Friday 30 May 2014

Rantang Oh Rantang

Berbekal surat undangan pengambilan hadiah, saya datang ke Mall Tamini Jakarta Timur (tetangganya TMII). Tujuan saya mengambil hadiah dari salah satu Bank.

Hadianya apa sih?

Hahaha.. rantang saudar-saudara hanya sebuah rantang. Tapi berhubung rantang ini konon bermerk dan harganya terbilang mahal maka saya berniat mengambil. Ya namanya saja emak-emak. Apalagi di undangan itu ada embel-embel "pengambilan hadiah tanpa syarat pembelian".

Sampai di sana..beuh, ternyata sampai hampir sejam saya harus melawan bujuk rayu SPG-nya.. Dia ngotot membujuk saya membeli kompor seharga 12 juta...astaga!!!! Wkwkwkw
Sudah berkali-kali saya bilang tidak tapi dengan gigih ala segala cara, Si SPG mencoba menahan saya pergi. 
Jujur saja, saya hanya mendengarkan 10 menit pertama, selebihnya saya sudah tidak lagi menyimak dengan penuh apa yang dia katakan, karena hanya info itu-itu saja berulang-ulang. Si Ken pun sudah gelisah menunggu sampai bibirnya manyun-manyun tak karuan. Lagian juga mau ditaruh dimana kompor segede gaban itu, rumah saya segede kotak sabun!!. Lah wong nyediain uang sekolah si Ken yang mau masuk SD aja kelimpungan apa lagi beli kompor yang harganya 12 juta..haha ..nunggu saya jual ginjal dulu ya mbak...!!

Undangan pengambilan hadiah yang saya tukar ini adalah yang ke lima kalinya, 4 diantaranya hangus karena lupa nukar dan undangan telat saya terima sehingga sudah expired.
Saya jadi membayangkan seandainya selama ini lima rantang itu saya ambil semua satu persatu, berarti setidaknya total 5 jam saya harus duduk mendengarkan segala bujuk rayu.

Duh..hanya untuk sebuah rantang..saya harus dongkol segede keranjang jengkol

Kau Yang Terlarang Untukku





Dengan azas praduga harus bersalah, maka si udang tak segarlah yang jadi penyebab sebagian kulit saya memerah dan gatal. Jika kulit saya putih mungkin mirip udang rebus. Tapi berhubung kulit saya coklat kehitam-hitaman maka jadilah kulit saya seperti udang gosong.


Dan setelah berhari-hari adu kekuatan dengan si gatal, akhirnya sore ini saya menyerah. Antrian di depan dokter kulitpun saya laksanakan dengan seksama.

Hasilnya sebagai berikut :


Pertama : Saya diharuskan mandi dengan sabun bayi..(Haha..maaf Kin, jatah sabunnya saya kurangi ya..sebagian buat emakmu dulu)

Kedua : Kulit saya tidak boleh terkena debu dan bersentuhan dengan karpet, karena di karpet biasanya ada si tengau yang akan membuat kulit sensitif saya gatal

Ketiga : Saya harus menghindari segala macam seafood dan produk turunannya.

Ikan Asin, terasi, kerupuk udang, udang, empek-empek, dan segala kawan-kawannya yang berbau laut harus saya hapuskan dari piring. Bahkan nuggetpun jadi makanan terlarang karena sebagian mengandung ikan laut.


Weladalah... Dokter....semua makanan terlarang itu adalah makanan kesukaan saya.
Saya hanya di bolehkan makan sayur dan ikan air tawar yang harus segar...kalau perlu saya sendiri yang nyebur kolam nangkap ikannya.

Alhasil saya pulang dari rumah sakit dengan lunglai. Sekantung obat saya tenteng. 

Sepanjang jalan, diiringi gerimis sendu..saya mencium aroma udang goreng saus mentega melambai-lambai dari warung tenda.

Teganya..teganya...

Wednesday 28 May 2014

Row..Row..Your Boat

Nama pantainya Kejawanan. Pantai ini memang tidak tertata rapi, tapi tidak ada pilihan pantai lain di Cirebon selain ke sini. Pantai Ade Irma yang dulu dibuka untuk umum, sudah sangat kotor dan ditutup. Bagi saya sih agak mengherankan, karena Cirebon seharusnya adalah kota pesisir dengan julukan Kota Udang, tapi kok miskin pantai bagus.

Untuk mencapai pantai ini, bila naik mobil pribadi, tempat parkir masih lumayan jauh dari bibir pantai, sehingga harus disambung jalan kaki 5 menit. Tapi jika naik angkutan umum, bisa disambung naik becak sampai 20 meter ke bibir pantai. Jika Jalan kaki dari jalan besar pun oke lah, 15 menit. Tepatnya di Jalan Yos Sudarso.

Ada dua bagian di pantai ini. Sebagian untuk parkir perahu nelayan dan kapal pengangkut minyak. Sebagian lagi untuk area wisata.

Pantai ini unik..relatif tidak ada ombak..sangat tenang..sejauh 3 kilometer dari bibir pantai ke arah laut adalah laut dangkal dengan air setinggi paha orang dewasa. Jadi sangat asyik untuk memancing. Sangat aman untuk bersenang-senang. 



 

Saya sempat heran karena banyak orang yang di papah masuk ke dalam air untuk berendam. Ternyata oh ternyata, lumpur dan pasir di pantai ini dianggap memiliki kekuatan "ajaib" untuk menyembuhkan segala penyakit. Konon, awalnya pernah ada pengunjung yang lumpuh, tapi setelah berendam disini, langsung bisa berjalan. Maka beredarlah kabar dari mulut ke mulut sehingga berbondong-bondonglah orang datang berharap kesembuhan. Kalau saya sendiri..entahlah, kurang begitu percaya.

