Kami punya motor tua, dia lahir 10 tahun lalu. Sudah buluk sekarang. Saking buluknya, saya rasa malingpun ogah mencurinya (karena akan susah dijual). Mau di jual onderdilnya alias di preteli malah akan makin susah jualnya, wong onderdil udah sepuh semua. Berkali-kali suami lupa mencopot kunci (alias kunci tergantung di motor dengan indahnya), tetep itu motor tidak hilang. Saya rasa malingpun buang muka melihat motor itu.
Tapi, biarpun buluk, motor ini jasanya sangat banyak. Bisa dikata 90 % kehidupan kami ditopang oleh jasanya, dan juga banyak memberi kebahagiaan untuk Si Ken. Berkat bantuannya kami tidak harus naik turun angkot dan lepas dari kemacetan Jakarta.
Dan, selayaknya motor tua iapun kerap bermasalah, mulai dari lampu, rantai, ban hingga rem. Saking tuanya itu motor sudah aus di sana sini. Mur dan baut sudah patah dan berkali di ganti. Sampai-sampai kadang kami khawatir motor itu sudah tak sanggup lagi menahan beban kami yang semakin menggendut. Kami khawatir motor itu tiba-tiba lepas seluruh bodinya alias ambrol...hahaha
Tapi Si Motor Tua ini seperti tahu saat yang tepat dia harus "rewel", yaitu saat kami baru ambil uang dari ATM. Begitu tahu ada uang di saku, mulailah menunjukan penyakitnya, yang lebih sering sih ban kempes, mati lampu atau rantai yang copot..
Ya, saya sih mikirnya positif aja, itu artinya si motor ini tahu diri, kalau tahu si tuannya nggak punya uang ya dia nggak rewel. Dan jika dia rajin kempes ban, anggap saja itu rejeki si abang tambal ban.
Bagaimanapun juga, seharusnya Si Motor memang pensiun, ia sudah lelah menyusuri Jakarta dan sekitarnya, sudah saatnya digantikan oleh si roda dua yang baru. Syukur-syukur digantikan si roda empat.Tapi berhubung uangnya belum di cetak..hahaha... ya....sabar dulu saja ya M ot...
No comments:
Post a Comment