Monday 30 March 2015

Ken Dan Ferrari

Sabtu sore motor butut kami menelusuri jalanan di Pondok Indah. Tujuannya sih keren Pondok Indah Mall 2.
Eit...tunggu, jangan mencibir mengecap saya belagu. Tenang....saya  kesana bukan untuk belanja, hanya untuk ambil hadiah donat gratis kok.
Hahahaha.

Sebenarnya  agak trauma jika ke Mall ini, karena setiap ke sini selalu saya disangka pengasuh Si Ken. Wkwkkw.
Maka, kunjungan kali ini saya buat sesingkat-singkatnya.
Begitu donat sudah ditenteng, wus..wus..ngacirlah saya dan Ken keluar.


Ken  dengan sigap naik ke motor lalu berpesan dengan tegas dan jelas "Tolong jaga baik-baik Donatku, Bu. Jangan sampai jatuh. Tidak boleh ada satupun orang yang meminta".
Astaga....
Siapppp komandan!

Dan motor butut kamipun kembali melintasi deretan rumah megah dengan gagahnya. Ken sibuk bertanya itu rumah siapa, ini rumah siapa?
Dalam hati saya menjawab "Mene ketehe" , sambil berkata, "Ibu kurang tau Ken,  kan Ibu ndak kenal'.

Hingga kemudian Ferrari merah menyala melintas kencang dengan deru khasnya. Hmm..rasanya seperti di Sirkuit.
Ken pun spontan bertanya,
"Mobil siapa itu Bu?"
Kembali saya jawab bingung.
"Hmmmm..Ibu juga belum kenal sama yang punya mobil Ken?"
" Terus kapan kita punya mobil begitu Bu?"

Weladalah...sy garuk-garuk kepala.
Lalu sambil nyengir saya berkata :
"Ah Ken mobil kaya gitu hanya muat dua orang. Padahal harganya milyaran. Ndak praktis, kita ndak bisa naik ramai-ramai. Enakan motor, bisa muat Bapak, Ibu, Keni dan Kinan, anti macet pula"

Si Ken diam sejenak, lalu berkata dengan nada prihatin,
"Tapi motor kita sudah tua Bu, suka mogok, ban bocor, rantai rusak, lampu mati, pokoknya macam-macam sakitnya. Keni khawatir besok-besok motor kita meningitis"
What...?

Saya bengong...sementara Ferrari semakin menjauh.
Kini yang terdengar ditelinga, hanya suara rantai motor kami yang mulai mengendur.

Sunday 29 March 2015

Sticker Bombastis




Selama ini sebenarnya sudah sering saya melihat sticker seperti di atas menempel di angkot, tembok, dan tiang telepon. Tapi tak pernah saya perhatikan dengan seksama.

Kebetulan kemarin, ketika naik kendaraan umum, tepat di depan saya, (berjarak kurang lebih 50cm), terpampanglah sticker di atas. Karena sedang tidak mengantuk, saya baca deretan huruf dan angkanya.

Astagaaaa....mulut saya mengaga selebar naga. Bagaimana tidak, jika saya akumulasi, untuk cantik sempurna asoy bohay hanya butuh uang seharga kasur!
Bagaimana bisa untuk merubah kulit menjadi putih hanya butuh uang 100an ribu, sementara di klinik kecantikan bisa seharga DP rumah atau mobil?
Contohnya, jika saya ingin tampilan tinggi semampai, kulit putih plus tanpa bekas luka, pantat (maaf) bahenol, dada (maaf) besar, rambut lebat, bibir merah, gigi putih, bebas selulit, lalu langsing laksana tiang listrik, rata-rata harga yang dibutuhkan,  dipukul rata @150ribu.

Walah...saya rasa orang gilapun tahu, harga itu tak masuk diakal. Dan yang saya heran, siapakah konsumen dari toko-toko produk seperti ini?
Apakah produk yang dijualnya aman? Legal?
Membayangkan produk itu masuk ke tubuh kita atapun dioleskan ke kulit saja sudah terasa mengerikan. Saya merinding membayangkan janji efek obatnya? Bisa-bisa bukannya cantik tapi malah menderita beragam penyakit. 
Herannya, toko-toko seperti ini menjamur di Jakarta, dan melihat dari daya tahan mereka  tentu karena ada pembelinya. 

Hayoooo...andakah pembelinya?




Friday 27 March 2015

Kematian

Kematian itu pasti. Justru kehidupanlah yang penuh ketidak pastian.
Dan Tuhan merahasiakan kapan kita mati, (kecuali para terpidana mati), agar kita bisa menikmati hidup 
Bayangkan jika kita sudah tahu kapan persisnya kita mati, pastilah kita tak lagi bisa merasa tenang menjalani hidup...menangis, ketakutan dan merana, bahkan bisa gila.

Menurut Ibu saya, mencari materi seakan kita akan hidup selamanya, itu sudah dilakukan oleh sebagian besar  orang. Tapi beribadah seakaan akan mati besok, tak semua orang bisa melakukannya.

Saya pribadi memandang kematian adalah hal paling menyedihkan dalam hidup. Betapa tidak?
Orang yang tadinya ada di hadapan kita, berbicara, tertawa, tersenyum
menangis, marah, mendadak harus diam, lalu pergi dan tak pernah kembali.

