Friday 3 February 2017

Sleepless in Sleeper Bus


Ketika ada Bus Antar Kota Antar Provinsi dengan fasilitas tempat tidur, saya membayangkan bus yang nyaman dan lega.
Hmmm..bisa tidur dengan nyaman laksana di pesawat kelas bisnis.
Jadi, Oktober 2016 lalu,  ketika saya punya kesempatan mudik bertiga dengan anak-anak, saya tanpa pikir panjang memutuskan menggunakan Sleeper Bus Brilian. Pertimbangannya, anak-anak akan nyaman tidur sepanjang perjalanan. 

Sayapun bertanya pada Mbah Google dan menemukan lokasi penjualan tiketnya tidak jauh dari rumah. Naik motor 10 menit lah. Cusss ...saya dan suami naik motor menuju lokasi. 
Ketika menelepon pihak agen di beri petunjuk " deretan buah-buah setelah perempatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Yuk mareeee....

Penyusuran pertama. ...mata kami tak dapat menangkap yang namanya Agen Bus PO Brilian. Kami hanya bisa melihat agen bus lain dan buah-buahan yang berderet. Lalu kamipun mencoba balik  sekali lagi. Dan mendapat petunjuk di ujung penjualan buah. 
Wus ..melotot..melotot..buka mata-buka mata. Ketemulah agen penjualan tiket yang kami maksud.
Oh mama..oh papaa...jauh dari bayangan saya. Ternyata hanya agen bus kecil tanpa petunjuk apapun soal Bus Brilian. Bayangan saya, dengan  harga tiket Rp 240 ribu/ orang  dan fasilitas bus yang terbaca aduhai...saya berharap ada ruang tunggu yang yaman ber AC dengan bangku-bangku yang asoy.
Hmmmm...yang ada kami harus menunggu dipinggir jalan dan got berdebu, dengan bangku -bangku kayu seadanya.
Seandainya saya sendiri..tak masalah. Mau nunggu di got bertikus busuk sekalipun..saya akan tabah. Tapi saya membawa dua anak, dan satu diantaranya belum genap usia 3 tahun. Belum lagi jam berangkat yang molor lebih dari satu jam. Saya kebingungan menenangkan anak-anak yang merasa tak nyaman dan juga tak sabar.
Dan ketika akhirnya busa datang, kami harus mencopot sepatu dan berganti dengan sendal yang mereka sediakan.
Begitu masuk bus...astagaaaaaaaa. Mamakeeeeee....busnya memiliki lorong yang sangat sempit. Hanya sekitar selebar 30 cm. Tak bisa berpapasan. Jika berbadan gendut..lupakan naik bus ini. Anda tak akan bisa bergerak.
Dan tempat tidurnya...duh Gusti. Karena saya memilih tempat tidur bawah (dengan pertimbangan di tempat tidur atas anak-anak akan terjatuh)...ternyataaaaaa...sangat tidak nyaman.
Si Ken langsung protes. " Buuuu..saya tidak bisa lihat apa-apa, tidak ada jendela, tidak bisa melihat keluar"
Ya karena tempat tidur bawah sisinya adalah badan bus dan bagian kaca bus hanya bisa dinikmati oleh penumpang di tempat tidur atas.
Sayapun sibuk menenangkan Keni. Saya sampaikan, malam hari ada kacapun Ken tak akan banyak melihat suasana luar karena semua gelap.
Sempat saya ingin  tukar tempat tidur di bagian atas, tapi  kondektur melarang karena seluruh tempat tidur sudah dipesan. Yang terlihat kosong akan diisi penumpang yang naik dari Bekasi .
Baiklah apa boleh buat. Kamipun terpaksa menikmati tempat tidur bagian bawah, yang kami rasakan seperti tidur di kolong jembatan.

Televisi yang ada disetiap tempat  tidur ternyata memutar film yang hanya sang supir dan kondektur yang punya kuasa memilihkan judul filmya dengan kualitas gambar yang sangat buruk,  bahkan tidak bisa kami matikan sendiri. Padahal Ken tidak suka tidur ada cahaya. Terpaksa layar saya tutup dengan kain. Saya  sulit  berjalan ke depan dan meminta mereka mematikan TV karena sambil menggendong Kinan mustahil saya bisa lewat lorong tanpa mengganggu penumpang lain yang tertidur. Wifi yang dijanjikanpun tak kuasa untuk memutar youtube. Ya mama ...ya papa.....Rasanya saya ingin lompat keluar bus dan pulang ke rumah.
Lelah dan bosan, Kenipun kemudian tidur.
Eng ing eng...Kinan mulai rewel dan minta turun dari bus, juga  sibuk menanyakan Bapaknya yang tak ikut.
Ya ampunnn siksaan apa ini?  Kinan bahkan minta digendong. Sementara jika saya menggendong di lorong, muka saya akan berhadapan persis dengan penumpang yang tidur di tempat tidur atas kiri dan kanan.
" Untungnya " saya memilih kursi paling belakang yang terdapat 3 deret kursi bus "normal" . Ada juga ruangan yang memungkinkan saya berdiri dengan segala keterbatasan. Jadi saya gendong Kinan disitu berjam-jam hingga ia tidur. Membayangkan saja saya lelah .apalagi melakoni.
Begitu Kinan tertidur...weladalahhhh..Keni terbangun karena diare dan muntah.
Saya baru sadar ternyata kami tidur persis di atas roda bus  yang guncangannya akan terasa tak nyaman .
Sayapun berjibaku membersihkan muntahan dan pup Ken yang untungnya saya pakaikan popok orang dewasa.
Semua saya bersihkan dengan tisu basah. Lalu saya balur seluruh tubuh Ken dengan minyak telon. Dannnn cobaan masih berlanjut . ..Ken pup dan muntah 3 kali.Uhuyyyyy..uhuyyyy.

