Thursday 28 August 2014

Air Asia : Keluarkan Aku Dari Belakang Meja


Jujur saya belum pernah bepergian menggunakan Air Asia. Kenapa? Karena saya belum pergi kemana-mana. Pekerjaan saya sejauh ini lebih banyak di belakang komputer. Dan saya hanya bisa mengintip dunia melalui internet saja. 
Sering teman-teman datang ke meja saya membawa kabar gembira, mereka akan pergi ke sana, kesini..ke situ. Dan yang paling membuat saya geleng-geleng kepala, uang yang mereka keluarkan untuk tiket pesawat, hanya seharga 2 pan pizza, atau seharga 5 mangkok bakso. 

Siapa di belakang kebahagiaan teman-teman saya? Air Asia.  Si Pesawat Merah ini jago membuat orang terbang dengan senang. Begitu banyak kehidupan yang sudah diwarnai olehnya. Begitu banyak penjelajah yang sudah diantarnya. Bagitu banyak petualangan yang sudah  ia suguhkan. Begitu banyak kejutan yang ia bawa ke orang-orang istimewa yang kita cinta.  Dengan Air Asia, hal yang semula sulit di jangkau, menjadi begitu dekat hanya di ujung telunjuk jari kita. Just klik,,,and  you fly.

Sering saya melihat teman saya berteriak girang ketika menemukan promo kursi dengan harga terjangkau. Saya juga ingat ..ada tangis haru dari seorang teman yang akhirnya bisa mengajak kedua orang tuanya jalan-jalan ke Thailand. Ia begitu lega bisa membahagian orang tuanya  yang mulai berusia senja. Dengan bangga ia berkata...."Kami akan pergi dengan Air Asia.

Jadi mendengar kata Air Asia  Itu artinya saya akan mendengar cerita anyar tentang negara itu...negara ini, dan segala keindahannya. Itu artinya saya akan tak sabar untuk googling, demi untuk melihat gambar-gambar yang mewakili cerita mereka, demi untuk bisa sedikit merasakan apa yang mereka sudah datangi. 

Apakah saya ingin seperti rekan-rekan kerja saya? Bohong jika saya berkata tidak
.
Petualangan teman-teman saya  terwujud karena Air Asia. Karena itu diam-diam saya mulai membuat daftar sederhana, tentang negara mana yang akan lebih dulu saya datangi. Saya merasa menyesal selama ini tidak dan belum kemana-mana.
Begitu banyak tempat indah di berbagai belahan dunia yang layak diperjuangkan untuk kita bisa melihatnya. Dan saya percaya dengan  Air Asia saya bisa mewujudkannya

Karena Air Asia..saya sangat yakin ..kepergian saya ke tempat-tempat impian saya tinggal menunggu waktu saja. Itulah "jalan" yang Air Asia tunjukan pada saya untuk saya susuri secepatnya. Karena waktu tak akan menunggu. Karena tak selamanya saya hanya diam di kursi saya, di belakang komputer saya. Saya ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi asing di negeri yang asing. Saya ingin berada di tempat baru, dimana tiap jengkalnya adalah rahasia yang harus kita "buka" satu persatu. Membayangkan saya berada di tempat yang jauh, dengan segala hal baru, membuat saya merinding. Saya haus merasakan sensasi dari rasa asing...petualangan.

Dan karena Air Asia, pikiran saya terbuka. Bepergian, tak akan  menghabiskan uang yang kita punya, karena pengalaman yang kita dapat, lebih berharga dan tak bisa di beli. Kepuasan jiwa tak akan pernah bisa di tukar dengan uang bukan? 

Bepergianpun tidak harus menunggu kita kaya raya, karena semua bisa di jangkau asalkan kita tahu "jalannya".
Itulah cara Air Asia merubah hidup saya. 

Kini..saya  tak mau lagi menjadi katak dalam tempurung....tapi saya ingin menjadi burung dengan sayap yang kuat menyeberangi benua...melihat dunia.


Monday 25 August 2014

Abon Gulung Manokwari


Jika berkunjung ke Manokwari  Papua Barat, sepertinya baru lengkap bila kita sudah mencicipi dan membawa pulang  abon gulung istimewa yang jadi ciri khasnya.


Berdasarkan pengalaman lidah saya (yang pemakan segala), abon dari manokwari adalah abon terenak yang pernah saya cicipi. Rasa abonnya sangat kuat, tebal dan sedikit berminyak. Bahkan roti yang menggulung sang abon hampir tidak terasa dilidah karena sudah tertutup oleh legitnya si abon. Hmmmmmm

Dan malam ini, di kantor, saya beruntung bisa menikmati oleh-oleh abon gulung dari rekan kerja yang baru bertugas di provinsi ujung timur Indonesia itu. Abon  gulung super enak itu diproduksi oleh   Hawai Bakery dan Coffee Shop ( Jln Jendral Sudirman no 100, Manokwari), tersertifikasi halal dan memiliki varian  rasa abon sapi, tuna, ayam, almond, keju juga  sosis.

