Saturday 29 November 2014

Janji Di Atas Ingkar

Seorang penipu, saat beraksi, kadang tak pandang bulu. Ia pasti pandangnya uang kan...? Hahaha
Kebetulan, salah satu teman saya juga penipu. Bahkan saya yang miskinpun jadi mangsanya
(Berhubung sebelumnya dia baik..,ya saya percaya saja)

Proyek tipu-tipu dimulai dengan iming-iming semanis gula jawa."Pokoknya...Mba
dalam dua minggu modal balik, dan untung  50 % loh".
Karena dijanjikan dua minggu uang kembali, saya pertaruhkan uang iuran sekolah Si Ken. Jika dihitung-hitung pas dua minggu itulah saatnya uang sekolah harus dibayar.

Bayangan balik modal 50 persen dan hubungan baik yang selama ini terjalin bak persatuan dan kesatuan..maka sayapun merelakan uang bulanan sekolah Ken dia pakai untuk tambahan modal.
Sudah terbayang, keuntungan akan saya gunakan untuk membayar pinjaman yang memanggil-manggil tuk dilunasi....hahhahah

Eng ing eng...dua minggu berlalu. Tak ada kabar berita. Saya mulai panik karena berarti nasib uang sekolah Ken terancam.
Sayapun BBM..dijanjikan besok..terus besok lagi..terus...besok dan besok.

Sebulan kemudian akhirnya..uangpun dikembalikan. Tapi keuntungan yang ia janjikan hingga kini ( 4 bulan berlalu ) tak ada kabarnya. Komunikasipun terputus bak layang-layang nyangkut di sutet.

Ehem..pengalaman ini membuka mata batin saya yang selalu lempeng-lempeng saja.
Pengalaman yang menunjukan bahwa uang tak kenal apa itu pertemanan. Yang uang kenal..hanyalah nafsu.

Saya jadi ingat omelan suami saya 
"Hidup di Jakarta itu keras, kejam. Jangan terlalu polos..jangan berpikir semua orang itu baik. Waspadalah karena siapa teman dan siapa lawan sulit dibedakan. Kalau mau hidup dengan pikiran polos-polos saja..hiduplah di kampung..tanam singkong dan ubi".

Apa iya ya....apa bener saya mirip Oneng?


Thursday 27 November 2014

Catatan Kecil Kinan




Bangun tidur, tak kulihat Ibu. Sampai hari gelap, Ibu pun belum muncul menyapa dan memelukku. 
Lelah menunggu, aku pun tidur.
Tengah malam aku terbangun...Ahaaaa...akhirnya wajah Ibu ku temukan. Rupanya Ibu baru pulang. Meski terlihat lelah dan mengantuk ia menyapaku riang, lalu memelukku dengan hangat. Ah..bahagianya.

Karena kangen, aku tak mau buru- buru tidur lagi. Aku ingin bermain dengan mu, Bu. Jadi tolong jangan nyanyikan lagu Nina Bobo. Aku mau Ibu membacakan Cerita Eyore dan Pooh.
Jangan pula beri aku susu, karena aku akan kekenyangan lalu mengantuk.
Mari kita bermain saja Bu...
Lihatlah kaki kecilku. Aku ingin segera berlari, jadi tuntun aku ya Bu, agar segera kuat kakiku, dan akupun tak akan lagi merepotkanmu.

Ayo usir kantuk dan lelah Bu. Aku akan banyak tertawa dan tersenyum untukmu. Aku akan tunjukan gigiku yang tumbuh satu persatu. Lihatlah aku bisa bertepuk tangan dengan keras. Aku bisa membuat suara-suara lucu. Aku bisa bermain Hay Day. Aku bisa menunjukan padamu teman -teman Pooh satu persatu.
Sebenarnya  ingin aku pamerkan kemampuanku sedari siang, tapi Ibu tak kunjung pulang.

Jangan marahi aku ya Bu...biarkan aku terjaga...biarkan aku terjaga...karena aku tahu..bangun pagi esok, Ibu sudah tak ada.

 

Untuk semua anak-anak yang di tinggal bekerja ibunya...

Wednesday 26 November 2014

Tips Berbelanja di Nabawi

Masjid Nabawi adalah surga belanja. Deretan ruko menawarkan segala macam souvenir yang membuat mata saya mendelik-delik menahan hasrat beli.
Tapi sayang seribu sayang, keinginan tidak berbanding lurus dengan keuangan. Daya beli sih 1000%, tapi daya kantong hanya  ada  2,5 %. saja
Hahahha

Jadilah saya lebih banyak berkutat di pedagang kaki lima yang terhampar di halaman masjid. Ada aneka kurma, kacang-kacangan, kismis, buah jeruk dan pisang, aneka baju muslim, kerudung, syal, pasmina, perhiasan imitasi, aneka permen coklat, aneka souvenir (gantungan kunci,lukisan kaca, kaligrafi), parfum, aneka peci dan Al-Quran. Tapi, jika membeli disini, harus sangat jeli.
Misal membeli pasmina.
Pasmina- pasmina cantik buatan India ini begitu menarik, ribuan motif. Tapi telitilah. Sebagian barang yang dijual adalah barang cacat produksi. Berjuanglah untuk mendapatkan pasmina sempurna, jika dapat, maka belilah sebelum menyesal. Karena harganya dalam rupiah hanya 15 ribu rupiah saja. Sementara jika di toko bisa mencapai 5 kali lipat.

Untuk aneka coklat, dengan kualitas yang sama, harga dikaki lima bisa lebih murah separuhnya.

Tapi jika oleh -oleh untuk keluarga terdekat saya sarankan membeli di ruko, karena tentu kualitas yang bicara. Jika membeli dalam jumlah banyak, maka toko bisa memberi diskon lebih.

Kendala bahasa hampir tidak ada karena pedagang disana rata-rata pandai berbahasa Indonesia.
Jika kita menawar dan dijawab..
" Haram..haram " itu artinya tidak boleh.

Jadi..selamat berbelanja...









Tuesday 25 November 2014

Ada Jamur Di Hatiku

Ketika musim angin tiba (kami menyebutnya musim barat), itu pertanda musim jamur segera datang. Saatnya saya berkeliaran di kebun, menunggu jamur  muncul dari balik tanah kampung kami yang subur.
Jika beruntung saya bisa menemukan Jamur Wulan selebar piring. Dan jika apes saya hanya membawa pulang Jamur Sewu  (bentuknya mirip Jamur Wulan, tapi dengan ukuran super mini, bergerombol dengan jumlah mencapai ribuan).