Entah jam berapa dan dimana (karena kami hanya bisa melihat sisi lambung bus),  kondektur datang memberitahu penumpang bisa turun dan gunakan kupon makan. 
Mana bisaaa ...saya jaga dua anak. Maka biarlan saya lapar. Makan hati dan angin saja. Kondektur yang tahu Ken sakit juga tak berbuat apa-apa hanya menyampaikan tujuan saya baru akan tercapai 4 jam lagi, dan Ken diminta menonton televisi saja (ampunnnnnnn....mana bisa mabuk kendaraan sembuh dengan menonton televisi yang gambarnya blur...).

Begitu Ken membaik..Kinan terbangun dan menangis. Sayapun kembali menggendong Kinan berdiri di ruang belakang.
Untunglah jelang subuh cobaan saya mereda. Ken memilih keluar dari " kolong jembatan" dan duduk dibangku normal. Kinan juga memilih tak tidur lagi, menemani Ken.
Sekitar Pukul 05.00 pagi. Siksaan berakhir.
Kami bertiga turun dari bus dan merasa lega keluar dari Bus yang kami sangka nyaman itu.

Pelajaran dari perngalaman saya...
bagi penumpa dengan anak balita, sebaiknya tidak menggunakan Sleeper Bus ini. Balita dan anda akan tersiksa sepanjang perjalanan. 
Bus ini mungkin cocok untuk penumpang usia  7 tahun ke atas.
Tapi saya pribadi, tidak akan pernah naik bus ini lagi.  Dengan harga tiket yang saya keluarkan ..akan jauh lebih nyaman naik kereta.

Hingga kini, hanya dengan  membayangkan perjalanan saat itu....saya lelah.

Andromax M2Y...Yeahhhhh



November 2016 saya membeli Andromax  M2Y dari teman. Ternyata oh ternyata jika dipakai di rumah, jaringan tidak ada.
Lalu saya coba di kantor...bisaaaa. Selain itu  kok setiap 15 menit mati dan harus dinyalakan lagi, padahal baterry full. Sempat kepikiran mau saya jual  dan teman kantor juga ada yang menawar. 

Dua minggu kemudian eaaaaa  jaringan Smartfren di rumah jadi lancar..wus..wus. Mungkin pihak Smartfren sudah memperkuat jaringan. Jadi rencana jual saya batalkan.
Tapi baru 3 hari ngebut lah kok...malah sama sekali tak bisa di isi daya. 

Baiklah...sayapun googling dan menemukan lokasi terdekat  Gallery Smartfren ada di Ruko kawasan ITC Depok. Tapi walaupun terdekat, ternyata lumayan jauh dari rumah dan butuh perjuangan menembus hujan plus macet.
Tak apa, demi anak-anak  bisa internetan saya jalani semua dengan tabah.

Sampai di Gallery Smartfren..eaaaa..ternyata di ruang tunggunya tak ada tempat duduk bagi pengantre. Kasihan bagi yang sudah sepuh. 
Memang saya tak antre terlalu lama, tapi bagaiaman jika sedang ramai?
Sayapun kemudian menyampaikan masalah Andromax saya yang nyambek. Sempat disarankan beli baru saja, maka saya jawab.."Lah mbaaa..itu juga baru". Lalu saya diminta menyerahkan bukti pembelian. Eaaa..saya jelaskan saya beli dari teman dan teman dapat dari hadiah undian. Tik tok..tik tok.....
Akhirnya diputuskan saya dapat pengganti Andromax M2Y baru..freee. Asyekkkk.

Tapiiiii berhubung stok barang serupa tak ada, maka saya diminta menunggu satu bulan. Jika barang sudah ada saya dijanjikan akan ditelepon. Dan jika dalam satu bulan tidak ditelepon, saya diminta datang saja.

Saya tunggulah hari demi hari, tak jua ada telepon menghampiri. Baiklah  saya datangi saja.
Datang ke dua kali,tak lama menanti saya kemudian dapatlah Andromax pengganti. Beda warna tak masalah.
Senangnyaaaa...

Sayapun pulang dengan hati senang.

Kini saya bisa internetan lagi dengan ngebut...wuz..wuz. Terimakasih Smartfren.