Membaca dengan seksama dari kemasannya, abon gulung ini bisa bertahan 4 hari, tanpa bahan pengawet dan tidak perlu disimpan di lemari es, hanya cukup disimpan di tempat yang teduh.

Sayangnya, abon enak ini hanya benar-benar di peroleh di tanah Papua karena mereka tidak membuka cabang dimanapun selain di
Manokwari, Banda Udara Rendani, Sorong, Timika, Biak, dan Jayapura (Hotline : 628124833188, telepon : (0986) 212189. atau 2706456)

Jadi...jika suatu saat mampir ke Manokwari...nikmatilah abon gulungnya.... 


Sunday 24 August 2014

Di Buru Waktu


Petang, kami sampai di Jam Gadang, jam  kebanggaan warga Minang.
Dipayungi langit biru yang perlahan memerah dibakar matahari senja, Jam Gadang tegak berdiri mempesona.
Lebih dari 30 menit saya duduk di pelatarannya. Memandangi jarum raksasa yang bergerak ritmis, membuat saya seperti terhipnotis.

Jam raksasa yang terbuat dari kapur, putih telur, dan pasir putih ini selesai di bangun tahun 1926 sebagai hadiah Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa Hindia-Belanda. Arsitektur adalah orang Indonesia,  Yazid Rajo Mangkuto,

Menara dengan jam di keempat sisinya ini telah mengalami tiga kali perubahan bentuk atap. Awalnya atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Lalu pada masa penjajahan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda. Dan  setelah Indonesia merdeka, diubah menjadi bentuk gonjong (atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang).

Setelah puas memandang dan membayangkan bagaimana jam gadang ini melewati dua era penjajahan, sayapun bergeser ke sejumlah toko cinderamata dan oleh-oleh khas Minang. Sejumlah teman berburu gantungan kunci untuk oleh-oleh, sementara saya mencari kaos seukuran Si Ken.

Setelah oleh-oleh ditangan, sembari melambai ke Jam Gadang, saya merasa waktu mengejar saya untuk segera pergi ke tempat lain..karena saya merasa begitu luasnya dunia..dan saya belum melihat apa-apa.

Soerabi Inhaii Yang Aduhai

Siang ini ada teman yang baik hati berbagi surabi. Saya sebetulnya bukan pecinta surabi, tapi berhubung gratis..ya ...mau banget hahahah.
Pertama melihat tampilannya, sekilas biasa saja, tak berbeda dengan surabi yang biasa saya lihat. 
Berhubung lapar...sayapun tak sabar mencicipi.
Aih;....saya kaget dengan rasanya...hmmmm,,enakkkkkkkkkkkk sekali, lembut dan waduh,,,,bagaimana ya menggambarkannya? 
Pokoknya, saya jatuh cinta pada  surabi ini.


Penasaran saya intip namanya ..dikemasan tertulis ...Soerabi Enhaii, asal Bandung. Tapi untuk menikmatinya, tidak usah jauh-jauh ke Bandung, cukup 5 menit dari kantor saya, yaitu di Jalan Pemuda, Rawamangun Jakarta Timur.  

Makanan yang dibuat dari tepung beras dan santan (lalu di bakar dengan tungku kecil terbuat dari tanah liat) ini di luar negeri disebut pancake. Kalau di Indonesia disebutnya surabi (Jawa Barat) dan Srabi (Jawa Tengah). Enaknya sih disantap hangat di udara dingin.. tapi kalau Surabi Enhaii ini sih menurut saya bisa di makan kapan saya..karena rasanya enak..dan enak.. hehehe



Intip punya intip, saya lihat menu surabi yang teman-teman saya santap beragam, ada rasa oncom (ihh..bikin ngiler) nangka cokelat, susu, keju,pisang, durian (dengan kuah durian), jagung, oreo, strawberry, dan es krim. Ada juga yang rasanya pedas seperi  surabi sosis, ayam, telur, dan kornet.  Harganya kisaran Rp. 15.-20an ribu/buah

Sekilas saya lihat, tempat  penjualan Soerabi Enhaii  memang tampilannya sangat modern, tepatnya di jalan Pemuda no 18 , rawamangun Jakarta Timur.
Di kemasan, tertulis alamat websitenya di www.restocsn.com, tapi ketika saya coba akses ternyata tidak bisa.
Jika ingin delivery order juga bisa di nomor 021 4758486

Dan..selain di Rawamangun, ada juga cabangnya 10 menit dari tempat tinggal saya, tepatnya di Margonda Depok  Jawa Barat

Ah... pingin tambah satu surabi lagi...sayang...gratisannya hanya satu hahahhaa..

Beli dong....  


Saturday 23 August 2014

Perahu Dalam Mrica

Jika ke Banjarnegara, Jawa Tengah, datanglah ke Waduk/PLTA Mrica.
Meski namanya mungil (Mrica dalam bahasa Jawa berarti Merica),  tapi waduk ini besar (menenggelamkan 32 desa di 7 kecamatan) dan  menyandang predikat waduk terpanjang di Asia Tenggara (panjang 6,5km, dengan luas 1.250 hektar).
Waduk ini membendung sungai Serayu dan menyuplai listrik Jawa dan Bali.







