Sunday 16 September 2018

Ibu....Berlututlah...


Belakangan ini, perilaku Kinan (4 tahun 9 bulan) membingungkan saya.
Dari anak yang sabar, ia berubah menjadi temperamental. Mudah sekali marah. Hanya karena hal kecil yang sebelumnya tidak membuatnya emosi, menjadi penyulut teriakan, dan lemparan sejumlah benda.

Saya benar- benar kebingungan.
Balik memarahinya hanya berakibat dia menangis panjang.
Bicara pelan dan mencoba memberi pengertian dengan kalimat sederhana juga tak mempan.
Hampir setiap menit rumah kami diwarnai amarah Kinan.

Saya merasa sangat tertekan. Dan emosi saya, Kinan rasakan, sehingga ia justru semakin susah dikendalikan.
Pertengkaran dengan Kakaknya juga terjadi seakan tanpa henti.
Tak boleh Kakaknya mendekati saya , menyentuh barang-barangnya.
Seisi rumah harus tunduk pada keinginannya.
Duh..gusti ..paringono sabarrrrr.


Sayapun mulai mencoba beragam cara, dimulai dari time out.
Setiap berteriak atau berperilaku kasar, Kinan harus duduk di pojok hukuman selama 4 menit.
Tapi cara ini tak berhasil. Ia akan memanipulasi saya dengan menangis keras dan menghiba meminta maaf.
Setelah saya maafkan ia akan melakukan lagi dan lagi.

Lalu time out saya rubah lokasinya. Tidak lagi di pojok ruangan, tapi di kamar mandi, dengan pintu tertutup (tanpa dikunci).
Cara ini juga hanya efektif sehari dua hari. Selebihnya tak menghentikan perilaku negatif Kinan.

Cara lainnya adalah dengan memberlalukan hukuman yang sama  baik untuk Keni ataupun untuk Kinan, jika keduanya bertengkar.
Bila keduanya tak mau sama-sama menahan diri maka keduanya harus menenangkan diri dikamar mandi.
Tapi cara ini gagal menyelesaikan masalah. Pertengkaran mereka malah terus terjadi. Semua saling merasa benar.
 Hingga akhirnya saya capek marah. Saya takut kepala saya medak, dan hati saya meleduk.

Saya memutuskan untuk membiarkan mereka bertengkar, dan mencari penyelesaian sendiri. Selama tidak ada yang terluka..biarkan saja.

Hingga kemudian, sejak 3 hari lalu saya mencoba cara yang saya sebut....metode berlutut.
Saat Kinan marah, saya pegang kedua tangannya, lalu saya berjongkok hingga mata saya sejajar dengan mata Kinan Lalu dengan menatap matanya, saya sampaikan dengan tegas bahwa sikap Kinan tidak baik, dengan saya contohkan bagaimana berkata dengan tenang tanpa teriak.
Ternyata. .....cara ini bekerja dengan baik.....!!!

Emosi Kinan perlahan  bisa teredam. Ia pun tak segan untuk tersenyum, meminta maaf dan memeluk saya.


Mau tau rasanya....the best...!!!

Kenapa cara ini efektif..? Saya kira karena Kinan merasa dihargai. Kinan merasa amarahnya  didengar, tanpa saya berbalik memarahinya.

Saya mencoba merasakan seandainya saya jadi Kinan. Saya harus mendongak setiap kali akan berbicara...tanpa mendongak yang saya liat adalah ...lutut.
Jadi karena lutut dan telinga saya terpisah jauh Kinan mengira ia perlu berteriak agar suaranya bisa saya dengar.


So..bagi orang tua yang mempunyai masalah sama dengan saya, cobalah Metode Berlutut. Sejajarkan mata anda dengan si kecil, tatap matanya dengan penuh kasih. Karena berbicara dengan lutut itu tidak enak loh Bu...


Percayalah....