Segepok jamur saya cuci, disuwir-suwir, dibumbui  sedikit garam, lalu dibungkus daun pisang dan dipepes menggunakan sangan (wajan tembikar).
 Hmmm.....kenyalnya jamur berpadu dengan aroma daun pisang segar. 
Sempurnaaaaa

Musim jamur selalu memanjakan lidah saya. Betapa tidak....setelah setiap hari makan dengan lauk tempe, tahu, daun bayam dan daun singkong, rasa jamur yang  kenyal gurih memberi rasa berbeda. Petualangan dan perjuangan mendapatkan jamur, juga membuat jamur berada dalam daftar teratas makanan yang saya sukai.


Dan bagi masa kecil saya, jamur tak hanya sekedar mengenyangkan, tapi juga menerangi. Maksudnya? 
Di sepanjang undakan tanah (yang menghubungkan rumah kami dengan tetangga), di salah satu sisinya terdapat jamur istimewa. Jamur ini menyela dalam gelap. Kami menyebutnya Jamur Upas.
Titik-titik cahaya indahnya, menerangi  kaki kaki kecil saya setiap pulang dari surau. 
Itulah hiburan satu-satunya di ribuan gelap malam yang harus kami lalui tanpa listrik.

Ketika PLN entah dimana...jamur-jamur di kampung kami...mengerti dan memberi cahaya.

Aih....

Dua Manusia Super

Meskipun anak seorang pegawai puskesmas, saya lahir dibantu dukun beranak. Mengerikan bukan?

Dilahirkan di rumah, dalam penerangan lampu petromak, bidan ( sahabat Bapak saya) baru datang setelah saya selesai menangis kencang, di pekan kedua Oktober tahun 1979.

Kala itu ada satu dukun beranak yang sangat termashur di kampung. Namanya Mbah Kismo. Ia memiliki sejarah panjang dalam dunia beranak, membantu kelahiran bayi-bayi kampung dari generasi ke generasi. 
Tapi sama seperti juga dokter-dokter modern, ia bukanlah manusia super yang bisa menyelamatkan semua bayi yang dilahirkan. Buktinya dua kakak saya meninggal dalam penanganannya. Sedangkan saya dan tiga kakak saya lainnya beruntung hidup hingga sekarang.

Namun, kegagalan dalam menyelamatkan kakak-kakak saya tidaklah menjadi catatan buruk dalam hidupnya, karena kala itu, semua masih buta hukum, buta visum. Kami hanya tahu kematian adalah takdir. Jadi semua kematian bayi diterima  ikhlas, sebagai tabungan bagi orang tua kelak di surga.

Dan dengan segala kekurangannya, (menurut cerita Ibu saya), Mbah Kismo ini sangat hebat. Ia bisa menangani kelahiran bayi dalam segala kondisi. Bayi sungsang bisa ia  sempurnakan posisinya hanya melalui sedikit sentuhan dan perintah lisan. Sebab itulah ia begitu disegani dan dihormati. Saya diwajibkan super menghormatinya karena dialah yang berjasa melahirkan saya.

Sampai usia balita usai, saya sangat mengagumi kekuatan magisnya. Dimata saya, dibalik tubuh rentanya, ia terlihat misterius dan sedikit menyeramkan.

Saya tak ingat persis kapan Mbah Kismo meninggal. Yang pasti setelah kepergiannya, sosok magical saya beralih ke seorang kakek tua. Saya memanggilnya Mbah Ngarsin.
Ketika saya rewel tanpa sebab jelas, Ibu akan meminta Mbah Ngarsin datang. 
Hanya dengan melihatnya, saya kembali tenang. Jika kakak saya sakit gigi, hanya dengan mengoleskan sedikit minyak angin, sembuhlah segera. Bagi saya..dialah manusia super. . 

Apalagi ketika ia berhasil menolong menyembuhkan Bapak dari derita sengatan tawon-tawon raksasa.

Hari itu saya ingat persis, ketika Bapak pulang dengan luka sengatan di kepala, wajah, tangan dan punggung.
Mbah Ngarsin lalu datang ke rumah dengan obat "ajaib". Bekas sengatan di punggung dan tangan diobati dengan kotoran kerbau (telepong), lalu luka di kepala diobati dengan dibalur air rendaman bunga bougenvile.
Entah dari mana resep pengobatan ajaib itu. Yang jelas Bapak sembuh dengan cepat (don't try this at home).

Demikianlah dua tokoh magical saya di masa balita.

Dan kini, dalam hati saya bertanya-tanya..siapakah tokoh magis anak-anak saya?

Semoga bukan Ganteng-Ganteng Serigala ...

Monday 24 November 2014

Cinta Dalam Sepotong Tempe





Selama 35 tahun hidup, saya pikir-pikir dengan seksama, ribuan potong tempe sudah saya makan. Betapa tidak? Saya tumbuh bersama tempe. 
Setiap hari sejak mengenal makanan padat, Ibu saya selalu memasak tempe. Mulai dari di goreng, ditumis, disambal, direbus dengan aneka kuah, dibacem hingga dibuat kering tempe.
Bahkan dimasa SD, saking tidak ada camilan, saya sering memakan tempe mentah. Rasanya kadang sedikit pahit, kadang hambar.

Mungkin karena tetangga adalah pembuat tempe ulung, maka Ibu saya menganggap lauk yang praktis ya tempe. Tinggal pesan, esoknya tempe lezat dan gurih sudah siap masak.
Sehari tiga kali makan..yaaa.. tempe lauknya. Jadilah saya pecinta tempe sejati.

Siapa di balik tempe-tempe lezat di meja kami?
Miskiyah, itu nama si master tempe. Ia janda  beranak satu. Wanita hebat yang sudah di gariskan Tuhan menjadi pembuat tempe terbaik di kampung. Rasa tempenya sangat gurih. Sehingga, kemanapun warga kampung kami merantau, ketika akan kembali ke kota selalu menjadikan tempe Mis sebagai oleh-oleh wajib.
Saking diburunya, Mis tak pernah repot-repot menjual ke pasar. Orang akan berbondong-bondong datang memesan ke rumah. Bahkan ketika tempe masih mentah, pembeli sudah antri memesan. 