 

Kembali ke soal garis pantai yang super landai..Si Ken sangat menyukai. Dengan menyewa perahu karet Rp.10.000, Si Ken dan bapaknya mendekat ke tengah laut sejauh 3 km dengan di tarik si ibu pemilik perahu. Lumayan lah..selama kurang lebih satu jam Si Ken belajar mendayung..selebihnya ia tak sabar menceburkan diri kelaut.




Setelah puas bermain di laut, tersedia kamar mandi bilas super sederhana dengan harga air per-ember Rp.2000. Bilik bilasnya..hiks..sedikit mengerikan bagi saya karena bisa dengan mudah diintip orang.

Sehabis bermain air, jika perut kosong rupa-rupa pedagang makanan dan minuman ada, tinggal di pilih saja sesuai selera. Kalau keluaga kami memilih minuman Liang Teh Cap Panda (
https://www.facebook.com/pages/LIANG-TEH-CAP-PANDA/111417062230706) yang kami masukan sebagai bekal wajib berjalan-jalan. Kenapa? Karena panas dalam tidak boleh mengganggu saat bersenang-senang dong.


Kalau  ke Cirebon..yuk mampir ke sini...



Cinta Yang Merepotkan


Bapak saya pecinta kucing. Dari keempat anaknya, hanya saya yang ketularan cinta itu.Tak heran sejak kecil saya di kelilingi banyak binatang berkumis. Ya, memang hanya kucing kampung, kalau kucing Anggora berarti Bapak saya kaya raya...hehe.

Jumlah terbanyak yang pernah ada di rumah 11 ekor. Dan jumlah itu segera menyusut seiring dengan protes ibu yang menggema di sudut sudut rumah. Bagaimana tidak..terkadang si kucing ini pup dan pipis sembarangan. Dan ibulah yang membersihkan.

Lalu bagaimana jumlah itu menyusut? Dengan cara di berikan ke tetangga atau siapa saja yang membutuhkan. Bagi saya sih proses beri memberi kucing ini adalah proses yang memilukan, menyayat hati kecil saya, membuat saya menangis sesenggukan di bawah pohon pepaya. Bagaimana tidak? Anak-anak kucing yang lucu itu akan dibawa tetangga dengan karung, dengan alasan agar tidak tahu jalan pulang. Aduhhh...betapa sadisnya cara itu. Si kucing kecil dipisahkan dari induknya dengan semena-mena. Setelahnya saya tidak akan bisa tidur berhari-hari membayangkan betapa takutnya si kucing kecil seorang diri. 




Sekarang, setelah dewasa, saya bisa paham banyak hal yang membuat Ibu saya tidak menyukai kecintaan saya pada kucing.

Begini...Setiap induk kucing pergi dan agak lama tak kembali, saya akan menangis sedih tiada tara. Kenapa? Karena saya khawatir..saya membayangkan si induknya tak kembali, sehingga anak-anaknya akan kelaparan. Tangisan saya ini akan berlangsung terus menerus berjam-jam sampai induknya kembali. Dan tentu saja selama itu Ibu saya akan kesana kemari mencari si induk kucing. Repotkan?

Selain itu, bila waktunya makan siang, saya sering berpura-pura menjatuhkan dadar telur kelantai? Kenapa? Semata karena saya tidak tega melihat tatapan si kucing yang memelas meminta. Tentu saja kebiasaan jatuh menjatuhkan ini akan membuat Ibu kesal..karena telur yang didapat dengan susah payah berakhir di perut kucing, bukan perut anak bungsunya. Hahah..




Selain telur, jatah susu untuk sayapun sering diam-diam saya suguhkan pada si pus. Kenapa? Karena saya ingin si kucing menjadi sehat dan kuat sehingga tidak tertarik lagi mengejar tikus. Apa sebab? Karena di kampung saya, sebagian warga punya hobi meracun tikus, nah bangkai si tikus ini beberapa kali di makan kucing-kucing saya sehingga harus meregang nyawa. Sedihnya..ulala.
Jadi saya akan menangis histeris jika si kucing pulang dengan tikus di mulut. Saya akan dengan sekuat tenaga merebutnya. Tindakan ini hanya sekedar jaga-jaga. Padahal bisa saja tikus yang si kucing bawa itu segar bugar tanpa racun diperut dan sudah tunggang langgang di kejarnya.

Selain segala tangis itu, saking cintanya pada kucing, saya tak tahan untuk tidak mencium mereka, akibatnya bulu-bulu si pus masuk ke saluran nafas. Hasilnya....asma.
Dan ketika batuk plus sesak nafas datang, siapakah yang repot? Ya Ibu saya.

Ah, jika membayangkan semua itu..saya jadi makin sadar..dari kecil sampai dewasa sekarang, belum berhenti merepotkan Ibu saya tercinta.

Maafkan saya ya Bu..

Tuesday 27 May 2014

Partai.... Party


Tempat tinggal  saya di kelilingi 3 kantor DPP partai. Lima menit ke DPP PDIP, 10 menit ke kantor DPP PAN dan 12 menit ke DPP PKS. Ketiganya punya kegiatan masing-masing di musim pemilihan tahun ini. Yang pasti spanduk berkibar-kibar heboh sepanjang jalan tak jauh dari gedung masing-masing. Biru, merah dan hitam-kuning.

Karena yang paling dekat adalah DPP partai merah, hingar bingarnya sering sampai ke rumah saya. Pesta kembang api hingga sirine  mobil pengawal ketua umumnya membahana hingga ke dapur rumah saya. Parkiran kendaraan yang datang ke acara merekapun sampai muntah dibahu jalan depan rumah.