Pengalaman kematian pertama yang harus saya hadapi adalah kematian kucing kesayangan. 
Mungkin bagi sebagian orang adalah hal sepele. Tapi bagi masa kanak-kanak saya, sungguh serasa separuh hidup melayang. 
Masih teringat jelas, pagi itu  ketika menemukan si kucing terbujur kaku di gigit anjing liar, saya menangis pilu sesenggukan. 
Sambil menggali liang kubur, saya tahu Bapak saya merasakan hal yang sama, hanya saja orang dewasa kadang begitu pintar menyimpan duka.

Kematian kedua adalah kakek saya yang pendiam. Meski secara fisik, tak terlalu dekat dengan cucu-cucunya, tapi saya tahu beliau mencintai kami dengan caranya. Sekali pernah beliau berkata " Saya menanam semua pohon-pohon ini, bukan untuk saya, tapi untuk anak cucu saya...karena saya akan segera mati. Dan inilah yang akan saya wariskan"
Kakek saya benar. Hingga kini aneka pepohonan  tegak berdiri dan berbuah untuk kami. Setiap menatap pohon-pohon itu, saya melihat cinta kakek yang kokoh.

Kematian ketiga adalah nenek saya. 
Kami sangat dekat. Beliau adalah tempat saya belajar segala kebijaksanaan yang ada di bumi ini. Bahkan ketika beliau sudah pikun, hal yang paling sering ditanyakan hampir setiap hari adalah " Apakah Mugi sudah bekerja, dimana kah? " 
Saya tak akan pernah melupakan tatapan "perpisahan" kami. Tatapan yang saya artikan berusaha mengingat saya, tapi tak bisa. Adalah sangat menyakitkan bukan, ketika naluri mengingat, tapi memori melemah?



Kematian ke empat adalah kematian Bapak. Pria yang setiap pagi menggendong saya ke taman kanan-kanak. Pria yang mengajak saya bermain lumpur di kolam ikan. Pria yang mengajarkan saya menghadapi kerasnya kehidupan.  Pria satu-satunya dalam hidup saya yang rela mengorbankan apa saja dan berbuat apa saja demi saya bahagia. 
Ia-lah  satu-satunya pria di dunia yang tak pernah menyakiti saya.
Bahkan setelah bertahun-tahun kematiannya, Bapak kerap datang dalam mimpi saya, seakan ingin memastikan saya baik-baik saja. Ia menjaga putri terkecilnya dengan caranya. Cara Bapak sejati.

Bagi saya, kematian memberi pelajaran bahwa hidup itu sangat berharga tiap detiknya.
Tak peduli sepahit apapun jalanmu...hidup itu indah.

Ronan Keating

Melihat sejumlah ABG yang rela melakukan apa saja untuk menonton One Direction, (meskipun sempat heran), saya bisa memahami, karena saya juga pernah dalam fase seperti mereka.
Memuja dengan membabi buta, membuat sang idola menguasi 95 persen hidup saya.

Kala itu boyband yang saya suka, tak jauh beda imutnya dibanding One Direction, yaitu Boyzone.
Seluruh lirik lagu dalam album mereka saya hafal tanpa satu kalimatpun terlupa. Kliping artikel  rapi jali. Mereka melakukan apapun, saya wajib  tahu. Pokoknya sayalah penggemar mereka nomor satu di dunia.

Bedanya, saya justru tak ingin bertemu mereka langsung. Kenapa?
Saya takut kecewa. Saya takut Ronan Keating dan kawan-kawan tidaklah sesempurna seperti yang ada di otak saya.
Tak bisa saya bayangkan Ronan tak ramah, kentut, ngupil, bau keringat, atau ada makanan yang menyelinap di gigi rapinya.
Saya tak mau kesempurnaan mereka rusak. 
Hahahha


Jika dipikir sekarang,  apa yang saya lakukan para Ronan cs  dulu, sangat kejam. Bagaimana tidak? Kentut, ngupil, bau keringat atau makanan nyempil di gigi adalah hal yang manusiawi bukan? Masa iya kentut tidak boleh. 

Saat itu saya belum tahu apa arti bijak. Tak tahu bahwa suka dan cinta mengandung arti menerima kekurangan dan kelebihan. 
Kalau sekarang, saya paham, apa yang saya lakukan dulu itu namanya ego dan emosi.
Karena itu pula, saat ini saya bisa mencintai Ronan Keating apa adanya..yang jadi masalah adalah...Ronan Keating pastinya tidak mencintai saya...demikianlah adanya.

Hahahhaha

Wednesday 25 March 2015

Kaki Ku Kaku

Setiap malam sebelum tidur, saya pandangi kedua kaki saya yang bengkak (karena terlalu banyak berdiri, atau telalu lama duduk, atau terlalu lama berjalan).

Pada jari-jari yang terlihat menggendut saya ucapkan terimakasih. ... karena telah membawa tubuh saya kemana saja, mengikuti ikhtiar dan  takdir yang harus saya jalani setiap hari. 

Sungguh  si kaki tidak pernah mengeluh, protes atau menuntut dihias  gelang. Keduanya cukup disiram dengan air,  lelahpun hilang.

