Monday 25 March 2019

Mengobati Jamur Pada Kucing Dengan VCO

Kucing liar yang menetap di belakang rumah kami banyak yang sakit kulit. Wah gawat. Bisa-bisa saat Deni (kucing rumahan kami) gaul diluar  dia akan tertular.

Ada 3 kucing besar dibelakang, dengan satu diantaranya baru saja melahirkan 4 anak. Masalah kulit ini harus segera diatasi agar tidak merembet kemana-mana.

Ke dokter? Wadaw... saya aja berobat pakai BPJS, bakalan mahalan dokter itu kucing daripada dokter kami.
Lalu saya Googling lah. Saya temukan obat alaminya itu VCO alias Virgin Coconut Oil.
Dengan semangat ala-ala dokter hewan, saya coba oleskan satu-satu itu kucing yang kupingnya berjamur.
Wahhh, mereka marah tuh. Mungkin rasa lengketnya menyebalkan di bulu mereka.
Tapi saya sih enggak menyerah ya, walaupun kulit harus penuh cakaran.
Eng ing eng..hasilnya manjur loh. Baru sekali oles saja, sudah terlihat beberapa hari kemudian.
Pinginnya sih mereka saya olesi VCO sehari dua kali, tapi bisa-bisa tangan saya habis dicakar tanpa sisa. Jadi saya oles paling tidak seminggu sekali.

Saat kucing-kucing liar itu jilat bulu mereka yang ber-VCO, otomatis VCO yang punya kemampuan antiseptik juga tertelan dan mengobati kulit mereka dari dalam....bagussss.
Daripada dioles obat kimia yang malah bisa membahayakan mereka, lebih aman VCO kan, dan harganya pun murah meriah. VCO bisa dibeli di apotek, pasar-pasar atau di toko herbal. Di online shop juga bisa kok, di Tokopedia atau Bukalapak banyak yang menjual.

Senang rasanya liat  kulit mereka kembali sehat. Dan anak-anak kucing yang baru lahir juga aman dari resiko tertular.

Biar pun mereka liar, mereka juga berhak sehat dong.

Hidup VCO lah...

Oh ya VCO ini akan gampang membeku jika suhu dingin AC. Cara mencairkan kembali gampang saja, taruh di udara terbuka atau di dekat kompor. Jauhkan dari sinar matahari langsung ya.

Saturday 23 March 2019

Menyembuhkan Kucing Demam

Bulan lalu, Deni, kucing kami, pertama kalinya pergi ke luar rumah. 
Karena selalu gelisah di depan jendela dan bermuka galau memandang kucing-kucing kampung yang berseliweran, kami putuskan membiarkan Deni  mencari teman.

Pada "pengembaraan" perdana, Deni pulang dengan luka parah, dan pincang, hasil dari pertarungan tidak seimbang  dengan kucing "preman".
Sehari kemudian Deni demam.

Karena belum pernah punya pengalaman merawat kucing demam, kami bingung.
Selama demam Deni tidur hampir 24 jam. Kami menduga demam berasal dari luka yang ada di kakinya. Tiga hari kemudian, ada nanah keluar dari luka di kakinya. Duhhh..

Deni pun semakin kurus dan lemas. Kami takut Deni mati.
Tak ada pilihan lain, Deni kami bawa ke dokter. 
Sepanjang jalan, Deni berontak, panik. Sampai di klinik ia tak mau keluar kandang dan menggeram marah, juga mencakar siapa saja yang mendekat, termasuk saya.
Wah, kaget saya melihat reaksi Deni yang menjadi  begitu berbeda dari keseharianya yang tenang.
Dokter kemudian membujuk Deni dengan makanan. 
Berhasil..ia sedikit tenang dan bisa disuntik.

Dua hari setelah ke dokter, Deni sembuh dan "pecicilan" ingin kembali keluar rumah.
Tapi, setiap kami biarkan ia "gaul", ia selalu kembali dengan babak belur.

