka kulkas...hanya menemukan tempe. Mau ke tukang sayur,  tak mungkin bawa dua anak dalam kondisi gerimis. Saya mikir, bagaimana caranya tempe ini akan disukai anak-anak?
Munculah ide membuat Smashed Tempe..

Berikut bahanya :
2 papan tempe
1 sendok makan mentega
4 sendok makan minyak goreng
1 mangkuk kecil keju parut
4 sendok makan mayones
4 siung bawang putih iris tipis
8 siung bawang merah iris tipis
1 sdm saus tiram
1sdm kecap manis
Garam secukupnya

Cara membuat :
Hancurkan tempe. Sisihkan
Panaskan mentega dan minyak goreng
Masukan bawang merah dan putih hingga harum. Tambahkan mayones dan keju parut. Lalu masukan tempe, kecap, saus tiram dan garam.
Masak hingga tempe kuning kecoklatan. Angkat

Untuk 4 orang
Waktu masak 20 menit

Catatan : Jika anda penyuka pedas, bisa ditambahkan cabai yang di giling halus.

Selamat mencoba.

Balado Ceker


Jaman saya kecil, setiap memotong ayam (setahun sekali, ketika lebaran) Nenek saya selalu meminta saya untuk memakan ceker, dengan harapan, ketika dewasa kelak saya menjadi wanita mandiri.
Karena itulah....saya menyukai ceker.

Balado Ceker

Bahan :
Ceker 1/4 kg
Cabai merah 8 buah
Tomat 1 buah
Bawang merah 8 butir
Bawang putih 4 butir
Minyak goreng 4 sdm

Cara membuat :
Rebus ceker sampai empuk, sisihkan.
Blender halus bawang merah, bawang putih, cabai dan tomat. Sisihkan.
Panaskan minyak, masukan semua bumbu, tumis hingga harum. Lalu masukan ceker. Masak 5 menit. Angkat

Untuk 4 orang


The Big Guy

Cinta masa SMP sudah, cinta jaman kuliah juga sudah. Sekarang saya ingin cerita, cinta jaman SMA. 

Saat itu, saya jatuh cinta dengan pria tinggi besar bernama Usman, senior di eskul Pecinta Alam (PA)
Tapi...sayang sungguh sayang, The Big Guy sudah punya pacar.  Gadis cantik, tinggi, kulit putih bersih, dan mata indah (anggota PA juga).
Dan tentu saja, cinta saya tak berbalas. 
Tipe gadis yang kala itu jadi pacarnya..dari skala 1 sampai 10, gadis itu 10 saya 1. Hahahha
Punahlah harapan saya.

Sedihnya, gadis cantik ini selalu nempel ke Usman dimana saja...darat, laut dan udara. Jadi setiap melihat Usman, saya terpaksa melihat pesaing saya itu. 
Saya tidak sebal dengan si gadis, tidak iri, justru kagum dengan daya "tempelnya". Meski dalam satu organisasi, saya dan gadis ini tidak saling kenal, tidak saling sapa. Ia terlalu sibuk memandang Usman sehingga mungkin tak bisa melihat saya.

Setiap ada acara PA, dan pasangan ini hadir, saya merasa bagaikan itik buruk rupa. Melongo, memandang diam-diam. 

Secara pribadi, Big Guy adalah pria ramah. Ia pernah sekali datang ke rumah, beramai-ramai dengan teman- teman pria satu gengnya. 
Tentu saja waktu itu saya girang bukan kepalang, sekaligus gugup. 
Sambil makan kacang kulit, kami ketawa-ketiwi. 
Setelah mereka pulang, saya melompat senang. Bagaimana tidak..pria yang saya sukai datang kerumah!
Meski saya tahu, pria besar itu hanya memandang saya teman biasa.