Semasa kecil saya sering mengikuti proses bagaimana tempe dibuat. Mulai dari mencuci kedelai, merendam, merebus, menyiapkan tali pengikat, hingga tempe dibungkus...semua mengagumkan. Sering  pula  saya ikut ke kebun dan membantu Mis memetik daun pisang pembungkus tempe, atau ikut membuat  ikatan tempe. Caranya ? Batang  bambu dikupas kulitnya, diambil "daging"nya lalu dikerat halus dan tipis, sehingga terciptalah tali yang lentur tapi kuat. (Tempe di kampung saya dibuat satuan, bukan berbentuk balok atau persegi panjang. Jadi tempe perlu diikat  satu persatu )

Di Jakarta..tak ada rasa tempe yang mampu menandingi rasa tempe Mis. Terpaksalah saya memasak tempe batangan/tempe potong. 
Tapi bukan berarti saya tidak bisa memasak tempe enak. Karena sekarang....berkat Bango (Bumbu Tempe/Tahu Bacem), saya bisa memasak tempe bacem yang sempurna...sama dengan masakan Ibu .
Hanya tinggal tuang dan ungkep lalu goreng. Praktis, tidak sampai 20 menit..bacem coklat sempurna nan gurih sudah tersedia.
Produk baru Bango ini..layak ada di dapur anda Bu.
 
Cobalah...









Arafah : Doa Untuk Brad Pitt ?

Di tempat bertemunya Adam dan Hawa, saya sempat bingung mau berdoa apa. Saya hanya membayangkan bagaimana dua manusia pertama di dunia itu saling bertemu.
Tigaratus tahun saling mencari, mereka disatukan Tuhan (kembali) di sini, dalam kondisi tidak lagi saling mengenali.

Untuk naik ke titik temu Adam-Hawa (Jabal Rahmah), tidaklah mudah. Batu-batu terjal dan banyaknya pedagang juga pengemis, membuat saya harus jeli mencari jalur yang kosong.

Sampai di tugu peringatan,  suasana riuh rendah, ada yang histeris berdoa, ada yang khusuk, ada yang yang asyik berfoto-foto, ada pula yang berjuang berdesakan demi bisa menuliskan nama orang-orang yang mereka cintai di tugu.

Mitosnya, buat  lajang,  jika menuliskan (di tugu) nama orang yang dicintai, maka akan berjodoh. Lalu untuk yang sudah menikah? Cukup menuliskan nama suami dan anak untuk menjadi keluarga sakinah. Padahal menurut ustad, baiknya cukup berdoa saja. Tapi saya pikir tak ada salahnya mencoba.

Saya meraba tas  dan beruntung menemukan bulpoint. Saya tuliskan nama-nama anggota keluarga (suami, Ken dan Kin), kemudian berdoa untuk kakak, dan teman-teman yang belum menemukan jodoh. Terlintas dibenak saya..apabila saya berdoa minta di jodohkan dengan Brad Pitt apakah doa saya akan di kabulkan Tuhan? Hahhahahha




Setelah puas berdoa saya turun.
Sambil melompat dari satu batu ke batu lain, dalam hati, saya masih tetap membayangkan bagaimana Adam dan Hawa bertemu, bagaimana mereka begitu bersabar saling mencari.

Lalu..sepanjang Padang Arafah, sambil pulang menuju hotel (di seberang Masjidil Haram), saya sibuk memikirkan diri saya sendiri...apa yang sudah saya perjuangkan untuk cinta saya?
Apa yang sudah saya perjuangkan untuk Mas Brad Pitt....?
Wkwkkwkwkwkw



Sumber foto Brad Pitt : aimworkout.com

Sunday 23 November 2014

Potong...Potong Sendiri


Bulan lalu, via Whats Up, saya berhasil kontak dengan satu teman SMA.
Ada pertanyaan darinya yang membuat saya tersenyum kecut.
"Masih suka potong rambut sendiri?"
Kok dia masih ingat ya? 
Sejak kecil hingga SMA saya memang tak mengenal salon. Jika harus potong rambut, ya kakak-kakak saya yang mendadak jadi capster, atau saya potong sendiri.
Beruntung saya memiliki rambut ikal yang mengembang di sana sini. Jadi kalaupun salah potong tidaklah terlihat.

Sejak kecil saya jarang memiliki rambut panjang. Kenapa? Karena rambut selalu kusut masai. Di sisir hanya rapi semenit. Bergerak atau tiupan angin sedikit saja membuat rambut bak sabut kelapa. Tidak heran orang selalu mengira saya baru bangun tidur atau belum mandi.
Solusinya ? Rambut pendek. Akibatnya? Saya sering dipanggil mas.
Pernah di jaman kuliah saya membonceng motor teman (wanita). Pas berhenti di lampu merah ada yang menegur " Mas, apa nggak malu, masa cowok kok membonceng cewek "
Begitulah nasib saya.


Begitu muncul trend wanita cantik adalah yang berambut hitam legam dan lurus jatuh laksana sutera...saya merasa sangat terintimidasi. Berarti saya jauh dari tipe wanita cantik kan?
Sayapun mulai berandai-andai...kapan ya punya rambut sama persis  dengan Anggun C Sasmi?

Aneka shampoo yang konon bisa menaklukan rambut kusut sudah saya coba. Hasilnya......rambut  tetap tampil bergelombang awut awutan. Conditioner apapun tetap membuat rambut tegar dalam kekusutan.
Pernah berpikir untuk rebonding, tapi boro-boro rebonding, berangkat kuliah ada ongkospun sudah bersyukur.

Akhirnya saya pasrah menerima kenyataan ...sambil berharap.....kelak mode akan berubah arah.

Thursday 20 November 2014

Demi Koran


Setiap kali melihat tumpukan koran, ingatan saya kembali ke masa 20 tahun kebelakang.
Kala itu, di kampung, koran adalah "kemewahan".
Untuk mendapatkan koran, saya harus berjalan kaki 6 km, naik bukit turun bukit, menyeberangi sungai, melewati hutan, barulah saya sampai ke jalan besar. Kemudian saya harus naik bus kecil 20 menit untuk sampai ke kota kabupaten
Nah....di pusat pemerintahan daerah inilah saya bisa membeli koran.

Perjalanan ini saya tempuh setidaknya sebulan sekali ( jika bapak ibu sedang ada rejeki, seminggu sekali. Artinya hanya sebulan atau seminggu sekali saya membaca koran.

