Sunday 31 January 2016

Coretan Hebat Dari Nambu Line

Di kereta tujuan Jakarta -Bekasi,  tertegun saya melihat poster dan tulisan yang tertempel di dekat pintu.



"Dari anak-anak Jepang untuk anda  sekalian- Nambu Line"

Lukisan-lukisan yang  mengharukan. Coretan yang sangat sederhana tapi kaya makna.
Sebagian berisi garis-garis tak beraturan, lalu ada yang menyerupai kepala manusia sedang tersenyum, dan ada pula yang berusaha menggambarkan anak-anak sedang bermain.
Sebagian anak  mencoba mewarnai gambar kereta namun sama sekali jauh dari rapi dan sempurna.


Saya jadi teringat lukisan dan coretan kedua anak saya... jauhhh lebih bagus dibanding milik anak-anak Jepang
Padahal selama ini saya kira, lukisan anak saya tertinggal dengan anak-anak seusianya.

Blarrrr
Saya pun merasa ditampar.
Saya ternyata kurang menghargai karya kedua anak saya. Menuntut standar terlalu tinggi.
Saya melupakan bahwa setiap anak adalah unik, setiap anak istimewa dengan caranya.

Poster-poster ini seakan menonjok saya.



Tak terasa air mata saya menggenang. Kereta  bekas dari Jepang ini menohok saya..........
...betapa saya seharusnya berbangga untuk anak-anak saya.



Saturday 30 January 2016

Malas-Malas Menggemaskan

Transportasi umum seperti kereta memang menyediakan banyak kelucuan.
Seperti sore kemarin.
Di depan saya terjadi pertengkaran kecil hanya karena ada "oknum" penumpang yang malas menggeser pantat. Seakan pantatnya sudah dilem super sehingga susah digerakan.

Ceritanya, ada seorang ibu dengan anaknya usia 20an naik. Keduanya biasa duduk, tetapi si anak terlihat tak nyaman karena sempit. Apesnya penumpang sebelahnya tak mau bergeser. Sehingga sang anak terpaksa pindah duduk di samping saya. Si Ibupun marah. "Tak mau geser sih. Berasa kereta milik sendiri" dilanjutkan dengan ngedumel panjang.
Si Pantat Tak Mau geser merasa tersinggung dengan kata-kata Si Ibu...maka berkatalah ia dengan ketus " Saya duduk sesuai jatah kok..badan situ aja yang gendut jadi makan tempat"
Saya ngakak dalam hati...pingin guling-guling dilantai gerbong 1 sampai 12.
Walah....mba....sebelum ngatain orang lain gendut coba lihat ke badan sendiri...atau mintalah bantuan cermin. Badan situ sama gendutnya dengan Si Ibu!

Saya pribadi sih membela Si Ibu.
Sering saya  melihat atau berinteraksi   dengan orang seperti  Si Pantat Tak Mau Geser.
Padahal untuk menyeret sedikit panggul tidaklah butuh tenaga besar. Tapi rupanya yang  diperlukan adalah jiwa besar..tenggang rasa besar. Sayangnya tak banyak orang yang memiliki.

Ditransportasi umum yang banyak muncul adalah "Yang penting gue nyaman...lo susah ya...derita lo lah"


Salam manis buat Si Pantat Tak Mau Geser..dimanapun anda berada....muachhhh...


Tuesday 26 January 2016

Catatan Tentang Marmut



Sewaktu usia SD, saya dipercaya Bapak untuk memelihara marmut. Hewan (yang menurut saya setengah kelinci dan setengah tikus) ini sungguh menggemaskan. Mereka makan tiada henti sehingga saya harus bolak balik mencari pakan. Merekapun beranak pinak dengan cepat, sehingga kandang  diperluas. Kucing imut kami  ikut menjaga dari gangguan tikus yang kerap memangsa anak marmut (baru lahir).
Sungguh kucing yang baik.

Tapi lama kelamaan saya kewalahan menyediakan rumput. Apalagi dimusim hujan. Rumput yang basah membuat marmut diare.
Jadi saya terpaksa memberi mereka makan daun pisang atau tanaman lain yang berdaun lebar. Kenapa? Karena daun pisang dan sebangsanya mudah  dikeringkan dengan lap kain. 
Bayangkan jika saya harus mengelap daun rerumputan satu persatu. Repottt....
Xixixi

Hingga kemudian tiba-tiba semua berubah. Sepulang dari menonton kuda lumping di dusun sebelah, saya kaget...kandang marmut telah kosong. Saya panik..kemana mereka? 
Ternyata tanpa lebih dahulu meminta persetujuan saya,marmut-marmut imut itu telah di jual dan beberapa diantaranya di potong untuk dimasak.
Tentu saja saya  protes keras. Marmut yang membuat saya rela menghabiskan sore dengan mencari rumput, lenyap begitu saja.