Seminggu lalu, dua hari ia menghilang. Kami sudah pasrah dan ikhlas jika Deni sudah " bahagia" di tempat lain, atau bersama yang lain (hiks...hiks..hiks). 
Tapi, rupanya Deni masih rejeki kami, ia pulang dengan bulu super dekil, juga  kurus kering.
Setelah kami mandikan, Deni tidur sepanjang hari dan..... demam.
Haduhhhh... 

Saya coba obati sendiri saja lah.

Pertama saya biarkan ia tidur sebanyak mungkin, karena tidur bagian dari pemulihan. 
Agar tak dehidrasi, Deni saya beri minum dengan air hangat (Deni sangat suka air hangat). Karena lemas, saya sodorkan gelas sedekat mungkin dengan mulut Deni. Jangan lupa beri sentuhan tulus dan juga kata-kata penyemangat (Ayo,..Deni ganteng.... Deni pintar.. Minum yuk yang banyak..nanti main lagi, biar bisa ketemu kucing-kucing cantik...)

Lalu, agar kuat melawan virus/bakteri, Deni harus tetap makan. Makanan kering yang biasa ia makan dengan lahap, ia abaikan. Untuk ini saya pakai jurus ...berikan makanan berbeda. Saya coba sajikan makanan basah atau creamy. Hasilnya.....ia mau makan dengan lahap.

Dan setelah 3 hari, Deni sembuh tanpa ke Dokter.
 Horeee,....tidak perlu drama suntik menyuntik.

Tapi saya terkejut ketika menemukan sejumlah luka yang mulai mengering di pangkal kaki, pipi dan telinga....Rupanya luka-luka itulah penyebab Deni demam. Selama ini luka-lukanya tertutup bulunya yang lumayan tebal  (untuk ukuran kucing separuh kampung dan separuh Persia, bulu Deni lumayan panjang) .
Jadi bagi teman-teman yang punya kucing demam mungkin bisa coba cara saya menyembuhkan Deni. Tapi ingat ya... itu pertolongan pertama di rumah, jika demam berlanjut..segera bawa kucing kesayangan kamu ke dokter.

Sehat terus ya Deni....jangan demam lagi. Ingat, dunia diluar sana sangat kejam, jadi..main di rumah saja. Udah..gitu aja.. Udah,,,udah,,udah




Sunday 10 March 2019

Teh Celup Sosro Heritage

Saya suka sekali minum teh. Teh apa saja, tanpa gula atau dengan sedikit gula.
Terutama saat bangun pagi. Teh hangat rasanya enakkkkk banget di badan.

Saat ke Beijing dan Sanghai, saya melihat betapa orang-orang di sana tidak bisa lepas dari teh.  Bahkan bekal minuman mereka juga teh. Setelah makan, mereka minum teh, itulah kenapa badan mereka tetap langsing.
Menurut guide yang memandu kami, mereka percaya, teh membantu menghancurkan lemak.

Lalu kenapa saya minum teh?  Karena saya tidak bisa minum kopi. Kopi membuat kepala saya pusing berjam-jam.

Teh yang pertama saya kenal, teh tubruk. Rasanya ringan dan saat meminumnya harus  menyingkirkan daun dan batang teh yang mengambang. Merk-nya saya lupa. 
Lalu, munculah teh celup/ teh kantong. Istilah kerennya tea bag. Yang pertama saya kenal, Sariwangi.
Wah, pertama coba senang sekali, karena bisa langsung minum tanpa harus menyingkirkan ampas teh.
Lalu, setelah saya tinggal di Jakarta saya mengenal bermacam-macam merk teh celup yang lain.