Nama resmi bendungan/waduk  Mrica adalah Bendungan Panglima Besar Jendral Sudirman, diresmikan oleh Presiden Soerharto tahun 1989. Saya ingat persis, karena warga sekampung berbondong-bondong datang kesana berharap melihat langsung Presiden dengan julukan Bapak Pembangunan itu.
Pada tahun awal tahun 90an, waduk ini mengalami masa kejayaan sebagai tujuan wisata. Warga banyak yang datang, dan ekonomi rakyat menggeliat. Banyak terdapat toko cendera mata dan juga toko yang menjual makanan/minuman khas Banjarnegara (dawet, serabi, klanting, dan tempe mendoan). Tapi memasuki akhir tahun 90an..karena tidak dikelola dengan baik, jumlah pengunjung menurun, dan tak lagi populer
Padahal disini terdapat beragam wisata air, seperti perahu motor, area memancing, dan juga dayung. Area sekitar waduk yang hijau dan teduh juga seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau tempat warga berinteraksi dan berekreasi.
Bahkan disini juga terdapat lapangan golf, yang menurut saya sama sekali tidak ada manfaatnya untuk warga sekitar dan hanya bisa menggembirakan segelintir orang. 
Dan dilibur lebaran kemarin, Si Ken diajak Bude dan Pakde-nya untuk datang ke waduk. Meskipun tak lagi jaya, tapi waduk ini masih menyisakan keindahan. Hamparan air  luas bak lautan, yang di lingkari oleh hijaunya pepohonan, masih bisa sedikit memanjakan mata pengunjung.
 
 

Untuk masuk kawasan ini, dikenakan tiket masuk 7.000/orang. Dan jika ingin naik perahu juga di kenakan tarif 15.000/orang.

Jadi.. yuk . ke Banjarnegara...

Masbuloh


Pernahkan Si Kecil  tiba-tiba berkata  tidak sopan? Bagaimana reaksi anda? Apakah langsung murka?
Berdasarkan pengalaman saya, marah besar, tidak akan berpengaruh baik, malah sebaliknya, Si Kecil akan tertantang untuk berkata itu lagi dan lagi demi mendapat perhatian anda. 

Kata-kata "mengerikan", biasanya Si Kecil dapatkan dari teman bermain, atau orang dewasa di sekitarnya. Meskipun di rumah sudah di protect sedemikian rupa, kata-kata "ajaib" akan sulit di hindari ketika Si Kecil mulai menonton tv dan sekolah. 


Kemarin, ketika Si Ken saya larang main game, tiba-tiba ia berkata "masbuloh ah.."
Tentu saja saya kaget, tapi jujur saya awalnya tidak tahu apa itu masbuloh.
Sayapun bertanya ke teman, apa itu masbuloh. Ternyata itu adalah kependekan dari : masalah buat loh (elo)
Astaga...saya menahan geli sekaligus dongkol. Tega-teganya Si Ken bicara berkata begitu.

Dan ketika Si Ken selesai main game, moodnya sedang baik. Saya ajak dia ngobrol (dengan nada bercanda).
"Ken..masbuloh itu apa sih?"
"Itu loh bu, yang diiklan Chocolatos"
Deg...ampunnnnnn.

"Itu kan kata-kata tidak bagus kalau diucapkan ke orang lain, Ken"
"Tapi kok di iklan ada Bu? 
Jleb..jleb.. rasanya mangkel banget sama tim kreatif iklan itu
"Ken tau artinya? "
"Nggak bu"
" Itu artinya tidak sopan, jadi lain waktu Ken tidak boleh berkata seperti itu lagi". 


Nah..dari sekian pengalaman, saya sampai pada kesimpulan.. Jika Si Kecil berkata tidak sopan, ia mungkin saja   hanya meniru dan belum tentu ia tahu artinya. Dan menjadi tanggung jawab kita sebagai orang tua  untuk menerangkan sejelas-jelasnya.


Semoga tulisan ini bermanfaat.

Ketika Kabut Turun Siang


Kabut terindah yang pernah saya saksikan ada di Deles, Klaten, Jawa Tengah.
Siang hari, kumpulan tetes-tetes air yang sangat kecil itu bergerak perlahan, lembut membuai  lembah dan bukit hijau segar, membuat pepohonan menjadi samar-samar.
Bagi saya, disini waktu terasa berhenti.

Kala itu tahun 2003, untuk mencapai keindahan ini, butuh jalan berliku dan panjang. Tapi bagi saya segala lelah itu sepadan dengan mata saya yang termanjakan oleh tumpukan kabut lembut yang memeluk lekuk lembah dan kelok bukit.

Pohon-pohon pinus berdiri  kokoh, terlihat tumbuh dengan damai. Hamparan rumput hijau bagaikan permadani yang disiapkan untuk menyambut siapa saja yang datang berkunjung.