Melihat sebagian dari mereka sudah berbalut bumbu dan santan di atas meja, sungguh tak akan tega  memakannya. Rasa lapar di perutpun menguap berubah menjadi pilu di ulu hati.

Tapi dengan santai Bapak dan Ibu saya berkata : "Sekarang kamu tak perlu repot mencari rumput, kamu bisa belajar dengan tenang"

Oh...sedihnya.  
Dari balik pintu dapur..saya pandangi kandang, sabit dan keranjang dengan mata berlinang.



Sumber foto : merdeka.com

Makanan Yang Di Cinta Tapi Di Benci

Makanan yang di benci (orang lain) sekaligus di cinta (oleh saya)  versi saya : 

Mie Instant
Rasa kari ayam  dengan irisan cabai, daun bawang dan kuah kental. Top !
Lebih oke begete ditambah sayur dan telur dua butir. Mak slurup....slurup.
Dimakan disaat udara dingin..muuaantepppp.
Harganya yang terjangkau menjadi penolong utama bagi yang berkantong cekak. Bahkan teman saya mengaku, disaat kost dulu, rela menanam cabai demi mendapat semangkuk mie kuah panas pedas mengepul.

Tapi sebagian orang bilang, mie itu makanan berbahaya, tak sehat !
Maka saya mengintip kemasan mie bagian belakang. Di sana tercantun deretan nilai gizinya.
Pikiran awam saya berkata ..kalau berbahaya kenapa ndak dilarang? Kenapa dijual bebas sebebas merpati? Kenapa di iklankan hampir tiap menit dengan model anak-anak yang lahap makan mie pula?
Ada yang bilang saat merebus mie..buang air rebusannya, karena berbahaya buat kesehatan.Tapi pihak produsen bilang, justru air rebusan inilah yang mengandung vitamin. Jika dibuang maka habislah nilai gizinya.
Olala....
Pemikiran saya...jika memang hanya makan mie saja tanpa tambahan variasi makanan lain tentulah  bisa kekurangan gizi. Sama halnya jika kita terus menerus makan nasi saja tanpa teman lauk pauk dan sayur.
Bukankah di beberapa negara makanan pokoknya juga mie? Mereka sehat-sehat saja tuh rakyatnya. Bahkan lebih makmur dari kita.

Jadi saya pribadi tidak pernah takut makan mie.
Saya suka...saya suka !


Gorengan
Orang bilang gorengan jauh dari sehat, penyebab kegemukan dan kanker. Penuh dengan lemak dan radikal bebas.
Hmmmm....sungguh saya pecinta sejati gorengan. 
Bakwan, tahu goreng, combro, oncom goreng, semua menggiurkan.
Makanan cocok di segala suasana baik kala gulana maupun suka cita plus murah meriah.

Jika saya kulik-kulik..bakwan itu dari sayur mayur, combro juga terbuat  dari singkong dan oncom yang kaya gizi. Pisang goreng..kaya kalium dan folat. Tempe..siapa yang meragukan manfaatnya?  Apa yang salah? 
Minyak? Dipakai berulang? Anti oksidan di bahan baku gorengan saya kira bisa lah melawan radikal bebas si minyak (ini pendapat pribadi saya ya..hehehe)
Mau aman 100 persen ya goreng sendiri. Gitu aja kok ribet..

Bagi saya gorengan adalah simbol ekonomi kerakyatan. Coba berapa banyak orang yang bisa hidup dari gorengan. Mungkin disetiap jarak 100 meter kita bisa dengan mudah menemukan pedagang gorengan. 
Mereka ini di mata saya lebih mulia dibanding orang yang wara wiri di tv bilang peduli rakyat..tapi ternyata korupsi. Sebel kan?

Ya..sudah lah..daripada pusing..mending kita makan gorengan.

Mendoan plus cabe rawit....i love you full!

Monday 25 January 2016

Mabuk Di ATM


Saat  di depan ATM sering saya "digoda" oleh pengguna ATM lain. Bukan karena saya kece badai sexy bohay..tapi karena sepertinya mereka paham betul kalau uang di rekening saya tak seberapa.