Ya...kedua kaki mengembung ini memang jauh dari cantik,  tak sekalipun tersentuh perawatan salon, tak pernah bersolek kutek, tak mengenal pijatan, juga tak pernah berbalut sepatu mahal, hanya cukup memakai alas dari musim sale. 
Ia seperti pejuang tanpa pamrih, tanpa tanda jasa.

Kaki-kaki ini pernah menyusuri bukit naik turun 6 tahun lamanya, mengantar saya sekolah SMP dan SMA.
Kaki inipun telah menyusuri setiap jengkal Jakarta, mengukur nilai tiap peristiwa. 
Kaki ini pergi kemanapun, terguyur hujan, terpanggang matahari, terpapar debu, sehingga "belang " laksana zebra dan betisnya membesar laksana tales. 
Hahahaha



Terbayang, betapa sekian lama kaki-kaki saya bekerja keras, mengukur jalanan, mencari  penghidupan.
Tak kenal waktu ia terus menopang, membuat saya mampu tegak berdiri, meski kadang terseok lalu jatuh untuk kemudian bangun dan berjalan kembali.

Ah..semoga saja  saya tak pernah lupa berterimakasih. 
Semoga saja kedua kaki ini selalu baik-baik saja. Karena saya begitu membutuhkannya, untuk menyusuri waktu, hingga tiba kelak saatnya saya "beristirahat".

Monday 23 March 2015

Kado Terindah

Jika waktu bisa dibungkus menjadi sebuah kado saya ingin mengemas  dan mempersembahkan untuk keluarga.
Bagaimana tidak?  
Lima hari dalam seminggu, sehari hanya 3 jam kami bisa bertemu, kala pagi. Selebihnya, saya ada untuk pekerjaan dan menua di jalanan ditelan kemacetan.

Dengan anak-anak, saat tiba di rumah, mereka telah terlelap. Saking lelahnya, dengan suamipun hanya bertegur sapa seperlunya, lalu masing-masing dari kami  tertidur.

Sungguh waktu menjadi terasa sangat mahal dan langka. Saya takut, kami akan menjadi terbiasa saling berjauhan, sehingga akhirnya tak ada lagi rasa kehilangan. Saya khawatir diantara kami tak ada lagi rasa membutuhkan dan tak lagi saling merindukan.
Apakah kami akan jadi seperti robot yang bergerak konstant terprogram tanpa di lumuri naluri?

Saya lupa kapan terakhir bicara  panjang dengan suami. Terkadang diakhir pekan, ketika saya libur, justru suami harus bekerja. Saat bertemu, kami terlalu letih menahan lelah, saling berlomba menguap, sehingga pembicaraan  timbul tenggelam diantara kantuk.

Kami berdua seakan lupa, bahwa masa kecil anak-anak kami tidaklah lama. Semua akan segera berlalu tanpa kami menyadarinya. Mereka akan seperti berlomba dewasa, lalu tak lagi membutuhkan orang tua.
Posisi kami pun akan bertukar. Kamilah yang akan setengah mati merindukan mereka. Kamilah yang akan berharap mereka temani. Sementara mereka sudah memiliki dunia sendiri. Tak ada waktu untuk kami.
 "Pembalasan" yang  sepadan bukan?

Ah..sepertinya sudah saatnya kami berbenah. Sebelum semua terlambat. Saya harus ingatkan diri sendiri dan pasangan, bahwa masa kecil anak-anak hanya sekali.
Saya harus ingatkan agar sesibuk apapapun kami, ada waktunya diharuskan segera kembali. 

Kembali ke rumah, surga kecil kami.

Sunday 22 March 2015

Mendadak Hollywood

Bunga tidur saya belakangan makin kacau. Selalu campuran antara dunia saya dan Hollywood. Bahkan dalam semalam bisa mimpi dua seri. Maksudnya..mimpi...terbangun lalu tidur dan mimpi lagi dengan tema berbeda.
Kok bisa?
Saya sendiri bingung. 
Contohnya begini :
Saat  sedang asyik bermimpi melawan pencuri yang masuk rumah, tiba-tiba muncul Angelina Jolie dan Brad Pitt lengkap dengan pistolnya memberi bantuan. Mereka muncul sebagai Mr And Mrs Smith.


Saat bermimpi hanyut di sungai, tiba-tiba muncul Mery Streep dan Kevin Bacon menolong saya  dengan perahu karet seperti di The River Wild.


Ketika saya bermimpi kehilangan cincin..munculah Orlando Bloom dalam film Lord of The Rings, memberikan cincin saya yang hilang..
Ketika saya mimpi menginap dihotel mewah, munculah Mba Jennifer Lopez yang menjadi pelayan hotel seperti dalam Maid In Manhattan.


Juga ketika saya mimpi sibuk di kantor dan diomelin bos, munculan Calista Flockhart dan teman-temannya menari ala mereka di Ally McBeal, memberi saya penghiburan diiringi suara Barry White yang super keren.


Bahkan ketika saya mimpi di jambret munculah Tobey Maguire dengan baju Spiderman ditemani Robert Downey Junior dalam balutan "busana"  Iron Man.
Wah..kalau begini sih saya mau mimpi dijambret tiap malam.
Hahahaha


Ada apa ya dengan dunia alam bawah sadar saya? Apakah ini tanda-tanda ketidakwarasan?  
Padahal saya tidak terobsesi dengan film-film Amerika, biasa saja. Nonton mereka hanya ketika saya lewat depan televisi di rumah. Belakangan justru saya lebih sering menemani Si Sulung Ken menonton Ipin Upin dan Adit & Sopo Jarwo.  Tapi kenapa Si duo dari Jiran dan Jarwo made in Indonesia itu tak muncul dalam tidur saya?

