Sunday, 1 June 2014

Air Mata Untuk Si House Keeper

Ketika saya masih pekerja lapangan, saya sering naik ojek dari Blok M-Lenteng Agung dan sebaliknya. Cara ini saya tempuh agar saya tidak gila menahan macet di dalam kopaja. 
Dan yang namanya tukang ojek, pasti macam-macam karakternya, ada yang baik/ramah, ada yang cuek/pendiam, ada yang menyetir kasar ada pula menyetir halus. 
Tapi, sekali saya temui tukang ojek yang galau. Waduh....mak..bagaikan saya ini sahabatnya, dia curhat sepanjang perjalanan. Saya yakin, saat orang yang melintas melihat pasti mereka menduga kami ini sahabat karib.
Hahaha....

Berikut beberapa potongan dialognya :

"Mba, house keeper  itu apa ya?"

Saya sebenarnya ingin tertawa, tapi saya tahan.

"Oh, ya..semacam penata, perawat  rumah atau apartemen dan hotel  bisa juga.. gitu lah bang.." Saya mencoba mencari padanan kata sehalus mungkin.

" Iya..istri saya tuh  ngakunya kerja jadi house keeper, demikian juga selingkuhannya. Dia sering memberi saya penjelasan dengan bahasa-bahasa aneh keinggris-inggrisan yang saya tidak mengerti mba. Pokoknya sekarang istri saya sangat gaya dah..Mentang-mentang saya hanya kerja begini, saya direndahkan, tidak dianggap.
Maaf ya mba saya cerita begini..saya sudah nggak kuat dan tidak tau harus cerita sama siapa. Mba kerja di radio kan? Biasanya kalau radio ada acara yang curhat-curhat gitu kan mba? Jadi bolehlah saya curhat sama mba, anggap saja saya pendengar radio yang lagi curhat"


Yaelah bangggg..radio saya kan radio berita, kalau radio yang curhat begituan radionya tetangga..hahaha


Bla..bla..bla. Suara si abang timbul tenggelam diantara suara deru kendaraan, klakson dan terompet tukang roti, hingga cerita selanjutnya yang sampai ke telinga saya juga hanya sepotong-sepotong terdengar.
Saya yang takut salah berkomentar hanya menjawab dengan kalimat -kalimat pendek " Oh gitu bang..Oh..gitu bang.."demikian seterusnya.

Hingga kemudian terdengar suara adzan magrib, si abang ojek minta ijin berhenti sebentar
"Maaf ya Mba, saya ijin buka puasa sebentar, hanya minum air putih kok. Saya muasain istri saya mba, sy berdoa agar istri saya segera sadar dan sakit hati saya hilang"

Waduh..sy lihat si abang ojek itu menangis.

Sejenak saya bengong.

Dalam hati..dengan sangat tulus, saya berdoa semoga Tuhan mengabulkan doanya.
Sabar ya bang.....



Jakarta, 2005

No comments:

Post a Comment