Tiba di Nabawi menjelang subuh, (karena harus antri mandi, kami berempat/satu kamar) ketinggalan subuh berjamaah. Dengan berlari kami hanya mendapat satu rakaat, dan kamipun terpaksa sholat di halaman Nabawi disela-sela gerobak kaki lima. Selesai sholat kami kembali ke hotel, tapi kemudian kembali ke Nabawi untuk Sholat Duha.
Setelah Duha..ahaaa..kantuk menyerang luar biasa..maklum 2 malam sebelumnya kami habiskan di perjalanan tanpa tidur cukup. Sepakat pulang ke hotel, kami malah kemudian terseret dalam pusaran jamaah yang di "giring" oleh polisi wanita yang bercadar dan gagah perkasa.
Setelah Duha..ahaaa..kantuk menyerang luar biasa..maklum 2 malam sebelumnya kami habiskan di perjalanan tanpa tidur cukup. Sepakat pulang ke hotel, kami malah kemudian terseret dalam pusaran jamaah yang di "giring" oleh polisi wanita yang bercadar dan gagah perkasa.
Gelombang jamaah semakin banyak, mereka datang berdasarkan rombongan travel biro. Sementara kami berempat seperti ayam yang terpisah dari induknya dan nempel ke rombongan sana sini. Sempat kami memutuskan untuk keluar rombongan dan mencari pintu pulang ke hotel, tapi malah kami kena tegur polisi dan diminta masuk kembali ke dalam rombongan. Akhirnya kamipun pasrah ikut arus tanpa tahu kami akan kemana.
Setalah kurang lebih satu jam kami disuruh duduk, lalu bergeser, disuruh duduk lagi..bergeser lagi..berkali-kali,rombongan kecil kami akhirnya terpekik riang. Aha..aha..ternyata kami terbawa arus di tengah jamaah dari berbagai negara yang antri menuju ke Makam Nabi Muhammad.....Masyaalloh
Begitu kami tiba..tepat di depan makam Nabi Muhammad teringat ucapan ustad yang meminta kami mencari lokasi terbaik untuk berdoa..karpet hijau.
Setalah kurang lebih satu jam kami disuruh duduk, lalu bergeser, disuruh duduk lagi..bergeser lagi..berkali-kali,rombongan kecil kami akhirnya terpekik riang. Aha..aha..ternyata kami terbawa arus di tengah jamaah dari berbagai negara yang antri menuju ke Makam Nabi Muhammad.....Masyaalloh
Begitu kami tiba..tepat di depan makam Nabi Muhammad teringat ucapan ustad yang meminta kami mencari lokasi terbaik untuk berdoa..karpet hijau.
Naaaaah saya tepat berada di atas karpet hijau sekarang dan tangan saya bisa menyentuh tembok makam Nabi...
Tak terasa tangis saya pecah...saya yang kotor, hina dina ternyata di beri kesempatan berada di titik ini.Titik terbaik untuk berdoa di Madinah.
Tapi gelombang jamaah terus masuk, sebagian dari mereka wanita-wanita bangsa Arab yang memiliki badan hampir sebesar lemari baju di rumah saya. Bagaimana saya bisa menyeimbangkan diri dengan "kebesaran" mereka. Namun..keajaiban memang selalu ada.
Tiba-tiba saya menemukan ruang terbuka di depan saya, seolah memberi jalan untuk saya Sholat Mutlak segera. Dan tanpa pikir panjang saya segera berniat dan sujud dengan sempurna. Subhanalloh...semua doa saya tuntaskan di sini..
Begitu selesai...sambil masih menahan isak tangis haru dan bahagia, kami dengan mudah menemukan pintu keluar....
Sambil berjalan pulang menuju hotel, kami berempat tertawa bahagia...kami menamakan pengalaman kami ini..tersesat membawa berkah...
Tersesat namun kemudian kami "terdampar" di makam Nabi Muhammad.
Masyaalloh..
Dan malam harinya..dengan rombongan lengkap kami kembali ke makam Nabi Muhammad di pandu oleh wanita Indonesia asal Madura, yang justru sibuk bergosip soal artis dan pejabat yang ia pandu sebelumnya dan...mereka konon pelit kasih tips..oalala...
Madinah, 20 Maret 2014
No comments:
Post a Comment