Ada apa ya dengan hidup saya?
Mungkin Mas Keanu Reeves bisa bantu saya menemukan jawabannya?
Xixixi
Ngarep.

Friday 20 March 2015

Karung Beras dan Gajah

Setelah melahirkan anak pertama, saya kurus laksana tinggal kerangka. Tulang pipi  yang tinggi, membuat tampang  bak zombie. Berat badan tersisa 42 kg dengan tinggi mentok 160cm. Makan sebanyak apapun tak mampir jadi daging. Kaki mengecil. Nomor sepatu berubah dari 37 ke 36.

Tapi itu dulu...sekarang setelah melahirkan anak kedua, berat badan saya sudah surplus 10 kg, mentok diangka 52 kg. Bahkan celana hamil anak pertama tak muat dibadan kini. 

Soal lemak yang menebal, membuat Si Sulung  Ken berkomentar : "Ibuku...engkau laksana karung beras"
Sedangkan suami berkata : " Engkau laksana gajah"
Sementara orang lain yang dulu menjadi saksi bisu kekurusan saya, mulai berkata "Nah..pas badan segini. Jangan kurus lagi".

Saya sih santai-santai saja. Tak mau saya dipusingkan oleh diet atau segala macam pantangan. Lapar atau setengah lapar...ya makan saja. Ngemil ya ngemil. Apalagi saya adalah pemakan segala ( hal yang tak basi). Semua makanan yang ada di depan saya dipastikan akan ludes dengan ganas. Lah wong berat badan saya meski naik 10 kg tapi masih diangka normal kok, setidaknya kini tulang belulang saya terlindungi daging sewajarnya.


Olahraga bisa dikatakan terakhir saya melakukannya dikala kuliah, 11 tahun lalu. Selebihnya, saya hanya lari untuk mengejar bus kota dan kereta.
Selain itu, dalam 5 tahun terakhir, tak lagi saya bekerja dilapangan, tapi duduk manis di depan komputer selama 9 -10 jam. Hanya sesekali  berjalan ke meja teman, ke toilet atau ke pantry. Selebihnya bekerja dan diomeli.
Hahahha






Thursday 19 March 2015

Film

Saya jarang menonton film di bioskop. Bahkan dalam 9 tahun terakhir, film yang saya tonton di bioskop hanyalah Transformer 4. Selebihnya, ya saya cukup sabar menunggu film diputar di televisi. Itupun terkadang baru nonton setengahnya, saya sudah tidur.

Tapi berhubung saya suka membaca, tak masalah tak menonton film. Membaca resensinya saja sudah cukup. Setidaknya saya punya gambaran film ini tentang itu, diperankan oleh si anu dan si ono dan jalan ceritanya begini begono. Jadi kalau ada yang cerita soal film, saya bisa sedikit nyambung atau paling tidak sok nyambung. Apalagi jika filmnya diadaptasi dari novel yang sudah pernah saya baca, maka saya memilih tidak menonton demi menjaga imajinasi saya tetap di jalurnya. Tak mau saya kecewa jika film tak seindah bukunya.


Tidak ada jenis film yang paling saya suka. Kalau yang paling saya benci, ada....yaitu film horor. Ogahlah hidup saya ditambah horor..karena hidup saya sekarang sudah cukup horor.
Setelah menonton film harusnya happy, terhibur bukan malah jadi tak berani ke kamar mandi atau susah tidur.

Saya juga agak sebal dengan film tentang monster ataupun hewan raksasa, yang diakhir filmnya...(setelah susah payah ditumpas oleh jagoanya) eh tiba-tiba 5 detik sebelum film habis ada telor menetas berisi anak monster atau anak hewan yang ditumpas. Sebel..sebel..sebel.

Sebenarnya film drama juga saya hindari, karena saya masuk kategori orang cengeng. Lihat adegan sedih  pasti ikut mewek. Padahal hidup saya sendiri sudah cukup menyedihkan, tapi kenapa saya malah meratapi kehidupan orang lain dalam dunia tak nyata?


Jadi saya bukan orang yang dengan keren keluar masuk bioskop. Saya hanya orang yang kadang membuka lemari lalu kaget karena menemukan berlembar-lembar tiket nonton gratis, expired dengan sukesnya.
Saya hanya orang yang sok tau soal film.
Saya hanya orang yang sok asyik ngomong film.


Tuesday 17 March 2015

Bambuku Sayang

Rumah kami dikelilingi hutan bambu.
Siang hari, saat  angin bertiup, suara daunnya, membuat saya ngantuk. Tapi saat malam, gemerisiknya justru terdengar seram dan kadang membuat saya susah tidur. 
Apalagi jika disertai derak suara batang bambu yang pecah. Konon..pertanda akan ada yang meninggal.



Bambu Wulung paling saya suka. Batangnya kokoh besar dengan warna hitam keunguan. Saat dibuat menjadi kursi, amboiii...buat duduk nyaman sekali. Rasanya dingin menyejukan.

