Mengandung pertama kali bagi saya adalah sebuah proses yang penuh "ketidaksabaran" untuk menyentuh si kecil dengan segala kelembutan kulitnya dan kemurniannya. Rasa khawatir tidak bisa melindungi si kecilpun timbul tenggelam. Karena itu saya banyak membaca tulisan tentang bagaimana merawat "serba pertama"
Dan melahirkan anak pertama saya Keni Qorianka Pramono, tujuh tahun lalu, adalah rangkain kejadian dramatis yang beruntun. Bukaan dua saya masih berangkat bekerja naik kereta, (kala itu saya masih jurnalis lapangan). Lalu bukaan terhenti sampai di enam, sehingga harus induksi. Sungguh sakit yang saya tidak bayangkan sebelumnya.
Lamanya proses induksi, menyebabkan saya kehabisan tenaga karena harus menahan nyeri yang luar biasa, sehingga dokter memutuskan proses vakum. Dan lahirlah anak pertama kami dipergantian hari, dengan tangis kencang. Bahagia? Ya..tak terkira.
Tapi drama belum berakhir. Sejam pasca melahirkan saya mengalami pendarahan hebat. Pandangan saya mendadak gelap. Untunglah dengan tenaga tersisa saya masih bisa menekan tombol bantuan. Saya tidak sepenuhnya sadar tapi tidak pula pingsan.
Tapi drama belum berakhir. Sejam pasca melahirkan saya mengalami pendarahan hebat. Pandangan saya mendadak gelap. Untunglah dengan tenaga tersisa saya masih bisa menekan tombol bantuan. Saya tidak sepenuhnya sadar tapi tidak pula pingsan.
Samar saya mendengar teriakan panik suster dan bidan yang berjaga (karena dokter kandungan telah pulang).Tekanan darah saya drop. Saya merasakan seluruh tubuh saya dingin dan tak bisa digerakan. Samar saya masih bisa mendengar suami saya membisikan doa dan kata-kata penyemangat, tapi saya terlalu lemah untuk membuka mata.
Dengan sisa tenaga yang ada, saya berpikir saya akan mati, sehingga saya kumpulkan tenaga untuk berkata :" Jika saya pergi, tolong rawat dengan baik anak kita"
Dan samar saya mendengar suami saya berkata : "Belum waktunya kamu pergi dan akan kita besarkan anak kita bersama"
Berkat bantuan dokter umum yang berjaga,kesadaran saya pulih.Lalu sejam kemudian dokter kandungan datang untuk mengobservasi penyebab pendarahan. Ternyata ada pembuluh darah yang tidak terjahit sempurna di jalan lahir. Dan inilah bagian yang tak kalah melelahkan.....jahitan yang telah rapi dibongkar lagi untuk kemudian dijahit ulang. Prosesnya sungguh menyakitkan dan berlangsung 2 jam..hingga subuh menjelang.
Dan ketika bangun esok paginya..saya melihat bayi kami di samping saya..tertidur lelap dengan keagungannya, dengan kulitnya yang bercahaya.
Dalam hati saya berkata : "Terimakasih Nak..kamu memberi saya kesempatan menjadi seorang Ibu"
Itu tujuh tahun lalu..dan Pampers terbuktikan mampu memberikan perlindungan terbaik untuk kulit buah hati kami.
Selain cinta kasih kami...Pamperslah yang melengkapi perlindungan terbaik untuk kulit si kecil.
http://www.youtube.com/watch?v=xTl6vcaRI00
ceritanya mengharukan mbak, persis cerita ibuku dulu
ReplyDelete