Lokasi wisata memukau ini terletak di kaki Gunung Merapi, sisi timur, 25 km dari Kota Klaten, dengan ketinggian, 800 m-1300m diatas permukaan laut.

Belasan tahun kini sudah berlalu..apakah kabut itu masih setia turun?  Apakah siang yang garang masih melembut berkat belaian kabut?

Iseng saya googling..ternyata Deles kini telah dilupakan. Ia terbengkalai bak permata yang seharusnya berkilau namun terkubur 5-10 tahun ke belakang. Banyak bangunan, villa, dan losmen juga hotel yang dibiarkan begitu saja, membuat Deles nampak kumuh.
Apakah benar itu yang terjadi sekarang? Sayang sekali ketika saya dulu datang kesana tanpa kamera, sehingga saya tak bisa mengabadikan segala daya tariknya.


Ah..semoga saja, kabut yang saya lihat dulu masih turun menyapa siang..masih lembut menyapa  setiap pengunjung yang datang.

Suatu saat saya ingin kembali ke sana.Saya ingin tenggelam di tengah kabutnya. Saya ingin mengantongi kelembutannya...lalu menyimpannya di kotak  kenangan saya, agar saya bisa merasakan murninya..kapan saja.

Deles...tunggu saya ya


Sumber foto :
wisataserumurah.blogspot.com

Friday 22 August 2014

Bercak Putih Itu Pergi

Ketika usia Kinan 4bulan (sepulang dari perawatan infeksi pencernaan di rumah sakit), muncul bercak  putih di antara dua alis, yang kemudian menyebar  ke pelupuk mata atas, lalu ke pelupuk mata bawah.
Tak mau buru-buru ke dokter, saya googling, tapi tak menemukan jawaban yang memuaskan. Ada yang bilang bercak putih itu karena kulit kering, ada pula yang berpendapat itu merupakan wajar pada bayi hingga usia 10 bulan, ada yang bilang itu akibat alergi, pengaruh hormon, hingga karena jamur

Walah..masa iya ada bayi terkena panu? 
Karena saya merasa untuk kebersihan kulit Kin, saya nomor satukan, rasanya keterlaluan kalau sampai benar-benar itu jamur.

Lalu sayapun ke dokter. Dokter mengatakan itu bukan jamur dan akan hilang sendiri, namun butuh waktu lama. Jawaban dokter lumayan melegakan. Tapi melihat penampilan Kinan dengan bercak putih kok rasanya saya harus mencari cara agar bercak segera hilang. Dan mengingat kulit Kinan yang lembab berminyak dan sering berkeringat, mungkin saja memang itu jamur.

Akhirnya saya kembali googling dan bertanya sana-sini.
Hasilnya :
Untuk menghilangkan jamur pada bayi sebaiknya diberikan Mikonazole 2% dalam bentuk bedak, karena bentuk krim tak jarang menimbulkan rasa risih (lengket) sehingga bayi menjadi rewel. Mikonazole 2% dalam bentuk bedak, misalnya: Daktarin, Mycorine.

Tapi atas saran kakak saya, hasil dari googling itu sebaiknya jangan di coba, karena bedak mikonazole akan terasa panas dibayi apalagi di dekat mata. Dan disarankan (berdasarkan pengalaman teman) untuk cukup menggunakan Cusson Baby Cream. 


Sayapun segera ke minimarket terdekat untuk membeli. Tapi (feeling) saya merasa perlu juga membeli mikonazole cream di apotik (meski dokter mengatakan tak perlu obat).Dapatlah mikonazole cream 2% dan harganya sangat murah, tidak sampai Rp.5000. Saking murahnya suami saya sampai bertanya apakah ini asli bukan palsu? Tentu saja si pemilik toko obatnya marah-marah, ia tersinggung seolah di tuduh menjual obat palsu.. Hahahaha 
Kedua cream ini saya pakai bergantian, dengan teratur selang satu atau dua jam (bukan dipakai bersamaan ya ). Setiap habis mandi, saya oleskan tipis-tipis. 


Hasilnya..tidak sampai dua minggu..bercak putih hilang. 
Wajah Kinan pun kembali mulus.
 

Legaaaa..rasanya

Thursday 21 August 2014

Rasanya...Tanpa Dusta

Selain terkenal dengan teh-nya, kaki Gunung Dempo, di Pagaralam Sumatera Selatan, juga terkenal dengan kopi robustanya yang enak. Dan lewat kebaikan hati teman saya, saya bisa merasakan nikmatnya  bubuk kopi asli Gunung Dempo...Rasa kopi yang dulu saya peroleh hanya dari cerita teman, kini bisa saya cicipi langsung. Ternyata...teman saya tidaklah dusta...kopi Gunung Dempo membuat saya terpesona.