Kakek saya hebat. Bambu ditangannya "disulap" jadi tempat tidur, kursi, aneka perabot hingga dinding rumah.
Kadang menggunakan Bambu Wulung, kadang Bambu Hijau.

Meski pohon bambu itu langsing tapi untuk memotong sebatang bambu, diperlukan tenaga yang kuat. Apalagi jika rumpunnya lebat. Jadi setelah batang di potong,  harus ditarik sekuat mungkin,  karena diujungnya,  daun dan ranting  saling kait.
Beuh..inilah bagian tersulitnya. Rasanya seperti tarik tambang.
Sering saya membantu kakek dan Bapak memotong bambu. Imbalannya, saya mendapat sebutir kelapa muda segar.

Dan bagian paling enak dari bambu tentunya rebung.
Untuk memanen rebung harus menggali lumayan dalam. Tapi sepadan dengan rasanya yang renyah segar. Apalagi dimasak dengan santan kental. ....hmmmm.

Namun..tak sepanjang tahun hidup di bawah hutan bambu menyenangkan.
Ketika musim angin kencang tiba, gelugut (bulu halus pada bambu) akan terbang kesegala penjuru menempel dimanapun. Duh...rasanya gatal dikulit. Susah dihilangkan. Apalagi jika sampai masuk ke bawah permukaan kulit ari..terasa panas dan gatal menyakitkan.


Kini..belasan tahun hutan bambu saya tinggalkan.
Diantara hutan beton yang saya pandangi, kadang saya berhalusinasi, terasa ada gemerisik daun bambu disela-selanya. Apesnya...setelah saya perhatikan..ternyata suara itu .....berasal dari kantung plastik yang tertiup angin, dan sampah-sampah yang berterbangan.

Weladalahhhhhh....

Apekkkkk


Thursday 12 March 2015

Jatuh Bangun


Tiga bulan terakhir ini saya banyak dihibur oleh jatuh bangunnya Kinan saat belajar berjalan. Mirip lagu Kristina si pedangdut, Kinan jatuh bangun mengejar saya, mengejar bola, mengejar kucing, mengejar kakaknya dan mengejar Bapaknya.

Paling lucu saat 11 bulan (60 hari lalu). Ia berjalan laksana robot, dengan tangan terulur ke depan mencari titik keseimbangan. Dimata  Keni, kakaknya, Kinan mirip zombie.

Melihat bagaimana Kinan jatuh terduduk, jatuh terjengkang, jatuh tengkurap, lalu dengan santai Kinan berdiri lagi..jatuh lagi "( hanya sesekali menangis ketika membentur permukaan yang keras) membuat saya terharu.
Setiap kali saya cemas ia akan kesakitan, Kinan memandangi saya dengan senyum jahilnya seakan berkata : " Ya elah Mak, santai aja ...hanya jatuh segitu doang. Jangan lebay Mak."

Hiks...saya malu. Saatnya saya belajar dari Kinan. Ketika jatuh ya bangun lagi. Jangan sampai kaya lagunya Rumor yang terjatuh dan tak bisa bangkit lagi lalu tenggelam dalam luka yang paling dalam, kemudian jadi butiran debu.
Hahahaha


Pernah saya  membaca kata-kata penghiburan bagi orang yang sedang terpuruk hidupnya, kurang lebih begini : Jatuh  adalah hal biasa, tapi bangkit dari terjatuh adalah hal yang luar biasa.

Terimakasih Kinan

Wednesday 11 March 2015

Andai Aku Seorang Kurir Ekspedisi

Seandainya memiliki uang 10 milyar, saya akan berhenti dari profesi sekarang, dan berganti pekerjaan menjadi seorang kurir.
Kenapa?
Karena bagi saya..kurir adalah pekerjaan yang membawa kebahagiaan bagi semua orang.
Bayangkan..satu persatu  pintu saya ketuk,  saya sodorkan paket lalu diterima dengan wajah berseri.
Ada hadiah, ada barang belanjaan, ada dokumen, semua ditunggu dengan tak sabar, harap-harap cemas, dan galau. 
Rasanya  menyenangkan menjadi orang yang sangat diinginkan. Hahahha

Mencari alamat yang tertulis di paket pasti akan jadi petualangan seru, tak kalah seru dengan petualangan  Diego dan Dora. 
Jadi ingat jaman melamar pekerjaan dan di masa masih liputan, rasanya puas sekali jika alamat yang kita ubek berhasil ditemukan. 
Bahkan saya pernah mencari alamat seseorang sampai 4 jam lamanya baru ketemu..hahahah. Rasanya seperti tersesat ke antah berantah lalu menemukan orang yang kita kenal...legaaa.

Tapi menurut teman saya, cita-cita saya ini, tak akan pernah terwujud. Saya akan sulit menjadi kurir. "Emang dari mana lo punya uang 10 Milyar. Ngepetpun susah untuk ngumpulin segitu. Kasihan babinya di target 10 Milyar. Lagian uang siapa yang bakal lo kepet?  Kalau lo mau ngebahagiain orang ngapain tunggu lo punya 10 Milyar? Gampang kok..lo kasih senyum dan pujian tulus juga orang-orang disekitar lo bakalan bakalan senang"

Saya bengong. 
Teman saya benar.