Nah....Kalau partai hitam-kuning jarang bikin hingar bingar di kantor DPPnya. Kalem-kalem saja. Tapi beberapa waktu lalu kehebohan terjadi ketika presiden partainya di tangkap KPK di sini karena kasus korupsi. Berhari-hari mobil satelit beberapa televisi nangkring disana menunggu saat mobil-mobil mewah disita. Selebihnya partai ini DPP-nya nampak dari luar adem ayem saja.

Lalu....kalau si partai biru bergambar matahari..wuih..full bendera dimana-mana. Pernah juga pas melintas disana saya melihat ada kendaraan bak terbuka dengan soundsystem super berisik memperdengarkan bunyi-bunyian yang aneh di telinga saya.

Nah..kehebohan apa lagikah yang akan mereka pertontonkan jelang pilpres yang sudah di depan bulu mata?

Saya tunggu saja lah sambil goreng bakwan jagung di rumah.

Kereta Jakarta Dulu dan Kini


Saya paling tidak suka melihat orang yang tak henti-hentinya mengeluh jika di kereta dalam kota (Commuter Line/CL). Saya duga Si Pengeluh itu adalah orang yang baru pertama kali naik kereta, atau minimal jaranglah..dan yang pasti orang yang manja.
Disaat semua orang juga merasakan hal yang sama tapi yang mengeluh kok hanya seorang dua orang saja (kelihatan kan kualitas mentalnya). Apalagi jika kemudian keluhan itu diteruskan dengan bertengkar karena tidak rela terinjak/terdorong. Haduuhhh..

Naik kereta ya harus rela didorong, diinjek, digencet dan bahkan diketekin atau dikentutin. Jika hal itu semua terjadi pada anda..itu wajar di kereta. Bila tidak ingin mengalami hal itu dimohon memilih moda transportasi lain.

Bagi saya yang pernah merasakan kereta dalam kota di masa "pra sejarah", kondisi kereta saat ini 1000 kali jauh lebih baik. Jadi kalau ada yang masih mengeluh juga saya ingin "lemparkan" Si Pengeluh ini ke kereta 7-10 tahun lalu.

Mau tahu bagaimana kondisinya? Kumuh, tak cukup bangku layak,tanpa pendingin, berdesakan seperti ikan teri di keranjangin dan waktu tunggu tak pasti. Belum lagi copet dan jambret merajalela. Siapa mau naik kereta seperti itu kini? Saya mengalaminya,dulu, setiap hari. Naik kereta bak menantang maut. Siap mati tergencet atau terinjak. Atau harus siap di dorong ke luar kereta oleh penjambret dan penodong ( kereta tanpa pintu dan tanpa penerangan di kala malam).
Di dalam kereta tujuh tahun lalu saudara bisa menemukan rupa-rupa pedagang, mulai dari pedagang peniti hingga racun tikus. Bagi yang mau bunuh diri, dan tak punya nyali lompat dari kereta .. gampang..naik kereta saja banyak racun tersedia. Jika subuh saudara harus siap berdesakan dengan pedagang lemari keliling, pedagang bunga keliling,dan pedagang buah keliling. Belum lagi aneka rupa pengemis segala usia dengan ribuan muslihatnya. Semuanya bisa anda temui sekaligus.Sehingga teman saya pernah berkata.."Mau lihat wajah Indonesia..ya naiklah kereta". Mengerikan.

Bandingkan saudara-saudara... Bandingkan dengan kereta sekarang. Sistem ticketing yang minim kebocoran, bebas PKL, bebas copet dan aman dari jambret. Kereta kini berpendingin, tempat duduk nyaman lengkap dengan tempat duduk prioritas dan juga ada petugas pengamanan di tiap gerbong. Waktu tunggupun tidaklah selama dulu.

Jadi saudara..dengan segala kekurangannya kini, Commuter Line jauh lebih manusiawi 1000 kali lipat di banding 10 tahun lalu.

Janganlah jadi orang yang gampang mengeluh seakan anda orang yang paling menderita di kereta..

Nikmati saja.

Seragam Yang "Seragam"

Belakangan ini setiap berangkat kerja, kok saya banyak sekali melihat orang menggunakan seragam warna merah ya? Cleaning service di Commuter Line seragamnya merah, lalu petugas e-ticketing nya juga berseragam merah. Kalau ke SPBU seragam abang SPBU-nya merah, terus ke supermarket perabot rumah tangga, seragamnya juga merah. Tukang AC di rumah sakit tempat Si Kin di rawat bulan lalu juga seragamnya merah.

Nah..kalau saya berangkat kantor kan seragamnya juga merah. Jadi saya membayangkan orang yang melihat saya mungkin menduga saya cleaning service, petugas e-ticketing, petugas SPBU atau SPG supermarket.

Terserah anda saudara...ada banyak pilihan.

Salah duga ini pernah saya alami ketika sepulang kantor saya menemani rekan kantor ke salah satu supermarket. Berendengan dengan seragam merah, kami masuk ke minimarket dan sibuk memilah milih barang. Tidak lama kemudian ada mbak-mbak cakep mendekat lalu bertanya : "Mba, alat tulis di sebelah mana ya?"

Tuing... Kami sejenak berhenti bergerak, (layaknya di film-film kalau ada adegan terhenyak alias kaget), lalu sejurus kemudian mikir, dimana ya alat tulis? Tapi sebelum kami sempat menjawab, Si Mbak-nya sudah menutup mulut dengan telapak tangannya..saya duga menahan kaget, atau menahan tawa..Lalu Si Mbak berkata.."Eh. Maaf, saya kira mba berdua SPGnya, habis seragamnya mirip, sama-sama merah.."

Saya dan rekan saling. berpandangan..lalu masing-masing membuang muka.

Tak perlu kami mengomentari kejadian ini ini dengan kata-kata. Cukup dengan menarik nafas panjangggg

Mau tau bagaimana perasaan kami?

