Pukul 17.30 WIB, seorang nenek dengan barang dagangannya masuk ke
kereta (gerbong wanita) dengan sempoyongan Saya yang berdiri di depan
pintu memeganginya agar tidak jatuh. Saya sarankan sang nenek
duduk di kursi prioritas, tapi nenek itu menolak dengan alasan duduk di
kursi prioritas yang berada tepat disambungan kereta membuat perutnya
sakit.
Saya lihat sekeliling tak ada yang bergerak berdiri memberi kursi.
Gila....apa satu gerbong tak ada yang sahur sehingga sudah lunglai semua
tanpa mampu berdiri lagi. Saya lihat gaya manusia-manusia tak punya
perasaan ini macam-macam, ada yang tidur nyenyak (sepertinya mereka
mengabaikan saran Bang Rhoma Irama untuk tidak begadang, ataukah mereka
semalam ikut tarawih 32 rokaat ? ), ada yang asyik mendengarkan musik
sambil merem melek, dan ada yang bermuka masam kaya bacang setengah
matang.
Duh gemes saya, mulut rasanya pingin ngomel, tapi nanti puasa batal.
Duh gemes saya, mulut rasanya pingin ngomel, tapi nanti puasa batal.
Dalam hati saya bertanya-tanya..terbuat dari apakah hati dan otak
mereka yang duduk ? Apa yang mereka pelajari di sekolah, tidakkah mereka
teringat ibu mereka, tidak kah mereka berpikir nantinya mereka akan
setua ibu itu pula?
Setelah saya dalam hati capek bertanya-tanya, barulah ada wanita muda
yang berdiri memberikan bangkunya. Rupanya agak lambat dia terketuk
hatinya.
Bagi saya..saya bersyukur..masih ada yang agak lambat peduli..daripada
tidak sama sekali. Dan bagi yang diam dan duduk saja, dimata saya,
mereka sampah belaka.
Jakarta, Commuter Line, 5 Juli 2014
No comments:
Post a Comment