Friday 15 April 2022

Polisi Tidur Dan Naik Banteng

Sering kali di jalanan kita melihat ibu, bapak dan satu atau dua anaknya berboncengan sepeda motor. Buat kamu yang seumur hidup belum pernah membonceng motor seperti itu, pasti  tak tahu rasanya. Jadi saya ceritakan ya. Saya akan cerita dari sisi Si Ibunya.


Saat saya membonceng sepeda motor dengan posisi anak di tengah, kaki saya akan menjadi pijakan kaki anak. Rasanya akan kebas atau kesemutan. Lalu saya hanya akan mendapat sisa bagian jok sesenti dua senti, lalu mentok ujung jok motor saja, yaitu bagian yang keras terbuat dari besi berbalut plastik/karet. Saya juga harus menahan berat badan saya sendiri plus sang anak yang nyender dengan santai. Ini memerlukan tulang pinggang yang kuat ya. 


Saat motor melewati polisi tidur saya harus menahan agar tulang ekor tidak membentur ujung jok motor yang keras. Selamatkan tulang ekor...selamatkan tulang ekor!.

 

Apalagi jika  melewati gang dengan polisi tidur setiap dua meter. Wow....perjuangan akan menjadi lebih keras. Plus, jika yang memboncengkan sedang kesal dengan saya, ia akan dengan kasar melintasi polisi tidur, lalu yang saya rasakan bukanlah seperti sedang naik motor, tapi seperti matador yang sedang naik di punggung banteng!


Turun dari motor....tulang pinggang berasa habis kayang seribu jam!


Dan saat saya mendapat komentar.... kamu mah enak duduk membonceng aja, nyetir lebih susah ! Oh...gitu ya? Intinya..semua punya beban masing-masing ya, baiknya jangan saling meremehkan dan jangan saling merasa paling....