Sebenarnya, saya tidak terlalu peduli jenis teh, teh hijau, teh hitam,teh putih, teh oolong tetap enak bagi saya.
Tapi belakangan saya lebih menyukai teh kantong Sosro. Teh hitamnya, jika diminum tanpa gula...enakkkk banget.
Apalagi kemasannya sekarang keren banget, dengan motif batik, sangat Indonesia. Pertama kali lihat design kemasannya kagum banget, karena seingat saya  kemasannya dulu tidak begitu. 

Eh, kok jadi ngomongin Teh Celup Sosro hehehe. 

Manfaat teh apa saja ya?
Teh kaya antioksidan, teh juga mengandung fluoride yang mencegah karies gigi atau gigi berlubang. Teh juga bisa menurunkan kadar kolesterol.
Tapi teh juga tidak boleh di konsumsi berlebihan ya. Maksimal lima cangkir sehari. Kalau saya hanya minum satu cangkir di pagi hari. Kadang ditambah susu atau madu.



Nge-teh yuk...




Wednesday 6 March 2019

Dear Kulit Coklat......

Sebagai pemilik kulit wajah, tangan dan kaki  berwarna coklat, saya pernah berada di fase ingin sekali memiliki kulit putih menyeluruh.
Saya mencoba beberapa krim pemutih dan berusaha keras memutihkan kulit yang terpapar matahari langsung.
Fase ini saya jalani saat remaja (SMP-SMA). Saat itu berkembang citra cantik adalah berkulit putih. Walhasil saya merasa minder karena merasa tidak cantik. Saya  super iri dengan teman-teman  yang berkulit kuning langsat atau putih.
Dan berhasilkan saya memutihkan kulit? Tentu tidak.... wkkwkwkwkwk
Yang ada wajah saya malah "pruntusan".

Lalu menjelang melewati usia belasan saya sadar, kulit cantik itu bukan putih, tapi sehat. 
Saya merubah cara pandang. Kulit meski tipis adalah pemilik kekuatan luar biasa, yang melindungi tubuh kita dari segala kuman di luar tubuh. Kulit adalah garda terdepan tubuh kita melawan segala polusi dengan radikal bebasnya. 
Saya tak lagi melihat kulit sebagai sumber kecantikan, tapi sebagai senjata yang indah pelindung tubuh. 
Yang diperlukan tubuh saya bukanlah kulit putih, tapi kulit yang sehat. 

Sayapun kembali mengingat-ingat bagaimana kulit wajah, tangan dan kaki saya coklat. Pertama karena sejak balita saya sering main berpanas-panasan di sawah, kebun dan halaman. Menyenangkan kah? Ya menyenangkan. 
Lalu kulit saya selama 12 tahun terbakar panas matahari di jalan pulang sekolah dan di halaman sekolah. Bermanfaatkah? 
Ya. Jadi kulit coklat saya sepadan dengan kebahagiaan bermain dan ilmu yang saya dapat. 
Tanpa berpanas-panasan, saya tidak akan bisa belajar, tak akan mendapatkan pekerjaan, dan tak bisa menafkahi anak-anak.
Jadi kulit coklat saya adalah "cerita bahagia dan juga hasil perjuangan". Sudah seharusnya saya bersyukur bangga dengan kulit wajah, tangan dan kaki  saya yang coklat.

Kini, usia saya mendekati akhir 30an, saya hanya menginginkan kulit sehat. 
Kulit sehat dapat diperoleh dengan pola makan sehat (perbanyak sayur dan buah), olahraga, jauhi asap rokok, minum  dan tidur cukup. 
Kalau susah dilalukan semuanya, ya saya usahakan semampunya. 
Kini saya semakin tua. Kulit saya yang semula super berminyak, perlahan berubah menjadi kulit cenderung kering. Kalau dulu cuek dengan pelembab, kini merasa harus pakai. 

Dan yang paling penting dari itu semua adalah.....berpikir positif. 
Menua itu pasti, tapi merawat kulit itu wajib sebagai bentuk syukur atas karunia Alloh. 

Yuk..sayangi kulit apapun warnanya...