Sebelllllllll

Monday 26 May 2014

Kuis Itu Tak Ada Yang Gratis




Jika seseorang menang kuis/undian, mungkin orang akan berkata.." Dia beruntung terus ya... "

Nah apakah keberuntungan itu di peroleh dengan begitu saja? Tidak saudara-saudara, tapi dengan kerja keras, berpikir keras..berusaha dan berusaha.



Ketika seseorang menang lomba foto,apakah karena dia beruntung semata? Tidak..perlu kerja keras, mencari ide,mengumpulkan perkakas,wadrobe, mencari lokasi pemotretan, pemotretan..dan jangan lupa..kamera yang bagus agar hasil foto oke..Untuk dapat kamera yang bagus harus mengeluarkan setidaknya minimal 5 jutaan rupiah. Bisakah menang hanya dengan kamera pocket/kamera handphone? Bisa saja,tapi peluangnya sangat kecil jika idenya tidak sangat kuat. Intinya untuk menang dalam sebuah lomba foto perlu kerja keras dan gagasan cerdas. Dan biasanya hadiah dari lomba foto menggiurkan..ya karena memang tidak mudah.

Lalu ada juga kuis yang hanya memerlukan jawaban pendek, tidak lebih dari 2-3kalimat. Nah ini perlu kerja keras otak untuk memilih ide/kata2 terbaik agar memikat hari juri.

Lain lagi jika undian. Undian itu selain mengandalkan keberuntungan, kadang perlu juga modal, mulai  dari sedikit, sedang ataupun besar dan yang sangat besar. Saya pernah melihat komentar disalah satu FP ada yang mengirim 10ribu amplop demi meraih impian mendapatkan Mini Cooper. Tapi tetap tak beruntung alias tidak memenangkan apapun. Namun ada juga yang cukup mengirimkan satu amplop sudah bisa menang.


Dan yang namanya undian tetap saja butuh modal karena kita harus beli produknya. Belum lagi jika produknya susah di dapat, maka harus keluar masuk toko/pasar untuk mencari.

Sedangkan jika sistemnya poin alias banyak-banyakan membeli, ini juga butuh strategi jitu, dan konsentrasi penuh dalam  menghitung agar dana yang dikeluarkan lebih kecil dari nilai hadiah yang di dapat. Bagi sebagian orang tak masalah keluar dana 5 juta untuk membeli produk tertentu (misal sikat gigi atau sabun pencuci piring)  jika nantinya bisa memenangkan hadiah senilai puluhan  juta misalnya. 


Lalu jika kompetisinya adalah kompetisi memasak..hmmm.ini paling repot.karena harus ada resep yang unik, dan tampilan masakan harus oke. Butuh modal tak sedikit juga tenaga dan kreativitas.


Kalau formatmya game? Nah ini biasanya yang jago cowok. Game butuh waktu yang sangat panjang dan keahlian khusus. Tidak semua orang mau dan mampu menekuninya. Biasanya hadiah dari game oleh produk tertentu juga menggiurkan.

Lalu kalau Blog ? Tetap juga butuh modal karena biasanya harus menyertakan foto produk, dan butuh pemikiran serta gaya menulis yang unik. 

Jadi bagi saya..apapun itu yang di dapat dari kuis/undian/lomba/kompetisi/game..tidak ada satupun yang gratis, karena.semua butuh modal. Bukankah untuk online juga butuh modal, mulai dari listrik, laptop/PC atau HP.


Semua butuh modal dan mental. Mental tidak mudah menyerah, mental untuk tetap bangkit mencoba ketika kalah..



Selamat mencoba


Note : foto diatas adalah foto anak saya yang sedang merenungi kekalahannya di undian Indomilk ke Legoland...dan saya menghiburnya dengan cara membesarkan hatinya bahwa masih ada banyak jalan menuju ke Roma..eh..Malaysia


Saturday 24 May 2014

Rengekan Tingkat Tinggi


Sudah seminggu ini Si Ken merengek minta ke Ancol. Apa sebab? Karena ia tergoda oleh cerita teman sekelasnya yang minggu lalu ke Ancol. Padahal Si Ken ya udah beberapa kali ke sana. Tapi mungkin sudah rindu kembali. Apa bagusnya Ancol ya? Pantainya aja penuh dengan plastik sabun dan rupa-rupa sampah. Saya kira mungkin Si Ken pingin kesana lagi karena Ancol adalah satu-satunya pantai terdekat dan bermain pasir adalah kesukaannya.

Tapi rengekannya itu, sejauh ini tinggalah rengekan. Selain karena sangat jauh dari rumah, saya belum ada waktu untuk mengabulkan keinginannya. Dari rumah ke sana saja bila dengan macet bisa 3 jam lebih. Kalau naik kendaraan umum akan repot ketika di dalam kawasan Ancolnya, mosok jalan kaki, bisa gempor kaki segede tales bogor.

Nah..soal rengekan minta ke sana dan ke sini, Ancol bukan yang pertama. Sebelum-sebelumnya permintaan Ken pergi ke suatu tempat lebih dasyat lagi. Terutama jika masa libur sekolah sudah selesai. Teman-teman sekelasnya akan heboh bercerita kalau mereka libur ke Hongkong, Cina, Malaysia, Singapura..sementara liburan Si Ken kemana? Hahah..cukup ke Bogor dan Bekasi naik kereta. Jadi, sepulang sekolah Si Ken akan merengek pergi ke negara-negara yang di kunjungi teman-temannya.Amboi....

Mungkin kah Si Ken minder atau iri? Saya rasa tidak..dia hanya ingin pergi ke tempat yang temannya juga pergi ke sana. Dan semoga suatu saat keinginannya bisa tercapai. Jika bukan orang tuanya yang mewujudkan, semoga dia sendiri..dengan usahanya sendirilah bisa keliling dunia. Karena bagi saya, keluar negeri itu harus..dengan cara apa dan bagaimana yang penting usaha.

