Dimasa kecil saya, tadarus menjadi bagian dari Ramadhan yang sangat saya nikmati. Suara orang mengaji akan terdengar dari pengeras suara surau kami sampai sepertiga malam, membuat malam-malam di kampung kami yang biasanya sepi menjadi sangat hidup.
Ramadhan juga berarti ngabuburit. Dan tempat ngabuburit bagi muda-mudi juga anak-anak adalah di sepanjang pinggir sungai yang bersebelahan dengan persawahan dan perkebunan melati.
Semilir angin sore dengan aneka bunga-bunga liar dan hijaunya sawah dan kebun membuat kami begitu menikmati senja, sehingga tak jarang kami lupa waktu sehingga harus segera berlari pulang untuk tiba di rumah pas adzan tiba.
Selain itu suara beduk yang ditabuh sehari menjelang Idul Fitri sangat saya tunggu, karena rasanya sangat syahdu. Suara bedug itu adalah pertanda hari kemenangan akan segera tiba.
Dan kini setelah saya tinggal di ibukota, tadarus, ngabuburit di pinggir sungai dan suara bedug bertalu-talu sebelum lebaran tak lagi saya bisa nikmati, tinggal menjadi kenangan yang indah dan akan selalu saya rindukan. Seandainya saya bisa memutar waktu, saya sangat..sangat ingin kembali ke masa itu.
No comments:
Post a Comment