Nama toko buku dimana saya membeli koran adalah Aneka. Bagi saya toko buku ini laksana surga. Begitu banyak buku dan alat tulis seakan saya ingin tenggelam di dalamnya.
Sering setelah membeli koran,  saya berlama-lama berdiri di balik etalase untuk memandang iba buku-buku yang tak mampu saya beli.
Tapi kala itu,  satu eksemplar koran saja sudah berkah luar biasa

Sampai di rumah koran saya baca seluruhnya tanpa satu huruf pun terlewat. Bahkan saya sampai hapal nama-nama wartawannya.

Selesai membaca, esok harinya lembar-lembar koran sudah terpotong-potong untuk saya jadikan kliping yang terbagi menjadi beberapa bagian. Kliping olahraga, politik , ekonomi dan kesehatan. Bahkan kolom iklanpun saya potong rapi. Tak satupun huruf terbuang.
Disaat saya belum bisa lagi membeli koran, kliping-kliping ini saya baca ulang

Koran bekas bungkus cabai sering pula menambah koleksi kliping saya. Paling sedih ketika mendapat koran bekas bungkus ikan pindang, karena sobekan koran akan berbau amis dan berminyak, sehingga  harus dijemur untuk menghilangkan bau anyir. Atau paling dongkol ketika sobekan koran pembungkus bawang merah artikelnya terpotong sebagian. 

Jika begini, sobekan koran akan tetap saya simpan. Siapa tahu disana ada kata-kata atau sepotong informasi yang kelak saya butuhkan.

Kini..... puluhan tahun kemudian, ternyata nasib membawa saya ke orang-orang yang dulu saya baca tulisannya. Kami meliput berita yang sama, berbagi informasi dan berteman baik. Sedangkan kliping-kliping saya, sebagian tak kuasa melawan ngengat..sebagian masih tersimpan rapi di lemari.

Cerita di Balik Luka


Teman bermain saya di kala kecil, semuanya laki-laki. Tak heran, dunia saya saat itu penuh petualangan keras. Ada begitu banyak luka di badan saya. Dan setiap luka punya cerita, juga membekas hingga kini.


Yang pertama....luka pitak.
Ujung sabit pernah mampir ke batok kepala. Penyebabnya sepele, ada satu teman yang marah ketika saya larang menebang pohon pisang yang baru tumbuh. Selesai membacok, sabit raib. Baru ditemukan 5 tahun kemudian, terkubur di belakang rumah.


Yang kedua luka di hidung. Penyebabnya lompat tali tapi salah mendarat.  Ketika tali direntangkan sudah setinggi kepala, bukan kaki yang pertama menyentuh tanah, tapi hidung. Mungkin jika saya jatuh di masa kini, saya disarankan operasi .Tapi kala itu, hidung sembuh setelah nyeri berhari-hari. Sekarang, bekas luka sudah lumayan samar tertutup oleh warna kulit saya yang coklat.


Yang ketiga adalah luka di pipi kanan dekat hidung. Orang mengira bekas luka ini adalah jejak jerawat atau sisa cacar, padahal luka ini adalah bekas sabetan dari ujung daun pinang muda yang kami gunakan sebagai pedang dalam permainan perang duel satu lawan satu. 


Lalu yang keempat luka baret di dada. Luka ini berasal dari cakaran kucing liar yang terluka dipukul anak tetangga. Saya berusaha menyelamatkannya, tapi mungkin karena terbiasa diperlakukan kasar, si kucing  menyerang kesiapa saja yang mendekat. Kuku-kuku tajamnya, menimbulkan luka baret cukup dalam.



Yang kelima, bekas luka potong di jari telunjuk kiri. Luka ini saya peroleh ketika berlomba adu cepat memotong labu parang. Sebagian daging diujung telunjuk kiri tertebas parang. Untunglah berbulan - bulan kemudian telunjuk saya kembali utuh sempurna.



Yang keenam, luka di lutut. Saya peroleh ketika  bermain kejar-kejaran di halaman sekolah. Terjatuh, lutut  menghantam keras permukaan lantai semen yang kasar dan berkerikil. Begitu banyak kerikil yang menancap di lutut saya. Butuh waktu berhari-hari untuk mengeluarkan kerikil  satu persatu ( ketika saya tidur).


Yang ke tujuh, bekas luka terkena pecahan gelas di telapak kaki. Luka ini saya peroleh ketika saya sibuk berkeliaran di sungai mencari ikan. Entah siapa yang begitu sadis membuang pecahan gelas ke sungai. Yang pasti luka ini membuat saya susah berjalan berhari-hari.


Tapi dari semua luka-luka diatas...ada luka yang pernah saya tanggung dengan sangat dramatis.
Asyik bermain kejar-kejaran, saya  terpeleset dari undakan tanah dan jatuh dalam posisi memeluk pohon kaktus raksasa milik tetangga. Ratusan duri menancap diseluruh tubuh saya mulai dahi hingga ujung jari kaki. Butuh waktu berminggu-minggu untuk mengeluarkan duri satu persatu. Sebagian menimbulkan infeksi yang membuat saya demam.


Begitulah....saat itu saya menganggap masa kecil akan berlangsung selamanya. Saya tidak memikirkan jika kelak dalam dunia dewasa.....wanita dengan tubuh penuh luka....aihhhhh...jeleknya.

Hahahhahahha

Tuesday 18 November 2014

Bahagia Itu Sederhana


Pohon pinang tumbuh mengelilingi rumah kami di kampung. Tinggi, langsing, menjulang. Hanya orang ahli yang bisa naik ke ujungnya.

Sebulan sekali ada pembeli buah pinang datang. Ia sudah berumur, tapi  lincah memanjat. Hanya butuh 2-5menit untuk memanen satu pohon.

Buah pinang yang tak terpanen akan matang, lalu jatuh. Saya biarkan buah itu mengering lalu dipukul-pukul hingga kulitnya empuk, kemudian dikupas setengahnya, celupkan ke pewarna makanan berwarna pink atau merah dan taraaaaa...bunga hias pun jadi. 

Aroma bunga pohon pinang juga kesukaan saya. Saat tertiup angin, harumnya akan mampir ke hidung bengkok saya untuk sejenak menghilangkan aroma kampung di badan .