Dan ..sebagai orang tua saya hanya bisa berusaha dan berdoa..agar liburan sekolah tahun ini..Si Ken bisa punya cerita tentang sebuah negara yang dikunjunginya.

Semoga

Pesawat vs Angkot



Si Ken hingga hari ini belum mengubur keinginannya ke Legoland Malaysia. Setiap hari masih di bahas juga layaknya anggota DPR bahas RUU yang isinya debat kusir tak berkesudahan. Saya  kadang lelah menjelaskan, tapi ya wong namanya anak-anak kalau sudah punya keinginan  dan merasa sudah di janjikan, ya tetap akan menanyakan sampai keinginan itu tercapai.
Apalagi kalau dia minum susu Indomilk yang masih ada kemasan promo ke Legoland, Si Ken akan menyimpannya baik-baik meski saya sudah berkali-kali jelaskan kalau promonya sudah selesai
Jawabannya ..."Siapa tahu nanti ada lagi Bu"
Hahah,.,, tetep..usaha.

Dan hari ini ketika ke kantor Keni bertemu dengan Atin, teman saya yang akan mengadakan penelitian ke Malaysia, Si Ken ditawari untuk ikut...tapi si Ken menolak jika tidak bareng saya. Lha..saya mana bisa ikut. Cuti melahirkan saja baru masuk sebulan, ya pastinya ndak bisa cuti lagi dalam waktu dekat.

Dan berlangsunglah dialog sebagai berikut :

Atin : "Ken, ikut tante yuk, ke Malaysia"
Ken : "Bertiga sama Ibu kan?"
Atin : " Enggak, Keni sama tante"
Ken : "Ah, enggak mau"
Atin : "Nanti naik pesawat Ken"
Ken : " Tapi naiknya, aku di depan pilotnya ya"

Hahaha..begitulah kalau Si Ken biasa naik angkot duduk di depan, alias disamping pak supir..maka dikiranya naik pesawat juga dia bisa duduk di samping  pak pilot.

Hahahahha

Thursday 22 May 2014

Pakai Sanyoooooooooo




Malam ini, sebelum tidur Si Ken menangis sesenggukan. Wajahnya yang basah oleh air mata ia benamkan ke batal, sehingga isak tangisnya hanya sayup-sayup sampai ke telinga saya.
Sambil saya peluk, saya tanya kenapa. Dan sambil sesenggukan Si Ken berkata 
"Kenapa Ibu selalu ninggalin Keni untuk kerja, dan lama. Kalau Ibu pergi Keni selalu sedih"
Hiks..saya sebenernya pingin nangis juga. Siapa yang nggak nelangsa coba kalau anak ngomong begitu?.Tapi kalau saya nangis nanti tangis Si Ken makin merajalela.
"Loh...kan Kamis-Jumat Ibu libur, temani Keni..dan sabtu minggu Keni ibu aja ke kantor"
"Iya tapi kan Senin, Selasa, dan Rabu, Ibu selalu sorenya meninggalkan Ken, dan nggak ajak Ken ke kantor"

Perdebatanpun sambung menyambung seakan tiada ujung. Sampai akhirnya Ken minta dipeluk.

Dan biasanya jelang tidur, Ken suka jika saya membisikan kata- kata "Ibu sayang Keni" atau" I love you" dan malam ini saya lakukan hal yang sama.

Bisikan pertama
"Ibu sayang Keni"
Aih... reaksi Si Ken matanya berbinar- binar bahagia dan tersenyum manis semanis buah manggis.

Bisikan kedua saya mengatakan hal yang sama tapi sambil saya gelitik.
Si ken tertawa renyah serenyah keripik kentang

Bisikan ketiga saya katakan ;" I love you"

Reaksinya kali ini berubah..tersenyum jahil, sambil bertanya ;
"Apa Bu? Ibu bilang air loyo? Pakai Sanyooooo, dong Bu"

Tuing..tuing..Saya melongo.

Tepuk jidat...
Weladala...korban iklan!
(Ada yang ingat iklan itu di tv?)

Wednesday 21 May 2014

Tua Dan Belum Pensiun



Kami punya motor tua, dia lahir 10 tahun lalu. Sudah buluk sekarang. Saking buluknya, saya rasa malingpun ogah mencurinya (karena akan susah dijual). Mau di jual onderdilnya alias di preteli malah akan makin susah jualnya, wong onderdil udah sepuh semua. Berkali-kali suami lupa mencopot kunci (alias kunci tergantung di motor dengan indahnya), tetep itu motor tidak hilang. Saya rasa malingpun buang muka melihat motor itu.

Tapi, biarpun buluk, motor ini jasanya sangat banyak. Bisa dikata 90 % kehidupan kami ditopang oleh jasanya, dan juga banyak memberi kebahagiaan untuk Si Ken. Berkat bantuannya kami tidak harus naik turun angkot dan lepas dari kemacetan Jakarta.


Dan, selayaknya motor tua iapun kerap bermasalah, mulai dari lampu, rantai, ban hingga rem. Saking tuanya itu motor sudah aus di sana sini. Mur dan baut sudah patah dan berkali di ganti. Sampai-sampai kadang kami khawatir motor itu sudah tak sanggup lagi menahan beban kami yang semakin menggendut. Kami khawatir motor itu tiba-tiba lepas seluruh bodinya alias ambrol...hahaha





Tapi Si Motor Tua ini seperti tahu saat yang tepat dia harus "rewel", yaitu saat kami baru ambil uang dari ATM. Begitu tahu ada uang di saku, mulailah menunjukan penyakitnya, yang lebih sering sih ban kempes, mati lampu atau rantai yang copot..