Keesokan harinya...Usman bercerita, bahwa ternyata, jika dirunut-runut saya dan dia masih saudara, kerabat jauh. Buyut kami kakak beradik. Olala...
Dan ..ketika si gadis cantik sedang nempel, pria besar pun memperkenalkan saya..
"Eh..ternyata kami bersaudara loh"
Mau tau reaksinya...hahahha..mengenaskan .....saudara-saudara. Bukan uluran tangan bersahabat, tapi tatapan sinis  yang saya artikan " kamu tidak penting"
Ehemmm... Baiklah.
Saat itu saya berdoa agar si gadis cantik itu tak berjodoh dengan Usman. 
He deserve the best.....
Usman pantas mendapatkan gadis yang tidak hanya cantik fisik, tapi cantik hati. 
Semoga.






Saturday 13 December 2014

Lebih Baik Dari Putri?

Meski tampang dan gaya seperti putra, tapi saya menyukai acara pemilihan putri-putri atau miss-miss-an. Dan setiap ajang kecantikan tayang di televisi, saya menunggu tak sabar. Mata saya akan melotot mencari perwakilan Indonesia.

Aihhh..bangganya jika ada nama "... Indonesia...!" diteriakan dengan lantang, lalu munculah perempuan Indonesia melangkah dengan cantik dan percaya diri. Jreng....jreng.
Itu kalau ajang internasional.

Nah...jika itu ajang kecantikan nasional, yang saya tunggu adalah munculnya perwakilan Jawa Tengah. Maklumlah saya orang Jawa. Lenggak lenggok luwes perempuan Jawa selalu membuat saya terpesona.

Yang pasti, selalu menyenangkan melihat wanita cantik, pintar dan berperilaku baik, berkumpul berlomba menunjukan kemampuan positifnya.
Alangkah baiknya jika mereka mampu menginspirasi setiap perempuan untuk menjadi dan melakukan yang terbaik.

Saya pribadi pernah bertemu dengan sejumlah peserta ajang kecantikan nasional. Mereka memang sungguh cantik fisik, berperilaku sopan dan pintar. 

Bagi saya, apa yang mereka lakukan itu positif. Mereka adalah perempuan mandiri dan selalu punya keinginan untuk belajar. Daripada cantik tapi kerjanya nongkrong di cafe dan club malam, mending ikut ajang cantik-cantikan. 

Lagipula mereka yang melenggang di acara grand final, tentulah perempuan terpilih. Diseleksi dengan ketat dari segi fisik, mental dan isi kepala. Tak mungkinlah perempuan cantik  dungu bisa lolos. 
Selain itu, syarat untuk jadi finalis atau pemenang mereka harus mempunyai kontribusi untuk lingkungan. 
Jadi kalau cantik hanya sekedar jadi pajangan, lebih baik kecantikannya di tukar saja dengan Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSPS). Lebih berguna tuh buat orang miskin.

Karena itu, bagi yang sinis dengan ajang putri-putrian, silahkan saja. Tapi alangkah baiknya jika Si Sinis ini bertanya ke diri mereka sendiri, "Apakah saya lebih baik dari para puteri ?"
Jika jawabannya : "Ya"...saya akan bertanya  " Masa sih?"

Friday 12 December 2014

Toilet Ajaib


Dari sekian banyak toilet umum yang pernah saya gunakan, toilet di Stasiun Klender Jakarta Timur  juara bersihnya.
Tampak luar, biasa saja. Sederhana layaknya toilet umum yang lain. Tapi begitu melewati pintu masuk....aihhhh..harummmmm.
Lantainya kering bersih, wastafel kinclong, lengkap dengan sabun cuci tangan dan bunga-bunga plastik yang memanjakan mata.
Masuklah ke bilik toilet. Harumnya tidak kalah dengan toilet hotel.


Jenis toiletnya, toilet jongkok yang dilengkapi dengan flash. Pilihan cerdas untuk toilet umum higienis.


Beberapa toilet umum yang menggunakan toilet duduk, nasibnya mengenaskan. Betapa tidak? Meskipun namanya toilet duduk, tapi sebagian orang dengan semena-mena nangkrin didudukannya, meninggakkan  noda alas kaki, laksana cap jempol di KTP. Mengerikan.