Kopi  yang sampai ke lemari dapur saya diproduksi Putra M Nasir, memiliki  Dinkes P.IRT.No.210167301051. Yang berminat ingin memesan bisa menghubungi nomor telepon : 0730621513



Pagaralam adalah daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia. Produksi kopi robusta mencapai puncaknya dan matang serentak di  bulan Juni dan Juli. 
Di kaki Gunung Dempo banyak sekali hutan di sekitar perkebunan kopi yang berlokasi di sepanjang lereng bukit. Dari hutan inilah sejumlah binatang muncul, termasuk Si Luwak. Karena di Pagar Alam tidak banyak buah-buahan, kopi menjadi menu utama Luwak. Ketika kopi matang, dan musim panen tiba, akan mudah menemukan kopi Luwak.
Awalnya ketika petani belum mengetahui harga kopi dari perut Si Luwak lebih tinggi, warga tak terlalu peduli dengan kotoran Luwak.. sehingga lebih mengutamakan kopi petik. 
Tapi kini kopi Luwak menjadi primadona.

Ngopi yuk....

Merana di Pusat Primata

Namanya, Pusat Primata Schumtzer Ragunan Jakarta Selatan.

Saya beruntung bisa datang ke Pusat Primata ini ketika belum lama dibuka, sekitar tahun 2005. Semua serba tertata cantik, rapi dan sangat nyaman (untuk primata maupun manusia yang mengujunginya). Informasi tentang hewan cerdas ini tersaji dengan baik melalui papan disekitar kandang ataupuan diruang informasi.

Gorila yang menjadi "raja " memiliki rumah alami yang nyaman.

Disini, primata sebagian bebas diluar kandang dan pengunjunglah yang di kurung didalam terowongan/tunnel  yang melintasi hutan buatan untuk mereka.  Dari balik dinding kaca super tebal yang ada di beberapa bagian tunnel, kita bisa mengamati perilaku sejumlah primata. Atau kita bisa naik kerumah pohon, tempat kita bisa melihat sebagian besar  areal pusat primata ( 13 hektar). Ada dua rumah pohon, dan keduanya di hubungkan dengan jembatan tali. Sangat menantang untuk diseberangi, karena letaknya yang cukup tinggi, lebih dari 5meter diatas permukaan. Beberapa kamerapun ditempatkan di sudut-sudut kandang untuk memantau perilaku sejumlah primata.
Untuk memasuki kawasan ini, kaki kamipun wajib menginjak keset berisi cairan khusus untuk sterilisasi. Semua demi melindungi primata dari sejumlah penyakit. Makanan dan minuman dilarang dibawa. Jika pengunjung haus, kran berisi air siap minum sudah tersedia.

Beruntung pula pekerjaan saya memungkin saya bertemu dan berbicara dengan Willie Smits, "otak dan nyawa" dari pusat primata ini.
Pria asal Belanda yang sudah jadi warga negara Indonesia  ini adalah pria yang mendedikasikan sebagian  hidupnya untuk primata. Ialah pendiri pusat primata ini, dan orang yang paling tahu bagaimana menangani "rumah primata ini.


Diakhir kunjungan, saya tertarik untuk mengisi form saran dan kritik yang terdapat di depan counter penitipan barang. Saya usulkan, alangkah baiknya jika di tunnel dilangit-langitnya dihiasi dengan "bintan-bintang" dan suara binatang, sehingga tidak terkesan menyeramkan.
Dan beberapa bulan kemudian ketika saya datang lagi..wow..usul saya sudah diwujudkan...tak jauh dari pintu tunnel saya bisa melihat bintang berkelap kelip dilangit-langit dan juga suara burung-burung.

Tapi..sayangnya,  setelah kunjungan kedua  itu, saya baru datang kesana lagi 8 tahun kemudian. Dan...sungguh saya sangat kecewa. Semua fasilitas sudah sangat mengenaskan. Sejumlah primata juga tidak terlihat happy seperti dulu. Kandang mereka terlihat tak terawat dengan sempurna. Lantai tunnel sudah rusak sebagian, tak ada lagi bintang-bintang apalagi efek suara burung. Fasilitas yang dulu nyaman untuk pengunjung sudah lapuk disana-sini. Toilet tak lagi layak pakai. Bahkan rumah pohon tinggal cerita. Air siap minum yang bisa dinikmati oleh pengunjung krannya terlihat kotor, sebagian rusak dan tak berfungsi dengan baik. Dibandingkan dengan kunjungan pertama dan kedua saya, dikunjungan ketiga itu saya merasa melihat "puing".
Hanya Gorilla yang terlihat masih bak raja, primata lain bernasib berbeda. Apakah ini efek dari  pengelolaan yang  sudah diserahkan sepenuhnya pada Ragunan?

Pak Willie..saya ingin anda "kembali" kesana..dan kembalikanlah" kewarasan" pusat primata ini.

Wednesday 20 August 2014

Paskibraka?

Berhubung lagi hangat-hangatnya Agustusan dan upacara bendera ahad lalu digelar dimana-mana, salah satu rekan kerja saya bertanya :
"Kamu dulu waktu sekolah, pernah jadi paskibra tidak?"
Dengan santai saya menjawab "Tidak, boro-boro jadi paskibra, membedakan kiri dan kanan saja, saya  tidak  bisa"
Meledaklah tawa diseluruh ruang kerja kami. Saya kaget, karena jawaban saya ternyata dianggap lucu.
Merekapun lalu ribut bertanya soal "kelainan" yang saya idap.