Ya, saya sih mikirnya positif aja, itu artinya si motor ini tahu diri, kalau tahu si tuannya nggak punya uang ya dia nggak rewel. Dan jika dia rajin kempes ban, anggap saja itu rejeki si abang tambal ban.


Bagaimanapun juga, seharusnya Si Motor memang pensiun, ia sudah lelah menyusuri Jakarta dan sekitarnya, sudah saatnya digantikan oleh si roda dua yang baru. Syukur-syukur digantikan si roda empat.Tapi berhubung uangnya belum di cetak..hahaha... ya....sabar dulu saja ya M
ot...

Monday 19 May 2014

Mak Nyesssss Di Jabal Magnet




Sempat di tutup karena dianggap berbahaya, Jabal Magnet membuat saya kaget. Bukan karena mobil yang bisa berjalan sendiri tanpa kendali dari supir loh (kalau ini sudah banyak yang tahu ya)...tapi karena ada ice cream di tengah-tengahnya, Hehehehe. 

Ice cream di tengah bukit batu yang gersang pasti mak nyess rasanya. Yang berminat silahkan merapat, harganya 1 cone 2 real ( kurang lebih Rp.7.000). Cukup mahal untuk ukuran ice cream yang dalam 3-5 jilat sudah musnah. 

Dan selain itu di sini juga terdapat mobil niaga yang menjual aneka kurma, mulai dari kurma kering hingga kurma segar dan kurma beku. Saya tergiur membeli kurma beku, tapi saya tidak tahu kalau ternyata kurma beku itu kurma segar, yang pastinya akan busuk jika saya bawa pulang kandang 3-4 hari kemudian. Hehhehe.

Saudara-saudara ....meski  di Jabal Magnet pemandangannya hanya  bebatuan, jalan menuju dan keluar dari sini lumayan indah. Ada banyak kebun kurma yang terlewati. Konon di tempat ini adalah tempat dengan daya magnet tertinggi di dunia. Kekuatannya bahkan mampu menjalankan semua kendaraan yang melintas disini. Jadi kalau lewat jalur ini, supir bus/kendaraan lain akan mematikan mesin,..dan wush..wush..mobil tetap melaju loh. Hemat bbm kan? hehehhe

Oh ya..untuk mencapai Jabal Magnet lumayan juga jaraknya dari Madinah, kurang lebih 60 km. Tapi ya..lumayankah untuk mengobati kekecewaan tidak bisa ke Laut Merah, karena lautnya sedang marah..eh salah maksudnya lautnya sedang ditutup pemerintah, dengan alasan tidak ada nilai sejarah..

Owalah...







Kereta Lengang Hatipun Tenang


Seminggu sekali di hari Senin, saya dapat jadwal kerja shift tengah, dari jam 11.00 WIB-20.00 WIB. Hmmm.. jadwal yang sangat membahagiakan untuk emak-emak seperti saya. Pagi hari saya bisa mengantar Si Ken sekolah dan jam 21.00 WIB saya sudah sampai rumah untuk menidurkan anak-anak. Sayang ya, saya hanya kebagian jadwal ini sehari. Hehehe.

Sebenarnya dengan shift tengah saya tidak perlu berdesakan saat naik kereta. Berangkat duduk, pulangpun duduk. Apalagi jalur yang saya lalui melawan arus kesibukan. Sehingga saya sering medapati kereta yang lengang. Saking lengangnya kita bisa  bebas berlenggang bahkan bisa  bebas pula berlarian tunggang langgang..hehehe. Bayangkan jika saya berangkat pagi, pulang pergi saya harus berdesakan seperti teri basah di dalam pepes



Kemarin ketika ramai ada mahasiswa yang marah-marah di Path karena harus memberi bangku ke ibu hamil....saya cuman bisa berkata, "Aih..mental kaya si cewek itu mah tiap hari saya temuin di kereta"

Ya begitulah kejamnya transportasi di Jakartan terutama bagi wanita, anak-anak, lansia dan orang dengan kebutuhan khusus.
Kasus itu bisa jadi pengingat bagi setiap orang agar jangan punya hati sebusuk itu. 
Mulailah dari diri kita sendiri. 
Tunjukan kita peduli.
Yuk..mareeee

Tak Ada Gempa, Tak Ada Banjir




Udara Qatar yang panas berubah menjadi sejuk saat  air minum di bagikan. Sambil ngoceh dengan bahasa Indonesia yang acak adut, Si Guide asal Nepal itu menjelaskan kalau harga air di sana lebih mahal dibanding bahan bakar. Ya iya lah Om..secara Qatar kan perut buminya kembung dengan minyak. 



Tapi, meski melimpah minyak. Mereka minim air bersih, sehingga air minum menjadi super mahal. Hujan disana hanya setahun dua kali. Bayangkan di Indonesia yang sehari bisa hujan dua kali..ehhehe.


Enaknya...di Qatar itu tidak pernah ada banjir (beda dengan di Arab Saudi yang saat hujan bisa banjir), juga tidak pernah ada gempa. Sehingga mereka mau bangun gedung setinggi apapun ya aman-aman saja.

Eh, disana saya sempat juga merasakan Holand Bakery-nya Doha, hehe. Lumayan buat ganjal perut yang malas makan makanan pesawat. 






Oh ya, Qatar itu tidak menerima warga negara baru laki-laki loh. Pokoknya "woman only". Laki-laki non Qatar yang menikah dengan wanita Qatar, jangan harap jadi warga negara Qatar. Tapi wanita non Qatar yang menikah dengan pria Qatar, bisa jadi warga negara Qatar.

