Wednesday, 20 August 2014

Paskibraka?

Berhubung lagi hangat-hangatnya Agustusan dan upacara bendera ahad lalu digelar dimana-mana, salah satu rekan kerja saya bertanya :
"Kamu dulu waktu sekolah, pernah jadi paskibra tidak?"
Dengan santai saya menjawab "Tidak, boro-boro jadi paskibra, membedakan kiri dan kanan saja, saya  tidak  bisa"
Meledaklah tawa diseluruh ruang kerja kami. Saya kaget, karena jawaban saya ternyata dianggap lucu.
Merekapun lalu ribut bertanya soal "kelainan" yang saya idap.

Sebenarnya saya sudah pernah tulis soal "kelainan" ini sebelumnya.Tapi karena beberapa hari terakhir ini banyak orang yang terganggu akan kekurangan saya ini, maka saya akan tulis sekali lagi.
 
Ini contohnya :
Seminggu setelah lebaran, saya menjemput Si Ken yang baru saja ikut mudik Bude-nya. Sambil gendong Si Kin saya sibuk ngomong apa aja agar Si Kin tidak rewel. Sesekali Supir taksi nimbrung ngobrol, dan disetiap persimpangan ia  bertanya belok ke kiri atau ke kanan.

Belokan ke dua dan ketiga saya memberikan petunjuk yang benar, karena saya masih sempat melihat tangan saya (untuk membedakan kiri dan kanan). Tapi begitu pertanyaan di belokan  ketiga, saya sedang sibuk menenangkan Si Kin yang tiba-tiba merengek, saya pun menyebutkan arah yang salah, dan itu baru saya sadari lima menit kemudian. 

Wow..nyasarnya sudah lumayan jauh...wwkwkkw. Sayapun segera meminta taksi memutar balik kembali ke arah persimpangan terakhir.

Kepada supir taksi, sayapun bercerita tetang ketidak mampuan saya membedakan kiri dan kanan dengan cepat. Si Supir taksi terkejut dengan "cacat" saya ini, dan dari nada bicaranya ia  terlihat sangat heran.
Ia bertanya apakah ketidak mampuan saya itu hanya sebatas membedakan kanan dan kiri saja, ataukah juga saya tidak bisa membedakan hal-hal lain seperti warna misalnya? Lalu iapun mengatakan ikut prihatin, dan berdoa semoga orang-orang disekeliling saya bisa memaklumi kekurangan saya.

lalu iapun bertanya apakah "kelainan" saya bisa disembuhkan dengan terapi?
Dalam hati saya tertawa geli atas reaksinya ini.

Selama ini saya merasa ketidakmampuan saya membedakan kiri dan kanan tidaklah sangat mengganggu atau berakibat fatal, sehingga saya merasa tidak perlu untuk menjalani terapi. Sampai-sampai iapun bertanya, apakah kekurangan saya ini menurun ke anak-anak saya?

Hahaha..sejauh ini saya lihat Si Ken mampu membedakan kiri dan kanan dengan cepat. Aman-aman saja lah Pak...
Hahaha..

 

Terimakasih Pak Supir taksi..saya sudah diingatkan. Selama ini sungguh saya tidak pernah memikirkan terapi, karena saya cukup terbantu dengan cara melihat tangan kiri dan kanan saya saja.

2 comments:

  1. Saya juga kalau di srh paskibraka waktu smk plg ga mau mbak, mlh sya jdi bhn tertawaan krena nolak :D
    komen dn knjngi critaku jga ya mbak www.priangga.web.id/2014/08/pantai-teluk-mak-jantu.html

    ReplyDelete
  2. hahahha...senasib kita mas..sip...sy mampir ke sana ya untuk komen

    ReplyDelete