Sebenarnya saya sudah pernah tulis soal "kelainan" ini sebelumnya.Tapi karena beberapa hari terakhir ini banyak orang yang terganggu akan kekurangan saya ini, maka saya akan tulis sekali lagi.
 
Ini contohnya :
Seminggu setelah lebaran, saya menjemput Si Ken yang baru saja ikut mudik Bude-nya. Sambil gendong Si Kin saya sibuk ngomong apa aja agar Si Kin tidak rewel. Sesekali Supir taksi nimbrung ngobrol, dan disetiap persimpangan ia  bertanya belok ke kiri atau ke kanan.

Belokan ke dua dan ketiga saya memberikan petunjuk yang benar, karena saya masih sempat melihat tangan saya (untuk membedakan kiri dan kanan). Tapi begitu pertanyaan di belokan  ketiga, saya sedang sibuk menenangkan Si Kin yang tiba-tiba merengek, saya pun menyebutkan arah yang salah, dan itu baru saya sadari lima menit kemudian. 

Wow..nyasarnya sudah lumayan jauh...wwkwkkw. Sayapun segera meminta taksi memutar balik kembali ke arah persimpangan terakhir.

Kepada supir taksi, sayapun bercerita tetang ketidak mampuan saya membedakan kiri dan kanan dengan cepat. Si Supir taksi terkejut dengan "cacat" saya ini, dan dari nada bicaranya ia  terlihat sangat heran.
Ia bertanya apakah ketidak mampuan saya itu hanya sebatas membedakan kanan dan kiri saja, ataukah juga saya tidak bisa membedakan hal-hal lain seperti warna misalnya? Lalu iapun mengatakan ikut prihatin, dan berdoa semoga orang-orang disekeliling saya bisa memaklumi kekurangan saya.

lalu iapun bertanya apakah "kelainan" saya bisa disembuhkan dengan terapi?
Dalam hati saya tertawa geli atas reaksinya ini.

Selama ini saya merasa ketidakmampuan saya membedakan kiri dan kanan tidaklah sangat mengganggu atau berakibat fatal, sehingga saya merasa tidak perlu untuk menjalani terapi. Sampai-sampai iapun bertanya, apakah kekurangan saya ini menurun ke anak-anak saya?

Hahaha..sejauh ini saya lihat Si Ken mampu membedakan kiri dan kanan dengan cepat. Aman-aman saja lah Pak...
Hahaha..

 

Terimakasih Pak Supir taksi..saya sudah diingatkan. Selama ini sungguh saya tidak pernah memikirkan terapi, karena saya cukup terbantu dengan cara melihat tangan kiri dan kanan saya saja.

Biyunge

Saya memanggil ibu saya, Biyung. 
Kini, mungkin dikampung saya, hanya di keluarga kami yang masih ada sebutan biyung. Rata-rata, dikampung, mereka memanggil ibu dengan sebutan  mama. Sedangkan sebutan Ibu hanya di pakai keluarga berada. 
Itu dikampung saya ya..

Nah..berhubung sekarang saya tinggal di Jakarta, sepertinya se-Jabodetabek ya hanya saya yang memanggil ibu dengan sebutan biyunge.
Apakah saya malu? Tidak. Saya malah merasa bangga. Saya merasa tak ada yang salah dengan sebutan itu. Menurut saya, malah sangat Jawa, sangat Banyumas, sangat Indonesia.

 
Bagi saya, mau memanggil mami, mimi, mama, emak, mamake, ibu, bunda, umi, mom, atau biyung/biyunge, semua sama saja. Yang penting adalah bagaimana kita menunjukan rasa hormat, cinta dan kasih kepada orang yang paling berjasa dalam hidup kita. 


Kembali ke soal biyung, saya tidak tahu apa alasan ibu kami, mengajari  anak-anaknya untuk memanggi beliau, biyung. Apakah karena 30-40an tahun lalu sebutan itukah yang lazim disana?


Tapi jika saya perhatikan, orang-orang yang usianya sama dengan kaka saya, (lahir diakhir tahun 60an,mereka), kini, mereka  memanggil ibu mereka  dengan sebutan  mama. Apakah memang mereka dulunya sempat menggunakan sebutan biyung, namun sesuai dengan perkembangan zaman, kata itu sudah dianggap kuno, maka bergantilah ia menggunakan kata "mama"?
Ah..tak usahlah dipertanyakan.

Yang pasti..saat ini..saya sangat kangen biyung-ku.

Tuesday 19 August 2014

Kopi Toraja



Dapat kiriman Kopi  dari teman. Kopi Robusta Asli Toraja yang aromanya terkenal mendunia. Selama ini saya hanya bisa mendengar dan membaca  kenikmatan kopinya. 
Dan sekarang ketika kopi itu ada di depan saya, dan saya bisa mencium aroma yang menguar dari bubuk hitam lembutnya....Ah..serasa saya di bawa ke sana. 