Begini bentuk "godaaanya" :
Pernah sekali waktu, saya hendak mengambil uang. Begitu masuk ruangan ATM, seseorang baru saja selesai dan keluar sembari menelepon.
Sewaktu saya hendak menyelipkan kartu atm ...olala..ada uang 3 lembar seratus ribuan melambai-lambai, menjuntai menggoda,  tak diambil mas-mas tadi.
Buru-buru saya ambil uang itu lalu berlari mengejar si mas-mas yang ternyata  belum jauh dan masih sibuk menelepon.
Begitu uang saya kembalikan, si mas-nya hanya terbelalak kaget, menerima sembari sedikit membungkuk (mungkin bermaksud berterimakasih)  lalu sibuk kembali dengan teleponnya. Mungkin dia sedang urus  negara..atau urus domestik rumah tangga. Bukan urusan saya lah

Jujur..sebagian hati busuk saya mendapat bisikan..." Ah..kenapa ndak diambil saja, lumayan tuh 300 ribu "
Tapi sebagian hati baik saya menang. Buktinya uang itu kembali kepada yang berhak kan?

Dan kejadian uang tak diambil pemiliknya ini saya alami setidaknya 3 kali dengan jumlah uang yang lebih sedikit. Reaksinyapun hampir mirip..sambil menelepon, terburu-buru dan tak mengucapkan terimakasih. Saya sih ndak papa. Kata emak saya, menolong harus ikhlas. Jangan mengharapkan ucapan terimakasih.

Oh ya...selain uang,  saya seringkali menemukan kartu ATM yang baru separuh menjalankan transaksi, atau memungut kartu ATM yang baru nongol dari mesin.
Reflek, saya langsung berteriak..."Pak/Bu/Mba/Mas...kartu ATM-nyaaaaaaaaa....ketinggalannnnnnn".
Otak busuk saya kadang berpikir. .coba ya, saya tak usah kembalikan itu ATM, saya kuras saja uang di rekening tersebut..siapa tahu isinya ratusan juta.
Tapi jiwa baik saya ternyata masih ada. Saya selalu kembalikan benda pipih kecil itu ke yang berhak.
Setidaknya saya menghindarkan mereka dari bulukaan di antrian CS bank, akibat harus mengganti ATM yang tertelan...iya kan?

Ngomong soal ATM yang tertelan, setidaknya lebih dari lima kali saya mengalami. Suami saya sampai berkata .." Hobi kok lapor kartu ATM tertelan".
Entahlah....sering kali begitu uang sudah dilepeh mesin ATM, saya lupa mengambil kartu.
Mungkin karena pikiran dan hati saya "mabuk" begitu melihat uang.


Wkwkwkwk

Tak (Belum) Bertato


Saya memiliki keloid di tangan kiri, bekas luka kecelakaan motor. Seringkali orang melihat mantan luka ini, lalu melihat wajah saya dengan sebal. Pernah ada yang bertanya..."Bekas tato ya mba...kok dihapus? "
Gubrak....lalu saya teringat cerita teman yang menghapus tato dengan sengaja menyetrika, (kalau dengan bedah plastik mahal ndak terkira).  Mengerikan bukan?
Saran saya, jika punya tato dan sudah sebal dengan bentuk atau historisnya...tutup aja dengan plester luka atau koyo. Dan setrikanya mending buat licinin baju saja.
Wkwkwkw

 Terlepas dari sisi agama dan stigma buruk yang kerap menempel di tato, saya tidak benci tato, tidak pula sangat  suka. Biasa saja.

Kepada pelaku seni tato, mereka saya kagumi. Hebat sekali bisa melukis di bawah kulit, sementara saya melukis di atas kertas gambar saja tak mampu, apalagi di atas air..susahhhh.

Lalu..kepada pemilik tato,  saya acungi jempol keberanian mereka menanggung resiko seumur hidup. Apalagi jika memilih  mentato nama kekasih, itu artinya anda begitu yakin akan cinta pada orang itu selamanya. Pastikan pasangan anda akan cinta anda pula selamanya. Jika tidak yakin keduanya..maka lebih baik pakai tato netral saja..misalkan gambar sendok dan garpu.

Dan saya bayangkan..andaikan saya pecinta tato saya akan mentato punggung saya dengan tulisan : Emakkkk......i love u.
Kenapa?  Karena memang saya cinta emak..dan saya yakin seyakin yakinnya cinta saya ke emak  dan cinta emak ke saya akan abadi.

No worries......

Monday 18 January 2016

Supir Taksi Dan Manchu Pichu

Suami saya ketiban rejeki bisa menonton piala dunia di Brasil tahun 2014 lalu. Selama 9 hari di sana, pulangnya Si Ken ngotot ingin menjemput di Bandara Soekarno Hatta. Okelah kalau begitu.

