Maret 2014
Pertama melihat Ka'bah secara langsung, saya merasa ada kupu-kupu yang terbang di perut saya. Konon itulah rasa yang sama ketika seseorang jatuh cinta. Seluruh pembuluh nandi saya terasa menghangat dan kaki saya terasa ringan.
Inikah Ka'bah yang selama ini saya bayangkan ?
Seluruh indera saya menjadi siaga..lalu terpana.
Tak terasa air mata mengalir deras tak terbendung.
Seluruh indera saya menjadi siaga..lalu terpana.
Tak terasa air mata mengalir deras tak terbendung.
Ka'bah semula saya pikir kecil dengan ruang gerak tawaf luas. Ternyata..sebaliknya.
Subhanalloh... meski ruang gerak sekeliling Ka'bah tidak luas, ajaibnya bisa menampung jamaah, tak peduli berapapun banyaknya.
Tawaf pertama saya alami di malam hari, dan selesai lewat tengah malam.
Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata betapa indahnya perasaan saya saat itu. Ketika kaki saya masuk pusaran manusia yang terus berputar, saya seperti terhanyut dalam daya maha besar yang membuat saya merasa sangat kecil.
Dasyat rasanya di kelilingi orang dari seluruh penjuru dunia namun dengan tujuan sama : ibadah.
Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata betapa indahnya perasaan saya saat itu. Ketika kaki saya masuk pusaran manusia yang terus berputar, saya seperti terhanyut dalam daya maha besar yang membuat saya merasa sangat kecil.
Dasyat rasanya di kelilingi orang dari seluruh penjuru dunia namun dengan tujuan sama : ibadah.
Dan ketika saya bisa mencium Ka'bah, tangis yang pecah terasa melonggarkan seluruh rongga hati saya, menyisakan kedamaian.
Sungguh menentramkan hati, ketika
di sepertiga malam saya bisa memandang Ka'bah dari ketinggian, dengan
burung-burung yang tak kenal lelah terbang mengitarinya.
No comments:
Post a Comment