Jadi..sebenarnya, toilet umum bersih bisa ada di Jakarta.

Rasanya ajaib!




Wednesday 10 December 2014

Dunia Hahahihi


Di dunia ini...ada orang yang hidup hanya untuk ngerumpi. Pagi, siang, malam belum lengkap tanpa obrolan remeh temeh hingga bergunjing.
Ketika sebagian orang sibuk berbuat nyata untuk diri sendiri, keluarga, bangsa, negara, bahkan dunia, dengan santai mereka nongkrong tertawa-tawa. 

Begitulah sebagian dari tetangga saya menikmati hidup. Hahahihi, menguap, bertahak dan kentut..semua dilakukan sembari ngerumpi. Tak ada hal sekecil apapun yang luput dari "ulasan" mereka.

Jika di pikir-pikir, soal daya tahan ngerumpi, mereka cocok dijadikan agen intelejen untuk tindakan mata- mata. 
Misalnya, jika ada koruptor kabur, mereka bisa ditempatkan tidak jauh dari rumah si pencuri uang negara, (di pos kamling terdekat) untuk di tugaskan mengamati siapa saja yang keluar masuk rumah. Di jamin sedetikpun mereka sanggup tak menggeser pantat. 
Beri saja mereka bahan gosip dan makanan, maka urusan nongkrong..lancarrr.

Saya pribadi tak sedikitpun tertarik untuk bergabung. Bagi saya merumpi tak kenal waktu adalah perilaku menyimpang. Sakit jiwa.

Melihat mereka saja saya sudah pusing. Bayangkan..pagi hari mereka nongkrong, siang nongkrong, sore nongkrong, hingga jelang tengah malampun mereka masih hahahihi di depan rumah. Padahal salah satunya memiliki anak balita, yang umumnya, selepas magrib tidur.
Selama nongkrong, anak ini dibawa serta, berkeliaran, berlarian dan seringkali jatuh terluka karena lepas dari pengawasan. 

Bagi mereka kebersamaan untuk bergosip mengalahkan segala kepentingan pribadi dan keluarga. 

Seandainya mereka ngerumpi sambil bisik- bisik, saya pribadi tak akan terganggu. Lhaaaa..mereka ngerumpi dengan suara keras meledak meletup, juga dengan suara tawa yang kerap kali merusak mimpi Keni dan Kinan, bagaikan suara kuntilanak membelah ketenangan.

Dalam hati, saya bertanya,
"Om Jaya Suprana...adakah rekor dengan kategori ngerumpi terlama? Jika kelak ada...
Malaikat juga tahu...tetangga sayalah juaranya!"


Tuesday 9 December 2014

Setrika Bara Bara

Sejak kelas 1 SD, saya sudah wajib menyetrika baju sendiri. 
Karena belum ada listrik, kami gunakan setrika arang. Sumber panasnya bisa arang kayu atau batok kelapa. Suhunya tentu saja suka-suka si arang. Kadang panassss sekali, kadang hanya suam-suam kuku. Karena itu tak heran kala itu beberapa baju harus direlakan bolong-bolong gosong. Sering pula karena ceroboh, potongan kecil bara keluar sehingga terciptalah lubang mungil di kain. Weladalahh

Perjuangan menyalakan sumber panas tidak mudah. Dengan menggunakan sedikit minyak tanah, batok kelapa kering  pun saya kipas-kipas agar menjadi arang.
Setelah menyala sempurna, satu persatu bara diletakan di dalam setrika jago. Sayapun siap beraksi. 