Di ruang terminal kedatangan  kami disapa bapak-bapak yang menanyakan menunggu siapa dan tiba dari mana. Begitu saya jawab menunggu suami pulang dari Brasil, ia terlongo lalu bertanya : "Menonton piala dunia?" Dan ketika saya jawab iya...mukanya langsung sumringah. "Suami mba pemain bola nasional? "
Saya ngakak dalam hati. Boro-boro main bola,  olahraga apapun tak pernah suami saya lalukan. Bahkan sepakbola bukanlah olahraga yang ia sukai.
Maka saya jawab "Bukan Pak". Dan si bapak ini lalu memandangi wajah Si Ken seperti menebak-nebak. "Apakah suami mba, pemain asing asal Latin yang merumput disini? "
Wkwkwk..saya pun menggeleng.
Tak lama kemudian Bapaknya Ken muncul dengan wajahnya yang campuran Cina-Bangka-Jawa-Sunda.
Maka berakhirlah dialog tebak-tebakan menggelikan ini.

Begitu kami duduk di taksi, beruntung kami mendapat pengemudi yang sangat  ramah. Maka perbicanganpun di mulai dengan pertanyaan "Darimana Pak?"
Begitu mendengar kata Brasil, maka terciptalah obrolah yang mencengangkan.
Ternyata pengemudi taksi ini dulunya bekerja di travel agency dan sudah melanglang buana ke 100 negara! Olala..
Semua benua sudah ia datangi. Ke negara anu transitnya di negara ono, berapa jam perjalanan dan lokasi wisata di masing-masing negara,  ia ceritakan dengan detail.
Ia pun berkisah pernah beberapa kali ke Brasil mengantar keluarga pejabat Anu menonton Karnaval Brasil yang kesohor itu.
Menurutnya...keliling dunia itu mudah dan tak harus punya uang banyak. Di masa remaja, ia menolak keinginan orang tua untuk  sekolah teknik dan memilih sekolah pariwisata. Ternyata pilihannya tak salah. Terbukti ia bisa keliling dunia dengan gratis kan?  
"Semua negara Amerika Latin pernah saya datangi Pak..Bu. Terakhir saya ke Peru..ke Manchu Pichu..."
Pyar.....nyessss..nyesss..hati saya langsung berdebar.
Manchu Pichu...!
Lokasi wisata yang amat sangat ingin saya kunjungi.
Manchu pichu yang saya pandangi fotonya setiap hari. Manchu Pichu yang kadang saya mimpikan bahkan dia siang bolong ketika tertidur di bangku kereta.
Rasanya saya ingin mengguncang pundak si pengemudi dengan keras sambil berkata.."Kereennn..hidup Bapak sangat keren!"
Tapi semua itu tidak saya lakukan. 
Saya hanya bengong...lalu membayangkan Manchu Pichu...ribuan tahun lalu.




Sumber foto :





Memaksa Modis

Badan saya jauh dari semampai, tapi tidak juga pendek-pendek amat. Tinggi 160 cm pas, sudah tidak bisa ditawar. Jika berdesakan di  kereta, lumayan masih bisa cari udara segar di atas ketek penumpang.
Tapi ukuran badan yang serba nanggung ini, membuat saya tidak bisa ikut mode kekinian.  Berasa apa saja mode yang lagi hits, terlihat mengerikan di badan saya.
Contohnya jogger pant.
Saya beli disalah satu toko online. Bermerek lumayan dengan diskon menawan. Saya bayangkan..aih betapa kerennya jika  saya kenakan. Kekinian seperti artis ibu kota atau setidaknya seperti rekan-rekan kerja saya yang modis abis.
Begitu si celana jogger diantar kurir, dengan grasa grusu saya  coba sembari mematut diri  di depan cermin.
Alamakkkkkk... Loh kok yang nampaklah wanita kucel, jelek dan bantet.
Celana dengan karet di bagian bawah ini membuat saya terlihat begitu pendek. Jauh dari apa yang saya bayangkan sebelumnya. Pita di pinggang  yang saya pikir bisa membuat  tampak feminin malah bikin saya seperti hamil 7 bulan.
Dan ketika suami melihat..ia tertawa sampai perut gendutnya nyaris mengempis.
Katanya : "Bukan modis..tapi kamprui (kampungan)
Nah... saya setuju lah .