Ada satu doa sederhana yang saya selalu panjatkan untuk pohon-pohon pinang ini.
"Ya Tuhan,,,mohon segera tuakan pelepah daun pohon pinang agar saya bisa bermain dengan riang"

Dan ketika batang pinang mulai menguning lalu jatuh...maka petualangan seru dimulai.
Tubuh kurus ringkih saya  duduk manis di atas pelepah pinang (upih), lalu diseret oleh teman-teman
Semakin ngebut..semakin giranglah saya.
Apalagi ketika upih ditarik meluncur dari undak-undakan tanah yang ada di samping rumah...wuihhhhhh,.....rasanya seperti naik rollercoaster!
Sering saya hilang keseimbangan dan terguling, tapi saya selalu bersemangat untuk naik lagi dan lagi (lebam dan lecet baru berasa ketika permainan berakhir).

Badan saya yang super kurus selalu menguntungkan dalam permainan ini. Saya tak pernah mampu menyeret upih karena badan teman-teman jauh lebih besar. Jadi saya hanya kebagian ditarik bukan menarik. Hahahhaha

Permainan ini akan berakhir ketika upih sudah aus dan robek. Butuh waktu yang lumayan lama bagi kami untuk menunggu pelepah pinang menua.

Itu artinya.....waktunya bagi saya untuk kembali berdoa..."Ya..Tuhan...segerakanlah upih jatuh"

Karena bagi anak kampung seperti saya...bahagia itu...sederhana.





Sumber foto : google

Monday 17 November 2014

Ketika IPhone (tidak) Dalam Genggaman


Mendapat info bahwa Mie ABC bagi-bagi IPhone di Alfamart kawasan Kampus UI Depok, bergegaslah saya ke sana...secepat kilat laksana Gundala Putra Petir.

Sepanjang perjalanan, saya berdoa, semoga dengan hanya berbelanja Mie ABC Rp 8000 saja, tulisan IPhone akan tercetak manis di struk belanja saya.

Sambil komat kamit berdoa, sayapun membayangkan IPhone keren ada dalam genggaman. Aihhhh.....

Begitu memasuki kawasan UI, jantung saya berdebar keras...tak lama lagi..tak lama lagi..tak lama lagi..saya akan mempunyai hanphone baru bergambar apel di gigit secuil.

Begitu Alfamart sudah di depan mata..lutut saya gemetar memasuki pintunya. Dengan setengah gugup saya susuri rak demi rak..mencari Si ABC Gule Salero.
Dapat...alamak..tinggal lima bungkus. Secepat kilat sayapun ke kasir. Antrian lumayan panjang. Saya masih terus berdoa..keringat dingin..akankah...akankan..Alfamart di kampus terbaik se-Indonesia ini menjadi saksi saya mendapatkan IPhone?
Ketika tiba giliran saya, sedetik saya pejamkan mata. Tak berani saya menatap mba kasir.
Tik tuk tik tuk..suara ketikan jari si mbak kasir laksana slow motion menuju keberhasilan mendapat IPhone....

Tapi oh tapi.. dengan senyum teramat manis, mba kasir mengatakan..
" Dapat hadiah 1 mie Bu..sebentar ya saya ambilkan "
Olala bebeh...lemeslah saya.
IPhone melayang entah kemana..
Masih sambil tersenyum ramah..mba kasir memberi saya sebungkus mie, yang saya terima sambil menelan ludah yang terasa pahit. Saya hanya mampu mengucapkan terimakasih dengan lirih. Suara printer struk seakan menertawakan saya..krik..krik..krik

Perihnya..oh perihnya. Handphone bergambar apel gagal total saya dapatkan.

Melangkah gontai, gundah gulana..saya keluar Alfamart. Untuk membesarkah hati diri saya sendiri, saya lakukan penghiburan.....mengatakan pada diri saya sendiri kalimat berikut :
"Mugi..mungkin menurut Tuhan..yang kamu butuhkan sekarang bukanlah IPhone...tapi mie. Tak apa tak dapat handphone..setidaknya kamu masih bisa makan mie.."

Ya..ya..setidaknya saya sudah berusaha.
Maka..secepat siput sayapun melangkah pulang.

Keluar dari kawasan UI, gerimis turun.

Alam pun seakan ikut berduka untuk saya.
Olala...

Sunday 16 November 2014

Tetangga Masa Gitu

Kami  memiliki tetangga  di belakang rumah. Kurang lebih lima tahun mereka memberi kami  banyak rasa (dongkol). Baik ibu, bapak maupun kedua anaknya, memiliki perilaku yang sama-sama menggemaskan.

Sering mereka membuang sampah di belakang tempat kami tinggal, tak jauh dari pintu dapur. Padahal tempat sampah yang sesungguhnya ada sekitar 10meter lagi.
Demi kesehatan, jika tidak sedang repot saya singkirkan sampah mereka atau saya bakar. Yaaa,..saya sih mikir positif saja..mungkin kaki mereka rematik semua sehingga sulit untuk melangkah lebih jauh.

Pernah juga mereka memporak porandakan taman di halaman belakang  kami. Tanaman bunga dan buah yang kami rawat dengan jiwa dan raga, potnya pecah dan penyok-penyok, sedangkan rupa-rupa tanaman, daun juga batangnya patah. Rupanya ketika tetangga memarkir mobil, mereka begitu semangat (atau begitu bodoh) sehingga tanaman kamilah yang menjadi korban. Tak ada sepatah kata maafpun dari mulut mereka. Yaaa..kami sabar saja..yang waras ngalah.

Tak lama setelah itu..kami kaget ketika tepat dibelakang rumah kami berdiri dengan semena mena...kandang ayam!
Mereka memelihara ayam potong tapi di "kampungkan". Siang hari dilepas berkeliaran. Kadang ayam-ayam itu masuk dapur kami..(mungkin minta di goreng..).
Aroma kotoran ayampun menelusup ke dapur kami, membuat kami terpaksa harus menutup pintu rapat-rapat. Sewaktu-waktu pintu terbuka, lalatpun berlomba masuk.

Jika saya si ratu tega..bisa saja saya laporkan mereka ke pemda, maka akan disitalah ayam-ayam itu.
Setahu saya sejak kasus flu burung muncul, di Jakarta haram hukumnya ada  ayam (unggas) di pelihara di permukiman penduduk. Kalaupun ada harus memiliki ijin, dan mempunyai standar  kesehatan juga kebersihan yang tinggi. Tapi saya yakin, tetangga ini tak memiliki ijin, lah wong menaruh kandang ayam di belakang rumah kami saja mereka tak ada basa basi ijin, apalagi ijin ke pemda..saya yakin otak mereka tak sampai ke situ.