Tapi saya tetap serius dengan cita-cita menjadi kurir (setelah punya uang 10 M). 

Tuesday 10 March 2015

Tidur Berdiri

Kerasnya kehidupan di Jakarta membuat sebagian orang memilih "memindahkan tempat tidur" ke Commuter Line, alias tidur di kereta.
Salah satunya saya. 
Saat beruntung ya tidur sambil duduk, saat apes ya tidur sambil berdiri.


Jika saya tidak mengantuk sangat mengasyikan memperhatikan orang-orang yang terlelap. Gayanya macam-macam, ada yang mendongak ke atas dengan mulut menganga, atau setengah ternganga. Ada yang menunduk sampai terlihat seperti terhuyung-huyung, dan ada yang menyamping seakan-akan mencari bahu untuk bersandar. 
Tapi sebagian penumpang lagi lebih siap menghadapi kantuk. Mereka  menutup separuh muka menggunakan masker atau syal sehingga mau tidur dengan gaya apapun expresi wajah tak akan terpampang nyata.


Jika saya tidur duduk..sebisa mungkin saya menunduk, (seperti orang yang sedang diomelin emaknya). Jika tidur berdiri, saya juga sebisa mungkin menunduk (seperti murid yang disetrap gurunya). Tak perlulah khawatir jatuh, wong saking padatnya penumpang, maka badan saya akan  tetap berdiri tegar karena tertahan oleh tubuh-tubuh penumpang lain.


Begitulah  saya (dan pe-ngantuk lainnya) bisa sejenak melepas lelah, walaupun seringnya malah bertambah lelah karena harus berdesakan, berjuang sekuat jiwa dan raga untuk naik dan turun. Hahahha


Pernahkan saya kebablasan karena terlalu lelap? Tentu saja pernah.
Saat itu saya sedang kebagian tidur berdiri alias penumpang padat. Harusnya saya turun di Stasiun Manggarai, tapi saya baru terbangun jelang Stasiun berikutnya, Sudirman.
Celingak celinguk kebingungan sayapun turun lalu berjalan menunggu kereta ke arah Manggarai kembali. 
Saya bayangkan sendiri, wajah saya bisa dipastikan seperti orang hilang.

Alamakkkkk

Sunday 8 March 2015

Korban Iklan

Setiap melihat iklan atau katalog kosmetik,  saya merasa seperti di desak nurani untuk membeli.
Entah kenapa ..jiwa perempuan saya bergolak laksana kolak diatas kompor. 
Bukan sekedar ingin mencoba, tapi saya berharap bisa secantik modelnya. Pokoknya dengan membayangkan membeli saja, rasa percaya diri sudah terdongkrak.

Tapi semua harapan dan rasa percaya diri itu akan terbentur dengan kenyataan pahit  bahwa apapun kosmetiknya..wajahnya tetap segini-gini aja.
Ingin putih tak putih-putih..padahal diiklan katanya krim ini bisa membuat kulit cerah dalam 7 hari, 14 hari atau 30 hari. Bahkan ada  lotion anu yang diiklankan bisa membuat kulit cerah seketika.
Selain itu saya juga ingin kulit tubuh licin..tapi setelah oles sana sini dengan lotion atau lulur ini itu, tetap saja kulit saya  geradakan. Semua kosmetik seakan mental di kulit saya.

Sebagai perbandingan, Syahrini yang maju mundur cantik, setiap akan manggung, menghabiskan minimal 2 jam untuk berdandan. Padahal dia sudah cantik ya? Jadi make up artisnya tidaklah perlu banyak poles sana sini. 
Lah coba kalau saya..insyaalloh (hanya) perlu waktu 2x24 jam agar saya layak tampil. 
Saya yakin make up artispun akan puyeng menangani muka saya.

Selain itu, muka saya ini, jika di poles dengan bermacam-macam kosmetik, bukannya makin mulus..tapi malah parah. Bahkan menggunakan sabun mukapun membuat muka saya jerawatan.

Rupanya wajah saya tahu persis kalau saya tak punya banyak uang untuk beli gincu dan teman-temannya.
Wajah kampung ini hanya butuh air dan sabun bayi untuk mengusir lelah dan debu.

Lalu soal wewangian. Sayapun tidak suka parfum. Aromanya membuat pening.
Semahal apapun harga parfum..tetap saja membuat kepala  puyeng.
Bagi saya,  seseorang tak perlu semerbak mewangi sampai radius 1 km, tapi cukuplah bersih.

Teringat saya akan perkataan emak saya : Sebaik-baiknya kosmetik adalah perilaku yang baik.

Siap Mak!

Friday 6 March 2015

Kolam


Kampung saya pernah menyandang predikat mengenaskan....desa tertinggal.
Wajar lah, wong sejak saya kecil sampai saya usia 17 tahun tak ada listrik. Jalan utama desa berlumpur, dan sebagian besar anak hanya sekolah sampai SD.
Rumah di kampungpun  banyak yang mewah alias mepet sawah, juga berada di river side alias di pinggir sungai. Hahahahah

Tapi, walau  tertinggal, produksi ikan air tawar di kampung kami  sangat moncer. Dimana-mana ada kolam ikan. Setiap lahan kosong disulap menjadi kolam beragam ukuran. Bahkan sawah dimasa awal tanam juga di jadikan "kolam" raksasa. Sungguh mengasyikan melihat ikan berenang disela-sela pohon padi muda.



