Sudah 10 tahun saya tidak merasakan mudik lebaran. Karena itulah sulit bagi kami untuk memiliki foto keluarga besar yang lengkap. Dari sekian foto, dari tahun ketahun, selalu ada yang kurang, yaitu saya.
Kenapa mudik menjadi begitu sulit? Alasannya, pekerjaan.
Jadi kalau di hitung-hitung, selama 10 lebaran saya tidak menjabat tangan Ibu, dan hanya meminta maaf lewat telepon. Apakah saya sedih? Bohong kalau saya berkata tidak. Tapi kadang dalam hidup memang ada hal-hal yang harus di bayar mahal.
Sering sambil menelepon Ibu, saya berusaha menangkap suara-suara kebersamaan di belakangnya. Meskipun samar, saya mendengar suara kakak-kakak yang sedang ngobrol, juga gelak tawa ponakan. Itu sudah cukup membuat saya tersenyum bahagia.
Tapi tahun ini..meski saya tidak mudik, saya beruntung, anak sulung saya Ken, pulang kampung mewakili saya.
Meski merasa sepi, saya senang melihat foto-foto yang dikirim kakak-kakak saya. Ken asyik bersepeda, ken dengan baju kokonya, ken asyik bakar ikan,dan juga naik perahu.
Saya lega, karena apa yang Ken lakukan disana, sebenarnya sebagian besar ingin dia kerjakan di Jakarta, tapi selalu ada alasan untuk tidak mengabulkannya.
Karena alasan ini pulalah, Si Ken merasa tak ingin pulang ke rumah.
Sebagian dari hati saya bisa memahami..karena saya merasakan hal serupa.
No comments:
Post a Comment