Yang lebih menyebalkan lagi, disela-sela bau kandang ayam, mereka masih membebani kami dengan keributan ketika mereka saling bertengkar.
Entah apa yang mereka pertengkarkan saya malas menyimak.Yang tertangkap ditelinga saya hanya suara melengking lengking bersahut-sahutan laksana Mantili dan Bramakumbara sedang melawan musuh musuhnya,,hiyatttt..ciatttttt....bak buk..bak buk..gedombrang..gedombreng.
Bahkan kuntilanak yang telah puluhan tahun tinggal dipohon rambutan samping rumah merekapun, tak kuat dengan kebisingan yang mereka timbulkan, sehingga  memilih pindah. Kini tak pernah lagi Mba Kunti muncul atau memperdengarkan tawa misterinya. (Jadi bagi anda yang ingin mengusir kunti, bawa saja tetangga belakang rumah saya, dijamin jiwa dan raga berisik mereka, dibenci hantu sekalipun)

Ya..kami mikirnya positif saja..baguslah mereka melampiaskan emosi dengan bertengkar , daripada dipendam. Emosi yang ditahan konon bisa berakibat pada bunuh diri.

Dan..sudah dua minggu ini.."derita" yang mereka timbulkan bertambah.
Satu anak mereka sepertinya kini memiliki hobi mengotak atik motor. Siang malam kami disuguhi suara deru mesin motor dan knalpot yang menderu-deru laksana badai gurun. Tak kenal waktu dari jelang siang hingga hampir tengah malam, bisinglah dunia kami. Sebenarnya siang hari kami tidaklah keberatan, wong namanya hobi ya silahkan. Masa iya kami mau melarang orang menjalankan hobi positif?
Tapi ketika suara raungan motor terdengar di malam hari hingga hampir tengah malam, membuat waktu Ken belajar terganggu juga Kin yang sedang sakit  bolak balik  terbangun dari tidurnya..kemarahan kami pun luber.
Terpaksalah bapak Si Ken  datangi mereka dan meminta pengertian untuk berhenti.

Sungguh, saya pribadi berharap mereka migrasi saja ke ujung dunia. Atau setidaknya mereka berobat ke dokter jiwa.

Saturday 15 November 2014

Lo Mau Apa Gue Ada


Pernah melihat abang-abang keliling menjual aneka jepit rambut, ikat rambut, bando, mobil-mobilan hingga racun tikus? Kadang si abang penjual berjalan kaki, kadang menggunakan gerobak, kadang sepeda onthel. Merekapun bisa ditemukan dimana saja, diluar maupun di dalam angkutan umum.
Saya pribadi adalah penggemar si abang-abang ini. Ia bagaikan toko serba ada yang murah luar biasa. Bayangkan..jika di mall ikat rambut bisa berharga puluhan ribu/buah, abang ini bisa jual seribu perak. Peniti, bross, jarum pentul, jarum jahit, benang hingga TTS seakan berebut bergelantungan memanggil-manggil untuk di beli..."Seribu saja Neng...Seribu saja Neng"

Soal kualitas memang jangan berharap banyak. Jika saya beruntung bisa awet, jika apes biasanya rusak atau hilang karena lupa entah dimana menaruhnya.

Dulu di depan TK Si Ken, ada satu abang yang rajin nongkrong tak jauh dari gerbang sekolah.Hanya sebentar memang, tapi laris di datangi ibu-ibu. Ada yang membeli sponge cuci, lem, juga handphone mainan. Kadang saya beli,kadang hanya sekedar menikmati "kemeriahan" jualan si abang, mengamati rupa-rupa benda,dan mereka-reka bagaimana pabrik di Cina 
membuatnya.

Sayapun kagum akan kemampuan si abang menyediakan segalanya hanya dalam satu tentengan. Dan lebih kagum dengan pabrik- pabrik Cina yang bisa menjual barang dengan begitu murahnya. 
Jika satu set jepit rambut dihargai seribu..berapa kira-kira biaya real produksinya..berapa kira-kira biaya distribusinya mengingat jarak Indonesia-China yang sangat jauh? Ah..sudahlah jangan dipikirkan soal itu. Kalau mau beli ya beli saja. Murah dipertanyakan...mahal di protes.

Meski murah..kadang dengan kejamnya saya masih menawar..."Dua ribu, tiga boleh bang..? "
Dan si abang berkata.." Tidak bisa Neng...coba Neng buat jepit rambut sendiri..Neng itung berapa biayanya ?"
Hahahha..sy tertawa dalam hati...dan nyengir kuda.
Ampun bangggg..





Wednesday 12 November 2014

TTS vs Tukang Parkir

Saya punya kegemaran yang sering jadi bahan tertawaan. Apa itu? Mengisi TTS.
Teman-teman saya mengatakan, kebiasaan saya ini mirip kebiasaan tukang parkir yang sedang mengisi waktu luang. 

Apa iya ya?

Saya jatuh cinta dengan TTS sejak SMP. Dimulai dari majalah pelajar lokal bernama MOP. Di majalah ini ada lembar TTS sederhana. Dikelas, di jam istirahat saya dan teman-teman sering berlomba cepat tepat menjawab TTS. Senang rasanya jika bisa menjadi yang paling tahu segalanya.

Dulu mengisi TTS juga saya lakukan ketika masih liputan. Berjam-jam menunggu, akan tak terasa jika di temani si kotak-kotak silang. Biasanya saat sedang asyik menjawab, sesekali teman akan mencolek pundak saya sambil berkata " Mba, parkir disini sejam berapa?"
Lalu tawa teman-temanpun berderai-derai.

Pernah saya iseng mengisi TTS di koran Kompas. TTS disini cukup menantang, karena jumlahnya bisa mencapai seratus pertanyaan dan sulit. Iseng pula saya kirim jawaban. Eh..tenyata nama saya muncul sebagai pemenang. Lumayan ada hadiah uang tunai. Bisa buat tambahan beli bumbu dapur.

Setelah menikah, TTS-pun menjadi hiburan dikala senggang, apalagi sebelum memiliki anak.
Saya dan suami sering berlomba mengisi TTS lalu saling ejek atas satu dua jawaban yang masing-masing dari kami tak tahu jawabannya. Saling cela akan kemampuan kami menjawab, menjadi hal yang cukup menghibur.