Yang pasti hati-hatilah  berjalan dikampung kami. Sekali meleng, bisa-bisa  kejebur kolam. 


Dan bagi saya, kolam adalah tempat bermain. Sangat menyenangkan ketika masa pembersihan tiba..lumpur yang menumpuk..aih sungguh enak untuk berkubang. Hampir susah membedakan mana saya mana kerbau.

Kolam adalah sumber penghidupan. Lewat kolam dan ikan di dalamnya, Bapak dan ibu bisa membiayai sekolah kami berempat.
Bagi warga di kampung, kolam adalah "mesin" pencetak uang.


Dan bagi masa anak-anak saya, kolam adalah hiburan.
Di sana saya bisa mencari kepiting, udang, ikan, siput, keong, kecebong juga katak.

Sering kali Bapak membasmi kecebong karena dianggap menggangu pertumbuhan ikan. Tapi sering pula diam-diam saya kembalikan kecebong-kecebong mungil itu ke air.
Tak tega saya melihat tubuh mungil mereka menggeliat ketakutan di pinggir kolam menjemput ajal.
Maaf ya Pak.


Selain itu kolam yang belum berisi ikan juga menjadi arena renang yang menyenangkan.
Bermodal gedebok pisang  kami buat rakit yang menyenangkan untuk papan lompat atapun papan seluncur.

Bagi kami....kolam adalah segalanya


Wednesday 4 March 2015

Selfie Sampai Mati

Saat sedang makan di restoran cepat saji, di meja sebelah saya duduk 2 wanita bohay dan satu pria. Tapi anehnya selama 10 menit saya amati, mereka tidak saling berbincang, tapi  asyik dengan gadget dan makanan masing-masing. Wajah si pria nampak tertekan. Sesekali menyomot ketang goreng tanpa selera. Sedangkan duo bohay heboh berfoto selfie baik berdua maupun sendiri-sendiri, sambil sesekali cekikikan  mirip Mak Lampir.

Sungguh malang nasib pria ini. Di hadapannya ada 2  wanita berdandan super komplit dengan belahan dada menggoda dan ketek terbuka, tapi ia kalah penting dengan gadget.
Bukannya asyik ngobrol, malah ia hanya memperhatikan wanita di depannya mematut -matut diri di depan hanphone.
Alangkah baiknya jika mba bohay juga mengajak si pria ini groufie.. pasti lebih seru.

Terbayang seandainya mereka menikah..mau makan selfie dulu, mau mandi selfie dulu, mau ke toilet sefie, cuci baju selfie dulu, jemur pakaian selfie dulu...cuci piring selfie dulu...suaminya dikacangin.
Ehemmm.

Ungkapan gadget menjauhkan yang dekat mendekatkan yang jauh, sudah lama saya dengar. Kebenarannya ada di depan saya. 
Coba seandainya duo bohay ini kecopetan..apakah mereka yang komen di foto yang menolong?  Seandainya dua bohay ini dibegal, apakah komentator di foto  yang menolong?
Paling mereka yang komen juga sekedar basa-basi,  niat menyenangkan. Pujian mereka, belum tentu begitu adanya. Lagipula jika tiap jam selfie, orang lama-lama malas melihat dan malas berkomentar,(kecuali  mereka secantik dan sekeren Dian Sastro atau BCL)

Sambil menyeruput mocca float saya menatap pria di depan duo bohay dengan prihatin. Kalau saya jadi pria itu sih mending balik kanan bubar jalan.

Sabar ya mas...mending mas berteman atau pacaran dengan orang yang tidak punya hp dengan kamera depan (hp jadul). Atau paling tidak pacaran  dengan orang yang baru kecopetan hp..dijamin dia butuh orang untuk curhat dan bahu untuk bersandar. 

Wkkwkww

Tuesday 3 March 2015

Juara Lintas Alam


Dari semua kompetisi lintas alam yang pernah saya ikuti,  satu yang paling berkesan, yaitu lintas alam di Banyumas Jawa Tengah.
Temanya: Lingkar Tanah Lingkar Air, terinspirasi dari judul buku hasil tulisan sastrawan hebat yang lahir disana, Ahmad Tohari.



Kami, satu tim, 4 perempuan. 
Medan yang harus dilewati cukup berat. Naik turun bukit, menyusuri sungai, ladang dan sawah. 
Tentu saya kami buta kondisi lapangan, hanya berjalan mengikuti petunjuk yang di pasang panitia. Jaraknya 40 km, dengan waktu tempuh 3 jam. 

Sejak start, saya terlongo melihat peserta lain, perempuan-perempuan yang tegap berotot. Sementara kami berempat ceking kurus seperti kebanyakan makan nasi aking.
Tapi ya sudahlah..nikmati saja, wong sudah kadung daftar.

Satu persatu regu-regu perkasa melewati kami. Kontras dengan kami yang jalan lenggang kangkung. Saya pandangi kaki mereka dengan iri. Bagaimana mereka bisa secepat itu? Saya bandingkan dengan kaki ringkih dan dekil yang saya punya.