Ke Toraja (Sulawesi Selatan) adalah impian saya. 

Sebelum saya bisa ke sana...kopinya sudah lebih dulu datang ke rumah saya.

Kopi yang saya terima di produksi oleh Usaha Ikel, yang alamatnya di Jalan pembangunan, Pasar Sore Rantepao Toraja Utara Sulsel HP : 085397399965

Ah..entah kapan saya bisa kesana, padahal sudah berkali-kali  rekan kerja saya yang disana mengundang saya datang. Menurutnya, di Toraja, turis asing lebih banyak  dibanding turis lokal. Loh...orang luar saja bisa datang..kenapa saya tidak?

Dan untuk menghibur diri..biasanya saya suka berlama-lama dianjungan Sulawesi Selatan di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta..heheheh



Suku Toraja yang tinggal di pegunungan masih memiliki gaya hidup Austronesia yang mirip dengan budaya Nias. Mereka sebagian besar hidup bertani. Kopi, cengkeh, cokelat dan Vanilli adalah hasil utama pertanian disini.






Dan jika kelak saya kesana, saya ingin sekali berlama-lama di kebun kopi. Terbayang aromanya....





Sumber foto  pohon kopi : aromakopi.com

Monday 18 August 2014

Teh Dempo Oh Amboi

Saya belum pernah ke Gunung Dempo, bahkan tanah Sumatera Selatan pun belum saya pernah tapaki, tapi teman yang baik hati mengirimkan ke saya teh asli Gunung Dempo. Duh bahagianya.

Gunung Dempo (3159 mdpl) terletak di perbatasan provinsi Sumatera Selatan dan provinsi Bengkulu tepatnya di kota dingin Pagaralam, kurang lebih 7 jam perjalanan darat dari ibu kota Sumatera Selatan, Palembang
Kota Pagaralam, memang di pagari dengan alam pegunungan bukit barisan, dan yang tertinggi memagari adalah  Gunung Dempo. 

Dan teh  yang saya terima (lumayan banyak 4 bungkus) adalah Teh  Hitam Cap Gunung Dempo.diproduksi PTPN 7 (maju peduli, membangun negeri) Unit Usaha Pagar Alam, .Dikemas oleh CV HD Chaniago Pagar Alam, Sumsel 085369102768  Netto 250gram, dan memiliki ijin Dinkes No 810167301059, tanpa pengawet, tanpa pewarna dengan murni daun teh asli

Teh Pagar Alam adalah satu-satunye teh dataran tinggi (higland tea) di lereng timur, menghadap langsung matahari, menghasilkan rasa dan aroma khas. Ditanam disekitar hutan primer, jauh dari pencemaran sehingga benar-benar  daun teh berkualitas dan bermutu tinggi.Teh hitam Gunung Dempo telah menjadi salah satu favorit sejak masa Kolonial Belanda.

Manfaat :
Dapat membantu mencegah penyakit gula, jantung, kanker, asam urat, kolesterol, darah tinggi
Melancarkan pencernaan
Menghaluskan kulit
Melangsingkan badan
Memperlambat penuaan

Cara penyajian..
Masukan the gunung dempo ke dalam poci
Tuang air mendidih, tutup, diamkan 5menit.
Kekentalkan sesuai selera, dengan menambahkan air panas.
Tuangkan dan saring ke dalam gelas.
Lebih nikmat bila ditambahkan susu.

Hmmmm..sambil minum teh..saya membayangkan sedang berada  di kaki Gunung Dempo dengan hamparan pohon teh sejauh mata memandang

Nge-teh yuk


Sumber foto kebun teh : wikipedia

Putri Dianapun Beristirahat Disini


Ketika kuliah dulu (tahun 2003), sempat saya main ke Malioboro. Di sana  saya menemukan gedung dengan halaman luas sekali, bergaya Belanda dan ada lambang Garuda di depan bangunan utamanya.

Kepada polisi yang lewat saya sempat bertanya itu gedung apa. Dan polisi yang baik hati menjawab kalau itu Gedung Agung, tempat presiden menginap jika berkunjung ke Yogyakarta.


Sayapun terkagum-kagum dan berdiri lama di balik pagar, menebak-nebak seperti apa suasana di dalam gedung tersebut.


Dan dua tahun setelah itu..pekerjaan saya memungkinkan saya menginap di Gedung Agung. Ternyata memang sangat luas, terdiri dari beberapa blok.

Kamar yang saya tempatipun luas bahkan masih cukup lega ditempati empat orang. Ada  lemari kayu yang sangat besar di dalamnya, juga  kamar mandi yang lebar  terbuat dari material kelas A. Kamar juga dilengkapi dengan sofa dan ruang televisi.

Saya sangat menyukai suasana disini ketika pagi tiba. Udaranya sejuk. Dan siluet bangunan begitu indah dilihat.

