Thursday, 21 August 2014

Merana di Pusat Primata

Namanya, Pusat Primata Schumtzer Ragunan Jakarta Selatan.

Saya beruntung bisa datang ke Pusat Primata ini ketika belum lama dibuka, sekitar tahun 2005. Semua serba tertata cantik, rapi dan sangat nyaman (untuk primata maupun manusia yang mengujunginya). Informasi tentang hewan cerdas ini tersaji dengan baik melalui papan disekitar kandang ataupuan diruang informasi.

Gorila yang menjadi "raja " memiliki rumah alami yang nyaman.

Disini, primata sebagian bebas diluar kandang dan pengunjunglah yang di kurung didalam terowongan/tunnel  yang melintasi hutan buatan untuk mereka.  Dari balik dinding kaca super tebal yang ada di beberapa bagian tunnel, kita bisa mengamati perilaku sejumlah primata. Atau kita bisa naik kerumah pohon, tempat kita bisa melihat sebagian besar  areal pusat primata ( 13 hektar). Ada dua rumah pohon, dan keduanya di hubungkan dengan jembatan tali. Sangat menantang untuk diseberangi, karena letaknya yang cukup tinggi, lebih dari 5meter diatas permukaan. Beberapa kamerapun ditempatkan di sudut-sudut kandang untuk memantau perilaku sejumlah primata.
Untuk memasuki kawasan ini, kaki kamipun wajib menginjak keset berisi cairan khusus untuk sterilisasi. Semua demi melindungi primata dari sejumlah penyakit. Makanan dan minuman dilarang dibawa. Jika pengunjung haus, kran berisi air siap minum sudah tersedia.

Beruntung pula pekerjaan saya memungkin saya bertemu dan berbicara dengan Willie Smits, "otak dan nyawa" dari pusat primata ini.
Pria asal Belanda yang sudah jadi warga negara Indonesia  ini adalah pria yang mendedikasikan sebagian  hidupnya untuk primata. Ialah pendiri pusat primata ini, dan orang yang paling tahu bagaimana menangani "rumah primata ini.


Diakhir kunjungan, saya tertarik untuk mengisi form saran dan kritik yang terdapat di depan counter penitipan barang. Saya usulkan, alangkah baiknya jika di tunnel dilangit-langitnya dihiasi dengan "bintan-bintang" dan suara binatang, sehingga tidak terkesan menyeramkan.
Dan beberapa bulan kemudian ketika saya datang lagi..wow..usul saya sudah diwujudkan...tak jauh dari pintu tunnel saya bisa melihat bintang berkelap kelip dilangit-langit dan juga suara burung-burung.

Tapi..sayangnya,  setelah kunjungan kedua  itu, saya baru datang kesana lagi 8 tahun kemudian. Dan...sungguh saya sangat kecewa. Semua fasilitas sudah sangat mengenaskan. Sejumlah primata juga tidak terlihat happy seperti dulu. Kandang mereka terlihat tak terawat dengan sempurna. Lantai tunnel sudah rusak sebagian, tak ada lagi bintang-bintang apalagi efek suara burung. Fasilitas yang dulu nyaman untuk pengunjung sudah lapuk disana-sini. Toilet tak lagi layak pakai. Bahkan rumah pohon tinggal cerita. Air siap minum yang bisa dinikmati oleh pengunjung krannya terlihat kotor, sebagian rusak dan tak berfungsi dengan baik. Dibandingkan dengan kunjungan pertama dan kedua saya, dikunjungan ketiga itu saya merasa melihat "puing".
Hanya Gorilla yang terlihat masih bak raja, primata lain bernasib berbeda. Apakah ini efek dari  pengelolaan yang  sudah diserahkan sepenuhnya pada Ragunan?

Pak Willie..saya ingin anda "kembali" kesana..dan kembalikanlah" kewarasan" pusat primata ini.

No comments:

Post a Comment