Berhadapan dengan Masjidil Haram, ada gedung tinggi menjulang plus jam super besar dipuncaknya. Ya boleh dibilang ini "big ben-nya" Arab Saudi. Di gedung ini dihuni oleh beberapa hotel. Apa saja namanya saya lupa, wong namanya panjang dan dalam bahasa Arab. Di lantai basement gedung ini ada pasar tradisional, harga barangnya murah-murah. Misal all item 15 real, all item 3 real. Barang-barang yang dijual antara lain, baju, pasmina, aneka souvenir dan juga makanan (kurma, kismis, aneka kacang-kacangan dan coklat). Tapi belanja di sini kita harus ingat persis jalur yang kita lewati agar tidak tersesat.
Nah, soal tersesat ini saya pernah mengalami (ndak papa ya tersesat di pasar, asal bukan di Masjidil Haram heheh).
Begini ceritanya :
Saking asyiknya memilih barang ini itu (teman yang milih dan berbelanja, saya sih penonton aja, wong real saya sudah menipis), kami sampai lupa jalan keluar. Sambil kebingungan kami ikuti saja petunjuk anak panah bertuliskan exit. Nahhhh....tulisan exit ini ujungnya di anak tangga yang setelah kami turuni ternyata.....astaga..nggak ada pintu keluar, yang ada adalah parkiran yang temaram. Kami turun sampai tiga lantai hingga sampailah kita dilantai dasar yang super dekil. Lantai itu berisi panel-panel AC dan aneka istalasi listrik yang super seram dirasa.
Tuingggggg....tiba-tiba munculah seorang pemuda yang saya duga pendatang dari Pakistan.
Pemuda berkopyah itu kebingungan melihat saya dan tiga teman saya. Dari tatapan matanya saya terjemahkan ia berkata.."Loh ini emak-emak ngapain pada kemari?"
Cas cis cus pakai Bahasa Inggris, si abang Arab itu nggak ngerti.Akhirnya saya menggunakan bahasa tarzan yang..bunyinya begini.."exit..exit..Masjidil Haram...
Ahaaaa..setelah dia denger kata Masjidil Haram...dia bersedia membantu Tapi, ternyata dia membawa kami ketempat semula yaitu ke tangga awal bertulisakan exit tadi (yaealah abangggg...).
Ya wes lah..nyari sendiri aja jalan keluar. Kami jalan lagi dengan dengkul lemes. Mengikuti lagi tulisan exit..lha..kok kembali lagi ke tangga semula. Walhasil akhirnya saya memutuskan bertanya kepada bapak-bapak berjenggot putih yang sedang menyapu lantai..
Ya wes lah..nyari sendiri aja jalan keluar. Kami jalan lagi dengan dengkul lemes. Mengikuti lagi tulisan exit..lha..kok kembali lagi ke tangga semula. Walhasil akhirnya saya memutuskan bertanya kepada bapak-bapak berjenggot putih yang sedang menyapu lantai..
Cas..cis cus....dia nggak ngerti bahasa Inggris....akhirnya saya bilang.."Masjidil Haram..exit..."
Ya..ya..akhirnya Sii Bapak Berjenggot itu mengerti kalau kami akan keluar pasar menuju Masjidil Haram.Si Bapak Tua ini mau memandu kami tapi dengan catatan ia minta uang. Lalu berjalanlah kami berendengan. Si Bapak Janggot berjalan di depan. Kami tersuruk suruk di belakang sambil bisik-bisik berembuk. Usut punya usut kami berempat sudah tidak punya lagi uang pecahan kecil untuk diberikan kepada Si Bapak Tua itu...Nggak mungkin kan kita kasih 50 real, bisa-bisa kami bangkrut.
Akhirnya kami berempat bikin kesepakatan. Apa itu?
Yah,,,saudara-saudara, maaf, kami memutuskan kabuuuuuurrrrrr..
Yang pasti pas kami belok kelorong pertokoan lain Si Bapak Tua itu tak menyadari..sehingga dari kejauhan dia masih nampak ngomong sendiri karena mengira kami masih di belakangnya.
Kamipun lalu lari tunggang langgang...dan akhirnya di ujung pelarian itu kami menemukan tangga berjalan menuju Masjidil Haram.
Legaaaaa
Legaaaaa
Maaf ya Pak Tua....lagian masak minta petunjuk jalan keluar aja kita musti bayar..
Catatan : di gedung seperti nampak di belakang saya ini lah letak pasarnya..ada dilantai bawah tanah. Maaf si Jam Gedenya ndak ke foto..kameranya nggak muat..xixix ( ngeles tingkat tinggi)
No comments:
Post a Comment