Sambil berjalan tersuruk-suruk sesekali kami saling bertanya. "Kuat nggak?"  Yang masing-masing kami jawab dengan menganguk dan senyum masam. 



Indahnya alam Banyumas membuat kami terharu dalam lelah. Sawah, ladang jagung dan singkong, bukit-bukit dengan kayu kalbi dan mahoni hijau royo-royo memberi penghiburan.

Sepuluh kilometer pertama, saya sudah lemah lunglai. Kaki rasanya mau copot. Otot-otot terasa terbakar. Saya hanya bersemangat jika di kejauhan nampak posko panitia yang menyediakan minuman dan singkong rebus.

Dua puluh kilometer berikutnya..makin berbukit. Kami makin tak banyak bicara. Masing-masing berperang mengalahkan nafsu ingin menyerah.
Tapi anehnya tim-tim yang semula gagah perkasa, satu persatu kami lewati. Tampang mereka kini tak jauh beda dengan kami. Hahaha

Sepuluh kilometer terakhir, kaki kami malah terasa ringan. Tak ada lagi bukit-bukit..hanya sungai. 
Saatnya kami kejar ketertinggalan. Tu, wa, ga, pat..wus..wus. kami ngebut. 
Herannya, kami tak lagi melewati siapapun. Di belakang kami juga tak ada tim yang berniat menyusul. Apakah kami salah rute?
Saya curiga jangan-jangan kami tim terakhir? Jangan-jangan tim lain sudah finis dengan rute yang benar?

Weladalah...buat apa ngebut kalau akhirnya jadi nomor buncit? Wkkwkw...kamipun tertawa dengan strategi konyol kami.

Sampai garis finis, sepi. Tak terlihat ada tim peserta perempuan. Semuanya laki-laki. Weladalah...bingung kami bertanya sana sini. Ternyata sudah ada tim perempuan yang finis sebelumnya. Lalu kemana yang lain?
Sambil memijit kaki yang terasa mau lepas, kami leyeh-leyeh dipendopo yang disediakan panitia. 
Saya malah ngantuk sekali dan tertidur.
Sampai kemudian saya dibangunkan teman.
"Lihat..ternyata mereka baru datang"
Walah..dari kejauhan nampak tim-tim yang di 10 km pertama melewati kami dengan hebatnya.
Mereka melewati garis finish dengan tampang kacau dan basah kehujanan.

Setelah menguap dan keheranan, saya tertidur lagi. 
Hingga kemudian..teman-teman saya menepuk kaki saya dengan kerasnya.
"Bangun...Mugi..kita menang. Kita juara satu?"

Weladalah...seketika kantuk saya hilang.
Masa iya? Lah bukankah sudah ada yang finish dahulu sebelum kami? Apakah saya mimpi..tapi perasaan saya sudah dibangunkan? Wkkwkwk.

Piala pun kami terima dengan suka cita, diringi tatapan sebal ratusan tim lain yang kalah. 
Rupanya kriteria pemenang panitia adalah tim yang tepat 3 jam sampai ke finis. Yang tiba sebelum tiga jam justru di diskualifikasi.
Hahaha..rejeki tak akan kemana.

Kali ini saya pandangi kaki ringkih dekil saya dengan senang.

Emakkk...kami menang ...!!

Monday 2 March 2015

La Pasta : Spaghetti Instant



Keni penyuka spaghetti.
Jika sempat saya buat sendiri alias manual. Tapi jika terburu-buru saya diselamatkan oleh spaghetti instant ala La Pasta. 
Cukup empat menit...  Taraaaa.... pasta lezat tersaji. 
Siap untuk sarapan atau bekal ke sekolah.

Keni paling lahap jika  saya buatkan La Pasta rasa Cheese Bolognese ( Bolognese Keju) yang tersedia juga dalam kemasan La Pasta Royale  With Cheese Bolognese Sauce

La Pasta  Quick and Easy produksi PT Forisa Nusapersada ( Tangerang) ini terbuat dari gandum pilihan dengan bumbu dan  yang kaya citarasa.

Caranya memasaknya mudah :
Masukan spaghetti/ minyak dan sayuran kering ke dalam 500ml air mendidih selama 4 menit. Aduk sesekali.
Keluarkan Spaghetti dan sayuran kering dari air. Tiriskan
Campurkan Spaghetti dengan bumbu bolognese keju. Aduk hingga merata. Taburkan bawang renyah pedas.
Hidanghkan

Mudah bukan?

Customer Lines
08001233333
email : customer_care@forisa.co.id


Sedikit tentang sejarah spaghetti:
Spaghetti di buat pertama kali di Tiongkok berupa mie. Tahun 1292, Eyang Marcopolo mampir ke Tiongkok dan melihat masyarakat banyak mengkonsumsi mie. Eyang Marco tertarik membawa ke IItalia. Nah ternyata mie ini disukai orang-orang di negara menara Pisa ini, sehingga dikembangkanlah dan diberi nama baru : spaghetti. 

Sedangkan Bolognese berasal dari  salah satu kota di  Italia, yaitu Bologna.
Bolognese adalah saus yang diciptakan oleh juru masak Italia dengan bumbu dasar saus tomat dan daging cincang.
Seiring waktu Spaghetti Bolognese menjadi mendunia dan disukai di berbagai belahan negara.

Selamat menikmati....