Tapi jiwa kekinian saya masih penasaran. Maka ketika ada promo celana serupa dengan warna yang berbeda, sedikit lebih besar dan panjang ukurannya. Maka saya tertarik memesan. Dasarnya bukan lapar mata...saya memang sedang butuh celana. Celana lama saya sudah sobek di dengkul.
Karena harganya murah meriah, maka demi menyelamatkan dengkul yang mengintip saya belilah celana jogger ke dua.
Ketika  saya nekad memakai ke kantor...alamakk...saya ditertawakan teman-teman. Disangkanya saya korban banjir.
"Aih itu celana, jangan dipakai apa..ndak pantas"

Hmmm...maka kembalilah saya ke celana pipa saya yang udzur.

Ternyata benar kata teman saya....Sekali wong kampung ..tetep kampung.

Kwkwkwk....



Saturday 16 January 2016

Polisi Favorite

Ketika bom Sarinah menyisakan bertebarannya foto-foto polisi dengan seragam Turn Back Crime-nya, (menyebabkan sebagian wanita ngeces), bagi saya, polisi lalu lintas tetaplah favorite. Kenapa? Karena merekalah yang jasanya langsung bisa dirasakan oleh masyarakat tanpa banyak pidato-pidatoan.
Kalau ada mereka, lalu lintas lancar, tak ada angkot atau bus kota yang akan berani ngetem sembarangan, tak ada yang berani saling serobot jalur, tak ada yang menerobos lampu lalin, tak ada yang melawan arus.
Lancar..car..car..car

Jalanan yang wus..wus.. akan membantu suami cepat kembali ke pelukan istri. Ibu-ibu dan bapak-bapak bisa segera berkumpul dengan keluarga. Murid-murid bisa sampai rumah dengan aman sentosa. Pokoknya top lah.
Bayangkan betapa banyak yang dibuat bahagia oleh polisi lalin. Ya kan?

Jadi polisi lalu lintas tak mudah loh. Tiap hari mereka berhadapan dengan jutaan karakter pengemudi yang sebagian minus toleransi. Belum lagi stigma kalau mereka bisa disuap saat menilang.
Ya elah..jangankan polisi yang gajinya segitu..pejabat yang gajinya enolnya baris kaya upacara,  juga masih bisa disuap kok.
Janganlah di pukul rata. Polisi baik itu banyak.

Dan biasakanlah melihat jasa seseorang sekecil apapun. Walau kadang terlihat sepele..tapi...efeknya bisa setara dengan sepeleton.. Iya kan?

Intinya, polisi yang  baik..dimanapun ia bertugas, pastilah berjasa bagi bangsa dan negara karena melayani rakyat sesuai amanat. Tapi jika ditanya polisi apa yang paling saya sukai ya...polisi lalu lintas lah. Tanpa harus memegang pistol dan menembaki penjahat, tapi cukup dengan peluit dan gerakan tangan sebagai aba-aba...itu bagi saya ...heroik!


Selamat bertugas Pak..jangan lupa makan.





Friday 15 January 2016

Resolusi 2016

Sebagai pengguna jasa KRL Commuterline, setiap hari saya berhadapan dengan orang-orang yang maunya enak sendiri. Lebih butuh perjuangan keras untuk turun dibanding naik si ular besi ini.
Pokoknya dalam otak dangkal sebagian besar calon penumpang, begitu pintu terbuka yang penting adalah naik secepat mungkin, persetan dengan penumpang yang mau turun.
Jadi begitu akan turun,  yang saya hadapi adalah orang yang menerjang masuk laksana Banteng dan saya harus punya kekuatan seperti Bison untuk melawan.
Himbauan dahulukan penumpang tak mampu otak mereka cerna.

Seringkali saya melihat penumpang  yang akan turun sampai menangis karena tak mampu keluar dan tak kuasa melawan penumpang naik  tak tahu aturan (yang berprinsip kepentingan diri sendiri adalah segalanya).
Selama ini saya akan menegur keras siapapun yang menerjang masuk tanpa aturan. Memarahi mereka dengan sengit dan mendorong balik dengan tanpa ampun.

Karena itu resolusi saya tahun 2016 adalah bisa lebih mendisiplinkan diri sendiri dan orang lain agar bisa naik dan turun kereta dengan tertib. DAHULUKAN PENUMPANG TURUN.
Hal sederhana yang akan sangat membuat transportasi umum di Jakarta menjadi lebih manusiawi.



