Tuesday, 6 May 2014

Selera Kampung Yang Bikin Bingung


Karena lahir dan besar dipinggir hutan, selera makan saya juga makanan kampung. Dan biasanya saat pulang kampung adalah saat indah  saya kembali ke selera asal. 

Sayur daun ubi jalar, jantung/bunga pisang, nasi jagung, nasi kerekel (nasi dari singkong yang di keringkan), buntil (daun talas),tumis daun pepaya, lompong (sayuran dari batang dan talas) dan kecipir menjadi sangat istimewa.
Tapi moment pulang kampung adalah moment yang sangat jarang, belum tentu satu tahun sekali bisa..Sehingga kalau rindu amat sangat, sayapun bingung bagaimana mendapatkan bahan mentahnya.Mau tidak mau saya "berburu" bahan makanan ini di sudut-sudut pasar di Jakarta dan berharap saya beruntung.

Ketika hamil Ken, saya ingin aneka rupa makanan kampung itu. Pertama saya ingin daun ubi jalar. Dipasar saya kadang beruntung menemukan tapi lebih sering tidak.Juga di Superindo, kadang ada seringnya tidak. Usut punya usut konon malah si daun ubi jalar ini lebih mudah ditemukan sudah menjadi menu makanan di restoran-restoran Korea atau Jepang. Dan saya pernah menyaksikan di salah satu program televisi jika daun ubi jalar ini di eskpor kedua negeri itu. 
Nah..dimasak apa sih daun ubi jalar?. Saya biasanya cukup menumis, atau membuat sayur bening atau dibuat lalap.
Terus..bagaimana dengan buntil daun talas? Saya belum pernah menemukan di Jakarta. Yang berhasil saya temukan adalah buntil daun singkong. Rasanya beda karena daun singkong lebih alot, sedangkan daun ubi talas empuk lumer di mulut. Dan dari semua buntil daun talas yang pernah saya nikmati, buatan almarhum Nenek sayalah yang paling uenakkkk.

Lalu kecipir..hmmm si sayur hijau ini enak di tumis atau di rebus untuk lalapan. Daunnya juga nikmat disayur bening. Di Jakarta tidak terlalu sulit menemukan sayuran merambat ini. Di pasar banyak, di supermarket ada tinggal comot . Harganya yang pasti lebih miring di pasar tradisional atau di abang gerobak sayur.




Terus kalau sayur lompong? Lagi-lagi buatan nenek saya yang terbaik (menurut lidah saya). Empukkkk sekali. Nenek saya berhasil mengenyahkan rasa gatal di lidah yang dihasilkan oleh si batang talas ini.
Batang talas di potong-potong kecil dan di sayur dengan santan dan ditaburi sedikit ikan asin. Duh....ini enak sekali dimakan dengan nasi jagung. Bahan mentah si sayur lompong ini tidak saya temui di pasar manapun. Tapi saya tidak habis akal, saya beli Talas Bogor. Saat membeli masih ada sedikit batangnya bukan? Nah jangan dibuang..karena batang ini begitu enak di masak dengan santan.

Dan....kalau jantung pisang...sebenarnya tidak sulit ditemukan di supermarket besar tapi tidak menjamin bunga/jantung pisang ini bisa dikonsumsi.Seringnya yang saya dapatkan pahit. Memang tidak sembarang bunga pisang bisa di masak. Setahu saya yang tidak pahit adalah bunga pisang kepok. Dan sejauh ini yang saya temukan di pasar tradisionallah yang bisa di konsumsi. Kalau membeli di supermarket, sebagai gambaran, dari yang empat saya beli, hanya satu yang tidak pahit. 
Bunga pisang ini dimasak dengan santan dan daging cincang atau bisa juga dengan teri.Yummmyyyyyy

Lalu bagaimana dengan nasi jagung? Nasi berwarna kuning dengan bentuk butiran-butiran kecil bulat ini saya belum pernah temui di jual di Jakarta. Jadi jika rasa pingin mencicipi kambuh...saya minta dikirim dalam bentuk kering dari kampung.Dan setibanya di Jakarta sy tinggal kukus. Tapi rasanya memang tidak segurih yang tanpa proses pengeringan (kalau di pikir-pikir jika di keringkan apa bedanya ya dengan nasi aking? hehehe)
Terus....kalau Nasi Krekel? Di Jogja disebut nasi tiwul, Terbuat dari singkong yang dikeringkan lalu  di tumbuk kemudian dikukus. Warnanya ada yang hitam, agak hitam, kuning, coklat tua dan coklat pucat Hammm..hammm  ini enak banget dimakan dengan buntil.

Nah teman..jika suatu saat anda melihat ada orang belanja dengan keranjang isi sayur mayur dan nasi seperti diatas...kemungkinan itu adalah ....saya.



No comments:

Post a Comment