Bagaimana saya mengakali agar suhu setrika aman? Jika panas berlebih, saya letakan setrika di atas lembaran daun pisang yang dilipat tebal. Bunyi desisnya..nyesss..saya suka. Suhupun akan menurun beberapa derajat seketika.
Tapi begitu baju selesai disetrika..beuhhhh baju saya akan beraroma daun pisang gosong. Berasa saya itu seperti bungkusan nasi bakar atau lemper bakar. Hahaha

Setrika melelahkan ini saya lakukan SD hingga SMA kelas 2. 
Begitu listrik masuk desa, kami tak langsung mampu membeli setrika listrik. Kadang meminjam tetangga seminggu sekali.

Dan.....setrika arang ayam jago pun menikmati masa pensiun dengan tenang.

Sunday 7 December 2014

Pendakian Terakhir


Gunung pertama yang saya daki, Sindoro di Jawa Tengah.
Bagi pemula, gunung ini terbaik karena tidak terlalu tinggi (3136 meter) dengan jalur pendakian yang relatif aman.

Seperti harapan pendaki lainnya, saya ingin sampai di puncak ketika matahari terbit. Tapi.....100 meter jelang puncak, kaki saya sudah benar-benar sulit di gerakan.
Sempat ingin menyerah, tapi cerita apa yang akan saya bawa pulang jika berhenti disini?
Dengan menguatkan hati sayapun merangkak.
Hingga akhirnya, seperti bayi berusia 8 bulan, dengan dua tangan dan dua lutut, sampailah saya di puncak.

Amboiiiii

Walaupun ketinggalan melihat matahari bangun, tapi saya masih bisa melihat matahari ketika dua meter bangkit dari "kasur"-nya.
Hahahaha

Saya bersimpuh lama. Bersujud syukur. Rasa lelah hilang. Dipuncak Sindoro yang luas seperti lapangan bola, saya berlari girang, melompat-lompat tinggi dengan niat menggapai awan.

Lalu untuk mengusir lapar, saya dan kawan-kawan memasak mie. Sedangkan coklat di tas sudah mengeras bak kayu jati. Tak mampu saya menggigitnya. Aihhh..ini sarapan paling indah. Seperti dilangit. Awan yang bergerombol serasa mudah di gapai sejangkau tangan.

Hanya 15 menit kami di puncak. Setelah puas memandang hamparan bunga abadi edelweis, kami harus segera turun jika tidak ingin terkena badai.

Saya kira turun lebih mudah dibanding naik. ...hahahhah...salah besarrrrr. Lutut saya rasanya mau lepas menahan beban. Jadi, ketika ada turunan tanpa bebatuan, saya meluncur saja bak main di perosotan.

Sampai di kaki gunung saya menengadah...mengagumi gunung cantik ternyata tak pernah lagi saya daki....hingga kini.

Dan..sedihnya..Sindoro adalah gunung pertama dan terakhir yang saya naiki. Karena setelahnya, orang tua saya tak lagi mengijinkan saya mendaki.
Impian berkunjung ke saudaranya Sindoro, yaitu Sumbing, tak pernah tercapai.

Sekarang..boro-boro naik gunung... jarak 500 meter saja, saya naik ojek...Capek !
Sungguh terlalu !
Saya menjadi begitu pemalas.



Sumber foto : www.travelblog.tictab.com


Gelas-Gelas Pecah


Dipertengahan  tahun 80-an, SD saya nun jauh di kampung terpencil, memiliki tukang kebun. Tapi jika saya amati, dia lebih tepat disebut tukang bel. Karena sehari- hari yang dia kerjakan hanyalah memukul bel tanda masuk, tanda istirahat dan tanda  pulang.
Semua tugas kebersihan, murid-murid yang mengerjakan bergantian, mulai dari membersihkan kelas hingga mencabuti rumput di halaman.
Bahkan kami pula yang harus mencuci gelas minum guru dan mengambil air untuk membuat teh. Kala itu sumur sekolah airnya tak layak minum (karena berkali-kali ditemukan bangkai ular di dalamnya), jadi persediaan air minum harus diambil dari mata air di pinggir hutan bambu. Jaraknya memang tidak jauh dari sekolah, tapi kami harus menuruni undakan tanah yang curam.
Bergantian setiap hari, murid kelas enam melakukan pekerjaan ini, yang seharusnya dilakukan orang dewasa..eh si tukang kebun.