Hayo wanita..siapa yang mau pindah warga negara, pertimbangkanlah untuk menikahi pria Qatar, dijamin hidup anda akan makmur sejahtera sepanjang masa tiada duanya.

Doha, Qatar, Maret 2014

Spathodea

Taman Kota Part 3





Spathodea...nama taman ini selalu tak mudah saya ingat. Tapi ayunan di taman ini tak akan saya lupakan. Kenapa? Karena tali ayunannya super pendek, dan tiang ayunannya sangat tinggi. Jadi saya kira hanya engkong-engkong saja yang bisa main ayunan disini. Akan sangat berbahaya jika ada anak kecil apalagi balita, yang naik di atasnya. Bisa-bisa si balita terjungkal ketika berusaha turun. Saking tingginya bahkan untuk naik ayunanpun balita harus dibantu orang dewasa. Ya elah..siapa sih yang bikin? (syukurlah kemudian ayunan di perbaiki dan terjangkau olah anak-anak)


Tapi selain ayunan yang tak ramah anak, semua bagian taman ini oke. Jogging track, dan jalur bersepeda oke banget, rumput hijau tebal sempurna, tanaman peneduh tumbuh dengan cepat, dan kolam air, yaaa.. walau tidak jernih tapi saya lebih melihat ke fungsinya sebagai penampung air pencegah banjir. Di belakang taman juga mengalir sungai kecil, tapi jangan berharap sungai bebas sampah ya, karena penduduk sekitar banyak membuang sampah dibantaran.





Taman di Jagakarsa Jakarta Selatan ini dipadati warga ketika sore. Lokasinya yang bersentuhan langsung dengan pemukiman padat penduduk dan jalan raya membuat taman mudah di jangkau. Luasnya kira-kira satu setengah kali lapangan bola dan dulunya adalah tempat pembuangan sampah. 






Seperti taman-taman yang lain, ada satpol pp yang bertugas mengamankan taman dari masuknya pedagang dan tuna wisma. Rupa-rupa pedagang hanya dibatasi sampai di depan taman saja, menyatu dengan tempat parkir kendaraan. 

Jadi setelah capek bersepeda atau joging, bisa langsung mampir membeli gorengan. Dan lemak yang sudah susah payah di bakarpun ..numpuk lagi.
Hahahah



Saturday 17 May 2014

Memulung Untung

Jadi pemulung di wilayah elit itu enak loh. Sampah yang dipulung bahkan bisa berupa uang dollar, emas dan jam tangan bermerk. Kata siapa? Hehe .. Kata Abang pemulung yang saya temui di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan.
Salah satu temannya ada yang menemukan emas, berupa cincin yang kemudian dijual. Dari uang penjualan, teman Si Pemulung itu memutuskan pulang kampung dan membuka warung.
Lalu ada juga pemulung yang menemukan lembar-lembar dollar Amerika di tumpukan sampah. Berapa dollar kah?
Mau tau?
Atau mau tau aja?
Hahahha

Saya kira, benda-benda berharga dan uang itu ada di tempat sampah bukan sengaja di buang, tapi mungkin tanpa sengaja terbuang.

Seperti kita tahu, di Pondok Indah itu kan semua rumah berpagar tinggi. Sampah biasanya ada di sudut kiri atau kanan, menyembul dari lubang pembuangan. Jadi memang sih..kita hanya tau mereka ya dari sampah yang menyembul heheh. Sistem pembuangan sampah seperti ini sebenarnya pernah di kritik oleh Mantan Wagub DKI Jakarta era Mantan Gub Kumis. Menurutnya, sistem lubang sampah di depan rumah ini, jorok. Masa iya rumah mewah tapi yang lebih dulu kelihatan sampahnya. Padahal dimana-mana lazimnya sampah di buang/ditaruh belakang rumah kan? Hehehe
 

Nah..kembali ke soal pemulung. memulung di kawasan elit yang pasti mereka tidak harus becek-becekan. Sampah-sampah yang dibuang masih banyak yang berharga dan bisa di daur ulang, karena rata-rata mereka mengkonsumsi makanan kalengan, atau makanan dalam kemasan plastik. Jarang lah mereka makan makanan yang di bungkus daun pisang..apalagi daun jati heheh.

Soal rejeki temuan barang berharga si Abang Pemulung mengaku belum seberuntung teman-temannya. Dan ia merasa tak harus iri, karena baginya rejeki itu bisa di cari, tapi keberuntungan itu Tuhan yang beri.

Selamat berjuang ya Bang..saya doakan Abang dapat seonggok berlian....

Salah Antar




Kantor saya ada di tengah-tengah sejumlah pabrik. Mulai dari pabrik baja, sampai pabrik kosmetik. Semua lengkap. Namanya juga kawasan industri (Jakarta Industrial Estate Pulogadung/JIEP). Dan mungkin karena tampang saya yang juga mirip buruh pabrik, maka tukang ojek pernah salah mengantar saya.
 

Begini ceritanya :
Saya naik ojek dari Terminal Pulogadung Jakarta Timur.
"Bang.,,ke Tvone ya bang"
Si Abangpun tanpa ba bi bu segera tancap gas. Loh tapi kok jalurnya lain, tidak seperti biasa. Dia malah keluar melawan arus melalui pintu masuk terminal. Ah..saya pikir si Abang sedang cari jalur alternatif. Saya mencoba menahan protes. 

Tapi.....eng ing eng... tidak sampai 3 menit Si Abang Ojek berhenti tepat di depan Pabrik Miwon tak jauh dari pintu terminal. Weladalah.... Si Abang ternyata salah denger.
 

Kalau di pikir-pikir apa memang ada sedikit kemiripan bunyi antara Miwon dengan Tvone ya ? 

Hahahahha.... Apa mungkin tampang saya yang kaya bumbu masak ?