Saya intip dari situs resmi kepresidenan, gedung ini dibangun pada 1824 dan awalnya adalah rumah kediaman resmi residen Ke-18 di Yogyakarta (1823-1825) bernama Anthonie Hendriks Smissaert. Sejumlah Gubernur Belanda juga pernah menempati gedung ini.

Pada masa pendudukan Jepang, istana inipun  menjadi kediaman resmi penguasa Jepang di Yogyakarta, yaitu Koochi Zimmukyoku Tyookan.

Pada tanggal 6 Januari 1946, Yogyakarta  resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia dan Gedung Agung pun berubah menjadi Istana Kepresidenan sebagai kediaman Presiden Soekarno, Presiden I Republik Indonesia, beserta keluarganya.Pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar TNI (pada tanggal 3 Juni 1947) juga dilakukan digedung ini

Selain itu lebih dari 65 kepala negara dan kepala pemerintahan dan tamu-tamu negara, telah berkunjung atau bermalam di Gedung Agung, antara lain, Presiden Rajendra Prasad dari India, Raja Bhumibol Adulyajed dari Thailand, Presiden D. Macapagal dari Filipina dan  Ratu Elizabeth II dari Inggris.
Dan.....Pangeran Charles bersama Putri Diana dari Inggris pada 1989 juga pernah beristirahat disini.


Wah..saya merasa beruntung pernah menginap di salah satu sudut gedung ini.



#Edisi Kangen Jogjakarta.

Saturday 16 August 2014

Sewindu Tanpa Mudik



Sudah 10 tahun saya tidak merasakan mudik lebaran. Karena itulah sulit bagi kami untuk memiliki foto keluarga besar yang lengkap. Dari sekian foto, dari tahun ketahun, selalu ada yang kurang, yaitu saya. 

Kenapa mudik menjadi begitu sulit? Alasannya, pekerjaan.




Jadi kalau di hitung-hitung, selama 10 lebaran saya tidak menjabat tangan Ibu, dan hanya meminta maaf lewat telepon. Apakah saya sedih? Bohong kalau saya berkata tidak. Tapi kadang dalam hidup memang ada hal-hal yang harus di bayar mahal.




Sering sambil menelepon  Ibu, saya berusaha menangkap suara-suara kebersamaan di belakangnya. Meskipun samar, saya mendengar  suara  kakak-kakak yang sedang ngobrol, juga gelak tawa ponakan. Itu  sudah cukup membuat saya tersenyum bahagia.



Tapi tahun ini..meski saya tidak mudik, saya beruntung, anak sulung saya Ken, pulang kampung mewakili saya.





Meski merasa sepi, saya senang  melihat foto-foto yang dikirim kakak-kakak saya. Ken asyik bersepeda, ken dengan baju kokonya, ken asyik bakar ikan,dan juga  naik perahu.

Saya lega, karena apa yang Ken lakukan disana, sebenarnya sebagian besar ingin dia kerjakan di Jakarta, tapi selalu ada alasan untuk tidak mengabulkannya.




Karena alasan ini pulalah, Si Ken merasa tak ingin pulang ke rumah.

Sebagian dari hati saya bisa memahami..karena saya merasakan hal serupa.

Tips Menonton Dengan Si Kecil


Bulan lalu untuk pertama kalinya saya bawa Ken (7tahun)  menonton film di bioskop (mumpung gratis heheheh). Kenapa begitu terlambat? Karena saya mencari film yang tepat untuknya. Film tanpa adegan sedih (Ken selalu menangis setiap melihat bagian film yang mengharukan). Hingga akhirnya saya jatuhkan pilihan pada Transformer : The Age of Extinction

Sepuluh menit pertama Ken masih menjadi pengamat, suasana baru, pengalaman baru. Dia tak peduli dengan filmnya, tapi ia mencoba mencerna suasana : gelap, bangku-bangku yang berderet, senter petugas, penonton lain, layar super lebar, speaker, hingga pintu dengan tulisan menyala terang: exit.

Sepuluh menit kedua dia mulai melirik filmnya. Tapi ternyata film yang penuh adegan robot bertempur itu tak terlalu menarik perhatiannya. Ia mulai gelisah dan berkata : "Kok nggak selesai-selesai sih?

Eng ing Eng...filmnya ternyata lama....dua jam lebih. Dan selama dua jam itu saya harus mengatasi rengekan Ken yang terus menerus meminta pulang.

Berdasarkan pengalaman saya ini, saya ingin sedikit berbagi tips menonton film dengan si kecil agar nyaman  :

1.Pastikan si kecil dalam kondisi sehat, dan tidak lapar.

2.Bawa camilan kesukaannya.

3.Bacah dulu resensi film yang akan di tonton, sehingga paling tidak kita tahu alur cerita dan juga durasi. Resensi bisa kita lihat di internet (misalnya di website resmi bioskop), atau di koran dan majalah atau di media online.

4.Pilihlah film yang berdurasi pendek dan yang paling penting, pilih  film sesua usia.

5.Sebelum menonton pastikan film yang di tonton benar-benar disukai dan sangat ingin di tonton oleh Si Kecil


Semoga bermanfaat

Selamat menonton