Tulisan ini dimuat di Jawa Pos,  kolom Happy Wednesday edisi ulang tahun alias edisi ke-52, Rabu 6 Januari 2016.
(Dari 3000 resolusi yang masuk ke redaksi Jawa Pos, dipilih 30 resolusi terbaik yang berhak mendapat hadiah uang tunai )

Pagi Buta

Dalam hati, pernah saya mengeluh karena harus berangkat kerja pagi buta.
Disaat sebagian orang masih ngiler di balik selimut, saya sudah harus mengejar commuterline.  Kantukpun masih merajalela. Badan rasanya memanggil menghiba : tolong istirahat.
Tapi hidup memang berat..seberat tubuh saya.

Pantaskah keluhan ini?
Tentu saja tidak!
Sampai di stasiun, bertebaran orang yang harus berangkat lebih pagi dari saya. Lihatlah masinis yang sudah duduk manis dibalik kemudi. Lihatkah petugas tiket yang terpaksa sarapan sambil melayani calon penumpang. Lihatkah petugas pengamanan yang sudah berdiri gagah siap siaga? Kurang pagi apa mereka?

Maka sayapun malu.

Harusnya saya bersyukur...bersyukur bisa bekerja menghidupi anak-anak saya.
Soal tidur..bisalah dimanapun. Dibangku kereta, dibangku stasiun, tinggal merem saja.
Ketiduran hingga kebabalasan? Tinggal balik saja.
Gitu aja kok repot.

Jangan iri pada yang masih tidur. Belum tentu mereka lebih bahagia dari saya. Belum tentu mimpinya indah membahana. Karena sesungguhnya keberuntungan dan keberhasilan seseorang bukan diukur dari waktu tidur mereka.
Tapi tentu saja diukur dari jumlah uang tabungan mereka. Hahahaha

Lalu berapa jumlah uang ditabungan saya? Rp. 149.000.


Jadi pantaskah saya mengeluh?
Ayolah..saatnya bekerja keras ..sekeras tubuh saya bisa menanggungnya.


Bekerjalah sampai Tuhan berkata...Stop!



Yuks..mareeeee

#kamitidaktakut

Kemarin saja janji mengajak Si Sulung naik Commuter Line Ke Bintaro. Rencananya sehabis pulang sekolah, jam 13 langsung jalan. Tapi jam 10 lewat, group Whats Up kantor heboh ....ada ledakan di Sarinah. Lalu di group sekolah dan group-group lain juga berseliweran informasi dan foto-foto yang sebagian benar dan sebagian karangan orang sinting.

Sekolahpun dibubarkan lebih cepat.
Sedangkan info soal si teroris berbuat ini anu ono, makin santer. Ada ledakan di sini sono dan sana juga serasa di film-film saja. Sebegitu gawatkah?
Si Ken  sampai dirumah lebih cepat. Iseng saya tanya kenapa...jawabnya : Ada Bom!
Dan ternyata pengumuman guru mampu membuat Ken tak protes meski tak jadi ke Bintaro.

Kepanikan..ketakutan...itulah tujuan dari si peneror. Pesan berantaipun terus bermunculan. Dan begitu tak terbukti maka...satu pelajaran yang bisa diambil...jangan pernah percaya 100 persen apa yang ada di media sosial.
Bisa jadi kebenarannya hanya 1 persen..sisanya gibul.

Waspada boleh..tapi takut....jangan!
Ayo Berani!

Wednesday 13 January 2016

Cantiknya.....

Saya pikir akan mustahil menemukan orang tak berjilbab di tempat umum di Arab Saudi. Ternyata  saya salah.
Begitu tiba di bandara, memasuki ruang pemeriksaan penumpang... saya terkesima.....alamakkkk cantik nian ! Salah satu petugas ternyata perempuan tanpa jilbab.
Dengan muka  ekspresi kaku menyelidik, rambut ikal panjang terurai dan make up sempurna ia menempelkan metal detektor begitu cepat. Lalu meraba beberapa bagian sensitif saya dengan kasar (maaf.. payudara dan diantara  paha, juga ketiak). Bra dengan penyangga kawatpun tak lolos dari pemeriksaan.
Ketelitiannya patut diacungi jempol.

Saya pun membandingkan..seandainya mba cantik galak itu di Jakarta, pasti akan sangat mudah menjadi artis. Dia bisa dapat order sinteron stripping ribuan episode. Lalu jadi tamu dari talkshow ke talkshow.
Dia akan disanjung jutaan pria, bikin sirik jutaan wanita dan akan menjadi incaran pengusaha kaya untuk jadi istri ...minimal istri muda .
Dia jauh lebih cantik dari artis yang mondar mandir di acara gosip loh. Tak jauh bedalah sama artis-artis Turki yang sehari-hari wara-wiri di televisi kita.
Jika saja dia di Jakarta, tak perlulah dia berdiri berjam-jam , meraba-raba wanita dari segala bangsa, segala rupa, segala aroma juga segala virus dan bakterinya.
Cukuplah ia berdandan, merawat badan lalu tersenyum ke sana kemari.
Mudah bukan?