Ada satu pertanyaan yang terlintas dibenak saya .....apa iya mengisi TTS hanya dilakukan oleh si abang-abang parkir? Kalau iya kasihan sekali produsen buku TTS, karena pasti lakunya tidak seberapa. Jumlah tukang parkir kan tidak banyak. Saya kira di Indonesia akan lebih banyak tukang ngibul dibanding tukang parkir.

Dan saya sarankan, jangan remehkan kekuatan TTS....karena selain untuk menghibur abang parkir, TTS digunakan untuk terapi bagi penderita alzeimer.Gunanya untuk mencegah menurunnya kinerja otak. Karena itulah TTS disebut permainan asah otak.

Secara pribadi, saya penasaran dengan kemampuan otak para tukang parkir yang gemar mengisi TTS...bisa jadi secara kinerja otak mereka lebih cepat dan secara pengetahuan umum mereka lebih pintar dibandingkan beberapa orang kantoran di kawasan Sudirman, Jakarta.

Ya..ya....bisa jadi....bisa jadi


Catatan :
Manfaat mengisi TTS dikutip dari www.teka-tekisilang.com
1. Asah otak
Manfaat pertama adalah untuk mengasah otak. Dengan petunjuk (clue) yang ada, pengisi TTS diharuskan untuk mengisi kotak-kotak yang kosong. Jika satu soal berhasil dijawab, maka akan mempermudah untuk menjawab soal lainnya yang kotak-kotaknya terkait. Sehingga TTS merupakan media asah otak yang menyenangkan.
2. Menambah kosakata
Dalam TTS seringkali dijumpai kata-kata yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia, meskipun sebenarnya kata tersebut termuat dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Bermain TTS bisa bermanfaat untuk menambah kosakata. Tak hanya kosakata kata-kata dalam bahasa Indonesia, tapi juga kosakata lainnya, seperti ibukota negara, bahasa Inggris, dan sebagainya.
Seringkali dijumpai soal sinonim di mana pada petunjuk soal, jawabannya adalah sinonimnya. Hal ini sangat berguna untuk menambah perbendahaaraan kata atau mengingat kembali kata yang lupa artinya.
3. Melatih daya ingat
Manfaat selanjutnya yaitu untuk melatih daya ingat. Dalam menjawab TTS, maka kita perlu mengingat-ingat apa yang kita tahu untuk menjawab pertanyaan TTS. Dengan begitu, mengisi TTS menjadikan otak mengingat pengetahuan yang tersimpan di otak.
4. Menambah rasa ingin tahu
Seringkali soal yang tidak terjawab pada TTS membuat rasa penasaran. Jika dengan menggunakan daya ingat tidak bisa dijawab atau sama sekali tidak tahu, bisa dengan menggunakan bantuan buku pengetahuan umum jika soalnya tentang ibukota negara, KBBI jika soalnya tentang sinonim, kamus bahasa Inggris jika soalnya tentang bahasa Inggris, dan sebagainya.
5.  Menambah wawasan
Setelah rasa ingin tahu muncul dan mencoba untuk menjawab soal TTS dengan bantuan, pengetahuan dapat bertambah. Hal ini berarti kegiatan mengisi TTS juga dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
6. Mengatas rasa bosan
TTS dapat bermanfaat untuk mengusir rasa bosan, misal bosan sendirian, bosan saat menunggu di stasiun, dan sebagainya. Namun, dengan banyaknya gadget yang beredar seperti sekarang ini, tampaknya banyak orang yang lebih memilih memainkan gadget ketimbang TTS.
7. Meningkatkan konsentrasi
Dalam mengisi TTS, seseorang harus konsentrasi. Seseorang perlu mengamati kotak-kotak TTS, seperti nomor soal dan letak nomor pada kotak dan jumlah kotak pada soal. Sehingga TTS bisa bermanfaat untuk meningkatkan konsetrasi.
- See more at: http://www.teka-tekisilang.com/2013/09/manfaat-mengisi-teka-teki-silang-tts.html#sthash.yLEkYEYW.dpuf
1. Asah otak
2. Menambah kosakata
3. Melatih daya ingat
4. Menambah rasa ingin tahu 
5.  Menambah wawasan
6. Mengatas rasa bosan 
7. Meningkatkan konsentrasi
 



Pemburu Ubi


Saya mantan "pemburu" ubi. 
Kebun tetangga yang habis dipenen adalah sasaran saya. 
Dua minggu setelah panen, akan muncul tunas-tunas berwarna ungu atau merah jambu. Itu tandanya dibalik tanah ada ubi manis.
Hmm..rasanya seperti menemukan harta karun.
Jika beruntung saya bisa menemukan ubi besar, tapi jika apes bisa saja saya hanya menemukan ubi sebesar kelingking.

Dan setelah menetap di Jakarta, rasanya mustahil menemukan ubi sisa panen. Mana ada orang menanam ubi ? 
Tapi mencari  ubi di Jakarta tidaklah sulit.  Asal dikantong ada uang, maka ubi pun bisa kita bawa pulang.
Di Superindo saya menemukan ubi merah yang sehat, organik loh.  Satu kilogram hanya Rp. 15.390, jauh lebih murah dibanding ubi-ubi lain.
Favorite saya Ubi ungu Kumara
Cocok untuk diet, kecantikan dan kesehatan.
Kumara ubi ungu  (produksi Bionic Farm Organic) memiliki tekstur lembut dan warna yang menarik sehingga cocok untuk hidangan pembuka,  hidangan utama, hidangan pelengkap atau hidangan penutup.
Selain itu, ubi ungu bisa mengontrol gula darah (cocok untuk penderita diabetes)

Untuk yang sedang berdiet, ubi ungu mengandung trispin inhibitor yang bisa mengendalikan nafsu makan. Juga mengandung glutathion yang merupakan antioksidan. 
Ubi ungu juga berfungsi sebagai anti kanker, karena mengandung anthocianin

Ubi  Ungu bisa  di rebus, dikukus, dipanggang, dibakar, digoreng juga untuk membuat kue. 
Ubi ungu bisa dibuat aneka kue tanpa pewarna tambahan, karena warganya sudah sangat menarik.