Ada dua ember besar yang kami bawa. Satu untuk membawa gelas kotor untuk dibersihkan, satu untuk mengangkut air .

Perjuangan ke sumber air, baik turun maupun naik sama- sama melelahkan, apalagi ketika hujan turun, kami harus telanjang kaki agar jari kaki kami bisa menghunjam tanah sehingga tidak terpeleset.

Dan saya pernah tak sengaja melakukan kesalahan yang membuat saya takut setengah mati. 
Saat membawa ember gelas, ada dua gelas yang tertumpuk dan tak bisa dilepaskan. 
Saya sungguh panik. Segala cara telah dicoba, mulai dari menarik dengan keras, memasukan air sabun agar licin, menggunakan air panas, juga mencoba dilepas di dalam air.
Hasilnya..nihil.

Takut dimarahi dan disalahkan, saya sembunyikan dua gelas bertumpuk itu di lemari gudang.

Selama seminggu saya gelisah menyimpan rasa bersalah. Teman-teman yang tahu pun, menakut-nakuti saya. Mereka mengatakan...saya harus mengganti.

Tak tahan di bully, akhirnya sambil menangis sedih saya ceritakan tragedi gelas bertumpuk itu ke Ibu. 
Ibupun menyelamatkan saya dengan gagah berani. Beliau menemui tukang kebun, menceritakan kesalahan saya, meminta maaf dan siap mengganti.
Tapi rupanya pihak sekolah memahami dan tak menyalahkan.

Beberapa hari kemudian, saya melihat dua gelas pecah di tempat sampah. Rupanya tukang kebun....eh tukang bel mencoba memisahkan gelas tumpuk itu, namun akhirnya pecah.

Sejak itu, saya tak mau mencuci atau membawa gelas. Saya pilih mengangkut air.

Betapapun itu sangat berat.

Saturday 6 December 2014

Ketika Cinta Tak Berbalas




Saya sudah lupa siapa nama aslinya, tapi saking begitu mirip dengan Andra ( kini personel Andra and The Back Bone), orang-orang memanggilnya Andra. Kedua orang ini serupa, bagaikan pinang dibelah kapak.
Dimasa kuliah hanya pada Andra-lah saya jatuh cinta.

Sahabat saya diam-diam mencoba menolong dengan menyampaikan rasa suka saya padanya. Tapi ternyata,  bagaikan pungguk merindukan bintang, bagaikan bertepuk sebelah kaki. Pada sahabat saya, Andra mengatakan saya bukan tipenya. Ia menyukai tipe perempuan anggun,lemah lembut.
Aih...kabar itu jelas membuat saya lemah lunglai.

Penampilan saya kala itu bagaikan tukang batu. Celana jeans dekil dan kaos oblong lengan panjang murahan...jauh dari anggun. Tapi kadang memang  saya lemah (lembut) kok..terutama ketika sedang kelaparan (tak punya uang jajan) atau kena tipes.

Yah...sudahlah ..apa daya. Dalam diri saya, tak ada yang bisa membuat Andra jatuh cinta, tak usahlah dipaksakan. Saya tidak bisa merubah diri saya seanggun putri karena saya tak ada model dan juga tak ada modal.
Sayapun tetap melanjutkan hidup sambil sesekali (jika beruntung) memandang Andra dari kejauhan.  Hahahaha

Dan kini 14 tahun berlalu..tipe pria yang saya sukai jauhhhhhh berubah.
Tipe anak band ? Enggak bangetttttt.
Sayapun heran mengingat kisah Andra. Kok bisa ya?
Yang pasti..untuk menemukan orang yang mencintai saya, saya hanya cukup jadi diri sendiri. Tak harus menjadi orang lain untuk menemukan pasangan. Karena menjadi orang lain itu......capek !

Photo source: www.acara-acara.com