Wanita lain yang saya lihat tak berjilbab adalah sekelompok wanita dengan dandanan heboh dan rambut dicat warna kekinian, plus merokok. Mereka saya temui disalah satu rumah makan khas Indonesia tengah bercengkerama dengan pria-pria keturunan India yang katanya bos-bos dari sejumlah toko yang menjajakan beragam oleh-oleh. (Toko mereka sempat saya kunjungi untuk membeli kurma muda pesanan tetangga).
Lalu ketika bertemu ditoilet, dan kami saling bertegur sapa, wanita-wanita ini mengaku bekerja sebagai pramugari. Entah maskapai apa.
Betul atau tidak..entahlah pula. Bukan urusan saya.

Iya kan?







Wednesday 6 January 2016

Dilarang Iri

Di akhir tahun 2015 kemarin, facebook, twitter, instagram, path,  group / profil picture Whats Up, profil picture BB, penuh berisi foto-foto orang liburan. Diantaranya bahkan sangat update mengupload foto tiap jam.
Sungguh..kadang  bikin saya menangis. Bukan menangis karena iri..tapi karena ikut bahagia.
Dan ketika ada yang bertanya..."Lo liburan kemana? Foto-foto liburan lo mana?"
Saya hanya bisa memandangi foto-foto bukti tagihan yang ada di hp saja. Hahaahaha


Untuk yang tak liburan, saya sarankan jangan iri, apalagi bersedih. Kenapa musti iri? Yang liburan itu tak minta uang dari kita loh. Setelah bekerja keras sepanjang tahun adalah hak setiap orang  untuk berlibur. Liburan akan membuat dunia seisinya lebih waras. Menghemat anggaran  tiap negara mensubsidi rumah sakit jiwa.

Tapi sebenarnya belum tentu juga yang liburan itu bener-bener bahagia loh. Ada yang hanya buat gaya-gayaan saja. Ada yang liburan sambil bekerja dan ada yang liburan karena tak ada kerjaan.
Apapun alasannya judulnya tetap liburan..dan dilarang iri!

Bicara soal liburan pasti terkait dan tersambung dengan yang namanya oleh-oleh.
Tenang.... tenang saja. Bagi yang liburan saya tak  minta oleh-oleh.
Menurut agama saya, meminta oleh-oleh tidak boleh. Yang harus dilakukan (mereka yang tidak liburan) adalah membantu yang berliburan agar nyaman.. (misal membantu menjaga hewan peliharaan yang di tinggalkan, mengantar/menjemput ke bandara, dan lebih baik lagi bisa memberi tambahan uang saku, dan minimal mendoakan yang berlibur sehat dan kembali pulang dengan selamat). Jangan bikin yang liburan stress dan repot gara-gara permintaan oleh-oleh.
Betul bukan?



Sampai jumpa diliburan tahun depan..







Monday 4 January 2016

Kenapa Vidoran Smart?

Belakangan saya perhatikan berat badan Ken menyusut. Saya runut kebelakang, pola makannya memang semakin kacau. Tak mau sama sekali nasi dan lauk pauk. Hanya mau camilan, susu dan ice cream.
Menakutkan bukan?
Saya pun segera berburu suplemen untuk mengejar "ketertinggalan nutrisi".
Pilah pilih..begitu banyak merk. Berbeda nama tapi sebenarnya hampir serupa kandungannya.

Akhirnya pilihan jatuh pada Vidoran Smart Vitamins. Kenapa? Karena di kemasan tertulis : "Memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral pada anak-anak.Untuk membantu pertumbuhan dan kemampuan belajar".
Kandungan Vitaminnya B komplex-nya juga omega 3 dan vitamin C-nya bikin hati tenang. Selain itu produsen dari Vidoran juga sangat saya percaya akan kualitasnya, yaitu PT Tempo Scan Pacific Tbk.
Setiap 5ml Vidoran Smart sudah diminum Ken sehari sekali..rasanya hati legaaaa.

Syukurlah, sejauh ini setelah dua minggu mengkonsumi, berat badan Ken berangsur pulih. Buah nagapun kembali Ken santap dengan lahap.


