Monday 29 April 2019

Tragedi Pecahnya Dua Botol Sirup



Saat  di dalam sebuah minimarket, tiba-tiba terdengar suara  benda jatuh lumayan keras. Asalnya dari dua botol sirup yang pecah. Penyebabnya tersenggol oleh tas seorang ibu (saya kira usianya 50 an tahun). Pecahan beling pun bertebaran di mana-mana. 

Anehnya  Si Ibu Pemecah Dua Botol Sirup ini, diam saja. Dia hanya mengangkat botol sirup  yang pecah lalu meletakan lagi. SPG minimarket yang saat itu tepat berada di sampingnya pun terkesima tapi diam. Mungkin Si SPG ini tidak enak untuk menegur apalagi meminta tanggung jawab.

Lalu, bagaimana Si Ibu Pemecah?
Sebenarnya dia ke dalam minimarket tujuannya apa juga tidak jelas, sejak masuk ia hanya sibuk dengan gadget tanpa memilih barang. Saking seriusnya dengan gadget sampai-sampai ia tidak hati-hati dan menyenggol botol sirup. Saya duga ia hanya ingin berteduh sambil menunggu ojek online (karena saat itu hujan deras). Si Ibu  ini dengan tanpa berkata maaf sedikitpun, lalu tetap berada di dalam minimarket 2 menit,lalu bergeser ke pintu, lalu pergi.

Setelah Si Pemecah tak terlihat,kasir perempuan bersungut-sungut dan menegur SPG lainnya " Ke mana Si Ibu itu, kok tadi enggak ditegur. Harusnya dia bayar barang yang ia pecahkan. Dua botol sirup pula!"
Saya pun heran, kenapa Si Pemecah ini diam saja?

Saya mencoba berpikir positif, mungkin saja ia tidak punya uang untuk membayar sirup yang ia pecahkan. Tapi alasan itu tidak berarti lari begitu saja dari tanggung jawab. Setidaknya berkatalah maaf. Kasihan, kasir dan SPG harus patungan untuk mengganti barang yang pecah.
Dan kalau dari cara berpakaian, Si Pemecah ini terlihat orang yang mampu (sehat, rapi, bersih, dan badan terawat di usianya yang mulai senja).

Saya jadi teringat saat kuliah dulu. Waktu itu saya pulang kampung dan ingin membeli oleh-oleh di pusat jajanan di ibu kota kabupaten. Tanpa sengaja saya menyenggol sebotol madu yang harganya aduhai ( seharga tiket bus pulang pergi). Dan saya bertanggung jawab dengan meminta maaf dan membayar madu itu, meski harus kehilangan sebagian uang kuliah.

Lalu, kenapa Si Ibu Pemecah Botol Sirup itu tidak mau melakukan hal serupa? Setidaknya....minta maaf.


Kadang kenapa kata "maaf" begitu sulit ya?