Tuesday 7 March 2017

Orang Kaya...Teruslah Lupa

Sepuluh tahun lalu, tak sulit menemukan tanah kosong di sekitar lingkungan rumah saya. Tanah-tanah ini  dimiliki oleh orang kaya yang saking kayanya sampai lupa punya tanah dan dibiarkan terbengkalai. 
Tanah dipenuhi tanaman semak yang super tebal dan menjadi rumah yang nyaman bagi beragam serangga juga hewan melata. Tanah biasanya dititipkan kepada warga terdekat.

Jelang Idul Adha tanah-tanah kosong akan dibersihkan (biaya pembersihannya mahal loh) lalu  akan menjadi hunian sementara bagi sapi dan kambing yang siap sedia dikorbankan. 
Biasanya yang menyewakan tanah adalah pihak yang dititipi menjaga tanah, lumayan kan daripada tanah nganggur dan hanya jadi rumah kadal. 
Setelah Idul Adha usai, tanah kembali kosong, dengan menyisakan banyak sekali kotoran hewan, yang  menjadi pupuk  amat sangat sedap bagi tanaman semak berikutnya. 

Tapi kini..semua berubah. Tak banyak lagi orang kaya yang pelupa. Sebagian tanah kosong sudah berubah menjadi Town House atau Ruko. 

Disekitar rumah saya tersisa 3 tanah kosong. Persis disamping saya, menjadi rumah yang asyik buat biawak, kadal, ular dan musang. Sejauh ini , pemilik tanah sepertinya masih belum mengingat aset miliknya ini... Syukurlah..lupa lah terusssss.

Satu lagi tanah kosong yang konon milik pengusaha minyak...(entah minyak apa..saya tidak peduli, yang penting tanahnya tetap dibiarkan kosong). Tanah ini konon pula, banyak hantunya. Nah hantu...tolong jangan kemana-mana. Tetaplah disitu ....

Tanah yang terakhir, berada diseberang rumah saya. Luas sekali. Oleh warga sering digunakan untuk bermain bola, bahkan ada gawang bambu ala kadarnya.
Anak-anak saya senang sekali berlarian di sini. Warga juga memanfaatkan lahan  ini untuk belajar naik sepeda atau sepeda motor.

Tapi....ealaaaahhhh mamakeeee, kemarin saya melihat tanah itu sudah ditembok, dibelah dua. Mungkin si pemilik sudah ingat tanah miliknya dan menjual sebagian. Haduhhhhhh. Saya sedih. Banyak kenangan bersama anak-anak di rerumputan itu.

Ketika saya mengeluh  pada seorang  teman, saya mendapat tanggapan dengan emosi membara.  
" Eh.. kenapa jadi lo yang protes. Terserah si pemilik mau apain itu tanahnya, kenapa juga dia musti mikirin tempat bermain buat anak-anak lo. Emang dia bapak anak-anak lo?  Lagian nggak modal amat lo....maunya gratisan aja. Ajak anak lo ke mall, banyak tuh tempat bermain. Modal dikit dong"

Eaaaaa..Saya sih tak pikirkan kalimat teman saya itu (yang mungkin ada benarnya..hahahah)

Lebih baik saya  banyak berdoa, agar  orang kaya pemilik tanah di sekitar rumah saya itu, makin pelupa.

Amin...