Tapi yang namanya suplemen...tentu saja saya harus bijak. Konsumsi jika perlu. Karena bagaimanapun makanan adalah sumber nutrisi terbaik.


Keni....ayo makan sayur dan buah...



Bertanya Untuk Hidup, Hidup Untuk Bertanya

Saya lahir dan tumbuh sebagai manusia pemalu. Punya hobi diam, benci keramaian, senang duduk di pojokan, jauh dari perhatian dan segala riuh kehidupan.
Sendiri dan sepi itu menyenangkan.

Mengalah daripada berkonflik adalah prinsip saya. Sehingga teman-teman sering mengatakan saya penakut, pengecut dan payah sepayah-payahnya. Menanggapi cap buruk yang teman-teman sematkan, tentu  saya hanya perlu diam.

Setiap di kelas , dirapat, atau diacara apapun (yang terdapat sesi tanya jawab), saya paling bingung soal apa yang harus ditanyakan. Bagi saya jika semua jelas kenapa harus juga bertanya? Kenapa mesti memaksakan diri agar terjadi diskusi panjang lebar agar terlihat pintar?
Kala itu sayapun segan mengungkapkan pendapat, karena menurut saya menjadi pendengar yang baik sudahlah cukup. Tak semua orang mampu menyediakan telinga dan otak untuk mencerna kalimat yang seseorang sampaikan, karena bagaimanapun pembicara yang baik butuh pula pendengar yang baik.

Hingga kemudian, selepas SMA, saya tiba-tiba ingin keluar dari "cangkang" saya yang hening. Saya bosan menjadi itik buruk rupa,..saya bosan menjadi kodok di dalam empang.  Sehingga saya putuskan mengambil kuliah jurusan jurnalistik.
Kenapa? Jawabannya tidak idealis..tidak bombastis. Saya ingin berubah. Itu saja.

Maka...berputarlah hidup saya. Menjadi orang yang banyak bertanya. Bahkan jika tak ada lagi orang yang bisa saya tanya, sayapun rajin bertanya pada diri sendiri.
Pekerjaan saya kini adalah kumpulan dari jutaan pertanyaan yang jawabannya membuka hidup saya dan orang lain menjadi sangat luas dan bingar.
Saya kini harus bertanya, tak malu bertanya dan tak tersesat di jalan kehidupan.

Saya seorang jurnalis dan hidup adalah bertanya sekaligus bertanya untuk hidup.

Jika suatu hari kamu bertemu orang yang banyak tanya...mungkin itulah saya.
Hehehe...




Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan #AskBNI

Sunday 3 January 2016

Ikut Syahrini Saja

Ditengah gerbong kereta yang penuh sesak, antara penumpang  tak ada jarak semilipun. Terdorong dan terjepit adalah hal yang biasa. Bagi yang setiap hari naik kereta commuter line (di jam berangkat dan pulang kerja) harusnya sudah bisa memahami dan menyiapkan diri.

Tapi tentunya beda orang beda karakter. Tetap saja ada penumpang yang tidak mau menerima keadaan. Si pemilik karakter ini akan protes keras jika tergencet atau terdorong. Tentu saja pihak yang diprotes akan tidak terima, wong kondisinya juga sama saja.
Dan dialog yang tercipta kurang lebih akan serupa, begini :
A : Aduh jangan dorong dong
B. Saya juga di dorong ...kalau mau luas naik taxi saja!
Jika dua-duanya uang sedang banyak, tak punya utang, atau tak sedang berantem dengan suami atau pacar..biasanya dialog hanya akan sebatas dia kalimat di atas.
Tapi jika sebaliknya ..jangan harap! Pasti akan terjadi saut menyaut pertengkaran serupa suami istri...merepet saling lempar kalimat kotor. Bahkan rupa-rupa nama binatang seperti anjing dan babi juga mereka absen.
Jujur kadang saya menyimak pertengkaran mereka, tersenyum geli lalu terkadang ikut emosi. Sebagian penumpang lain kadang ikut menenangkan, atau bahkan memperkeruh.
Tapi saya pribadi akan membela yang di protes.
Menurut saya sejauh tidak di injak atau tercekek, tidak usah komplain. Memang begitu kondisi kereta ketika penuh. Maklumi.

Bicara soal nyaman...percayalah..kondisi kereta saat ini jauh 1000 kali lebih baik dibanding sebelumnya.
Menjadi penumpang di kereta memang tidak boleh manja. Dan membutuhkan fisik sekuat baja.

Kalau mau nyaman...ikut Syahrini saja.