Ubi ungu Kumara ini 100 persen bebas pestisida dan pupuk kimia. Karena itu, ubi ini wajib rutin saya berikan untuk Si Kin (9bulan)

Informasi lebih lengkap bisa di www.bionicorganicfarm.com 


Duka di Balik Sampel

Beberapa kali saya berkesempatan mencoba sampel kosmetik muahal yang satu set harganya bisa menghabiskan gaji saya sebulan

Dan yang namanya sampel....ya gratis. Dapatnya hanya dibawah 10 ml. Istilah teman saya, hanya sakepret (jika sampel dapatnya 100ml atau 1000ml...bisa saling cakar orang berebut)

Dan berhubung pihak pemberi sampel adalah merk yang konon digunakan artis Hollywood, mupenglah saya. Siapa yang tak mau punya kulit mulus licin bak boneka? Siapa tahu setelah memakai kosmetik ini, wajah saya bisa semirip tante Jenifer Lopez atau mba Katy Perry. Ehem..ehem.

Yang pertama saya dapat, bermerk (inisial) S ..asal Jepang. Diiklannya, jika kita memakai kosmetik ini akan berubah cantik luar biasa. Wajah putih berseri sepanjang waktu dan  pipi halus kenyal  lembab bak kulit pantat  bayi usia sehari

Segeralah saya bergegas ke Mall Pondok Indah Jakarta Selatan (tempat produk ini dijual). Meski sudah puluhan tahun di Jakarta, entah kenapa setiap memasuki mall kelas atas, hati saya menciut tersisa sesenti. Mungkin hati kecil saya gemar membaca nilai akhir saldo tabungah saya, sehingga mall dan segala isinya ini berasa menohok saya. Mall yang bikin isi dompet saya bagaikan setitik debu dipadang pasir.

Akhir kata, saya temuilah Mba SPG-nya. Sambil menyodorkan copy email yang merupakan bekal saya untuk mengambil sampel, sayapun pasang tampang sepercaya diri mungkin. Tapi akting saya tak berhasil. Tampang bersahaja saya tak bisa bohong. Tampaklah setengah hati si mbak melayani. Ehemm..dalam hati mungkin si mbak.berkata..."Ah..tampang begini maunya gratisan doang..ndak bakal mampu beli..ndak bakal bisa saya prospek.".
Maka ketuslah si mbak melayani saya.
Dengan hati luka...sayapun meninggalkan mall itu diiringi dendam membara.
Dalam hati saya berjanji..jika kelak saya diijinkan kaya..saya akan beli mall ini beserta isinya plus SPGnya. Hahahhah..(mengkhayal kan boleh saja....gratis....gratis laksana sampel)
Maka..sampel yang hanya 10 ml itupun habis....hasilnya, wajah saya masih ndeso-ndeso saja. Harapan cantik seperti J-Lo pun tinggal kenangan.

Lalu..kesempatan kedua..ternyata datang lagi. Kali ini merknya berinisial EL. Wuihhhh..saya pernah membaca merk ini dipakai juga oleh mba-mba Hollywood, dan di London.
Eng ing eng...sayapun langsung mengkhayal wajah saya bisa semulus puteri London.
Dengan menguatkan hati, pergilah saya ke Mall kakap di kawasan Senayan. Dan perlakuan yang saya terima dari Mba..eh..Mas SPB-nya sama saja. Dengan wajah sebal si mas menyerahkan ke saya sampel cream malam segede upil.
Pulanglah saya dengan hati luka lara. Kelak jika saya kaya..mall ini juga akan saya beli lalu saya jadikan pasar ikan.
Malamnya..sambil membayangkan muka mas mas jutek itu...sayapun  mengoleskan sampel cream malam ke wajah saya dan berharap ketika bangun esok, wajah saya secantik Kate Middleton!

Dan ternyata oh ternyata..saya memiliki kesempatan ke tiga untuk mencoba sample kosmetik ternama lainnya. Kali ini  berinisial L. Berdasarkan email yang sama terima saya bisa mengambil sampel isi sekepret itu dikawasan Kemang. Ah sudah terbayang perlakuan yang akan saya terima.  Jadi kali ini saya mati minat. Saya tidak ingin bersumpah untuk ketiga kalinya..saya tidak ingin membeli mall itu.wkwkkwkw.
Saya sudah mengubur mimpi memiliki kulit cantik ala Hollywood.

Biarlah kulit saya tetap buluk saja. Tak mau lagi hati saya terluka.

Tuesday 11 November 2014

Marmalad Morin : Mad About Marmalade

Selai yang pertama saya kenal, ya Morin. 
Meski kemudian saya mengenal rupa-rupa merk selai, lidah saya sudah jatuh cinta  ke Morin. 
Dan  dari semua produk Morin, favorite saya adalah Morin rasa Orange Marmalade (Jeruk Marmalad). Rasanya jerukkkk banget. Alami bangettt. 

Apalagi jika dioles ke roti, lalu dibakar hingga roti kuning renyah..hmmmm..aroma jeruknya akan makin menguar menggugah selera.


Marmalad yang dibuat di Bekasi Jawa Barat (PT Astaguna Wisesa) ini, benar-benar membuat saya penasaran dengan bahannya.
Lalu apa dan darimana sih  Marmalad?
Marmalad  terbuat dari sari dan kulit buah citrus. Saat dimakan ada kombinasi rasa manis, agak asam, dan sedikit pahit dengan tekstur kulit jeruk yang kenyal. Marmalad selalu menambahkan potongan buah, kulit buah (biasanya jeruk) di dalamnya. Tekstur marmalad juga tidak pekat  karena buah yang digunakan (jeruk) tidak mengandung banyak ampas/pati

Dengan kata lain, marmalad adalah makanan yang diawetkan seperti jeli berisi potongan buah jeruk dan kulitnya. Pertama kali tercatat di Inggris pada awal abad ke-16. Diambil dari bahasa Portugis “marmelo” yang berarti buah-buahan. Aslinya marmelade dibuat dari dari buah dan bahasa Portugis “Marmelada” berarti selai buah.

Marmalad dikembangkan pertama kali pada tahun 1561 oleh ahli fisika dari Mary, Ratu Skotlandia. Ketika ia mencampurkan jeruk dan gula kasar untuk mengobati mabuk lautnya. Pada akhir abad 18 di Skotlandia, James Kellier membawa sejumlah besar jeruk yang dibelinya di Spanyol dengan harga yang murah. Ternyata jeruk tersebut rasanya sangat pahit. Karena tidak bisa dijual dia membawanya pulang dan diberikan pada istrinya. Sang istri membuat eksperimen di dapurnya dan jadilah marmelade yang kita kenal saat ini.


Hmmmm...ternyata sejarahnya seru juga ya

Bikin roti bakar isi marmalad yuk....pastinya pakai Morin