Monday 4 August 2014

Kisah Tragis Seorang Model

Waktu itu saya baru kuliah semester awal. Saya dan dua teman (yang sama-sama suka membaca) menyisir satu-satu perpustakaan yang ada di Jakarta Selatan. Tapi yang lumayan sering kami kunjungi adalah Perpustakaan Umum Daerah Propinsi DKI Jakarta di Kawasan Kuningan Jakarta Selatan. Letaknya di belakang gedung Perfilman Usmar Ismail, tepatnya di Gedung Nyi Ageng Serang (orang lebih banyak menyebut gedung ini Gedung Wanita). Dari perpustakaan hanya butuh jalan kaki 5 menit  ke Pasar Festival. 

Saat sedang asyik membolak balik katalog, ada perempuan paruh baya yang mendekati saya, lalu berkata, "Mba, mau jadi model nggak, saya butuh 3 orang, hanya sebentar kok tidak lama"
Wah..saya GR banget dong..apa tampang ndeso kaya saya ini bisa jadi model? Kok apa yang saya alami ini mirip kaya cerita model-model cantik jelita yang karirnya diawali dengan proses dihampiri oleh seseorang, kemudian ditawari menjadi model lalu menjadi terkenal dunia akherat (saya sering baca kisah seperti ini di majalah).


Wuih..dengan hati berbunga-bunga setengah tak percaya, setujulah saya  sembari mengajak dua teman wanita saya untuk mengikuti "Si Agen Model".


Berdebar-debar, sampailah kami diruangan yang letaknya beberapa lantai di atas perpustakaan.
Olala,...ternyata di ruangan itu bukanlah tempat pemotretan, tapi  tempat kursus kecantikan ibu-ibu Dharmawanita.


Pyar,,,buyarlah karir model  yang ada di kepala saya. Ternyata saya  hanya akan menjadi "kelinci percobaan" perias amatir  yang belum bisa dipertanggungjawabkan keahliannya.

Rasanya saya ingin lari tunggang langgang dari ruangan itu segera, tapi rasanya kok tidak etis karena tadi saya sudah mengiyakan.


Kamipun digiring ke tempat rias masing-masing. Saya kebagian dirias oleh ibu berbadan tambun dengan rambut keriting dan make up menor.

Pertama saya difacial lalu dimasker..Ah..kalau ini sih lumayan bisa membersihkan debu-debu di wajah buluk saya. Dan saking enaknya saya tertidur


Tapi tiba-tiba saya merasakan ada yang mencabuti alis saya...Eits..saya panik. Sayapun protes dan dijawab oleh si perias amatir dengan kalimat menenangkan "Hanya dirapikan kok mba, sedikit saja dicabutnya, pasti nanti hasilnya bagus"

Janji "hanya sedikit" dan "hasilnya bagus",  menenangkan saya. Saya  pasrah lalu kembali tertidur.


Hingga kemudian saya merasakan tepukan di pundak. Sayapun bangun dan melihat sudah ada beberapa orang mengelilingi saya. Salah satunya berkata :
"Bagus..alisnya bagus, bedaknya juga bagus..tinggal latihan lebih sering." Saya tebak dia sang guru make up.

Lalu dengan menahan sisa kantuk sayapun bangun. Tak ada cermin untuk bisa memastikan apakah perkataan Si Guru tadi serupa dengan kenyataan.


Si Perias mengucapkan terimakasih sembari membereskan peralatannya.
"Sang Agen Model" kembali muncul di depan saya, dan mengarahkan saya sebuah ruangan dengan cermin dan  sejumlah westafel. "Silahkan mba, kalau mau membesihkan make up"

Belum sempat saya bercermin  kedua teman saya muncul, mereka terlihat cantik dengan make up alami. Tapi saya kaget karena mereka tertawa terbahak-bahak melihat saya. Mereka tertawa sampai berurai air mata dan jatuh terduduk di lantai.


Penasaran, saya segera mematut diri ke cermin. Astaga.....saya terperanjat melihat sosok yang ada dihadapan saya..saya seperti melihat... Joker...
Wkwkkkwkwk. Saya ikut tertawa terpingkal-pingkal.  

Sambil menahan malu, secepat kilat saya membersihkan kekacauan di wajah.

Dan sepanjang jalan pulang hingga berhari-hari kemudian kedua teman saya masih tertawa terpingkal-pingkal setiap kali melihat saya.

Sementara saya harus menunggu lama hingga alis kembali kebentuk semula .


Karier saya sebagai "model" tamat sudah.


Sumber foto :
hdw.eweb4.com

No comments:

Post a Comment