Friday 16 May 2014

Arus Deras di Dadap Merah


Taman Kota Part 2


Taman ini memiliki waduk kecil, terletak di belakang beberapa rumah mewah. Dan seperti lazimnya sungai di Jakarta, waduk yang jadi persinggahan air inipun penuh sampah dan lumpur. Jika kita datang saat debit air sedang tinggi, kita "sedikit" beruntung tidak disuguhi pemandangan sampah yang terlalu banyak.
Aliran sungai yang membelah taman super deras, sehingga sesungguhnya taman ini tidak ramah anak, harus 100% dibawah pengawasan kita. Kalau tidak anak bisa terjatuh ke sungai aliran deras atau tenggelam di waduk.  Waduk ini di keliling jogging track dan sangat nyaman pula untuk bersepeda. Bagi saya, taman ini hanya menyenangkan untuk orang dewasa dan sangat berbahaya untuk balita.


Selain sebagai sarana rekreasi sebagian penduduk sekitar memaatkan waduk ini untuk mengambil ikan dengan cara di pancing atau di jala. Ikan yang ada memang tidak terlalu banyak karena arus yang ada disungai dan di waduk lumayan deras. Selain itu banyak sampah membuat orang lebih mudah menjaring botol plastik dibanding ikan segar.

Nah..sebelum menjadi taman, seingat saya, Taman Dadap Merah dulunya tanah kumuh yang super lembab karena sering terkena banjir, atau boleh dibilang setengah rawa-rawa. Tapi kini sudah disulap menjadi taman yang luas, dengan sarana bermain anak di dalamnya. Tapi jangan berharap ada ayunan atau pasir yang lembut yang aman di sini. Ayunan yang belum ada satu tahun usianya, sudah berkarat disana-sini dan ada yang patah. Selain itu jika membiarkan anak bermain pasir kita harus berhati-hati karena di dalam pasir terdapat aneka rupa benda seperti tutup botol dan pecahan botol .


Taman yang terletak di kawasan Jagakarsa Jalan Joe, Jakarta Selatan ini di jaga oleh dua orang petugas satpol PP dan juga dilengkapi toilet. 
 

Dan terlepas dari segala kekurangannya, saya berterimakasih dengan itikad baik Dinas Pertamanan DKI Jakarta yang telah susah payah menyulap tanah kotor menjadi taman yang hijau.

Ada yang mau ikut jogging?



Ke Taman Sepat Jika Sempat

Taman Kota  : Part 1




Tempat pembuangan sampah di depan rumah mewah ini sudah berubah menjadi taman yang sedap di pandang. Setiap sore ramai datang orang tua membawa anak-anaknya. Juga di akhir pekan ibu-ibu asyik senam kebugaran, sekalian mejeng, hehhe.

Taman ini ada dipinggiran kawasan mahal, Jalan Sepat, Jakarta Selatan, persis di sisi kali. Kali kecil tak bernama itu membawa banjir setiap Bogor hujan. Tapi, taman ini tentu dibuat bukan untuk kebanjiran bukan? Tembok kokoh sudah dibangun disisi sungai sehingga air seminim mungkin masuk ke taman. Disamping tembokpun dibuat kolam yang bisa menampung debit air jika banjir membandel.


Sungguh tak terbayang sebelumnya, jika sebidang tanah yang tadinya kumuh, lembab dan penuh sampah itu kini tertata cantik dengan aneka tanaman hijau dan bunga, lengkap dengan sarana olahraga. Satu petugas kemanan di tempatkan disini untuk mencegah pedagang masuk, ataupun mencegah tuna wisma numpang tinggal di bangku taman. Jikapun ada pedagang mereka diharuskan berada di luar taman( di depan pintu masuk) dan hanya diperobolehkan ketika di taman itu ada acara (olahraga).


Taman ini sebenarnya mulai di kerjakan di masa akhir jabatan Gubernur berkumis Fauzi Bowo, dan selesai sempurna di masa Gubernur Jokowi.

Dan tanah kumuh yang disulap menjadi taman teduh di lingkungan saya, tidak hanya satu loh..tapi ada 3 lainnya dan akan saya bahas di tulisan selanjutnya..

Yuk..ke taman dulu ya..




Thursday 15 May 2014

Kanan Kiri (tidak) Oke



Jika berkendara, saya bukan penunjuk jalan yang baik. Kenapa? Karena saya tidak bisa membedakan kiri dan kanan dengan cepat. Jadi ketika ada yang mendadak menanyakan harus belok kiri atau kanan, saya sering memberi petunjuk yang salah. Maksudnya ke kanan tapi saya bilang ke kiri.

 "Cacat" saya yang satu ini semula saya biarkan. Tapi lama-lama kok mengganggu dan merugikan ya. Karena misal ada yang menanyakan " Mba, kalau mau ke jalan tol, saya di perempatan depan harus belok kanan apa kira ya?" Dan dengan spontan. Saya menjawab kiri, padahal maksud sy kanan. 
Nah ..klo begini kan kasihan orang yang bertanya itu kan, saya bukannya menolong tapi malah menyesatkan orang. 

Jadi, akhirnya saya mencari jalan keluar. Saya gunakan sistem petunjuk tangan. Maksudnya begini : saya masih bisa membedakan mana tangan kanan dan kiri. Jadi begitu ada yang menanyakan soal arah, saya akan mengacu pada kedua tangan saya.Saya akan beri petunjuk arah sesuai dengan posisi tangan kanan saya di mana dan tangan kiri dimana. 

Meski tetap saja trik ini tidak bisa memberi petunjuk dengan super cepat, karena sy akan butuh beberapa detik untuk berpikir. Tapi ya..tetep lumayan lah. Setidaknya saya tidak salah memberi petunjuk.

Adakah yang punya kekurangan yang sama seperti saya?