Saturday, 28 June 2014

Cinta Pertama


Ketika kelas 2 SMP saya diam-diam jatuh cinta dengan Ketua OSIS ( hahah..setipe banget yah dengan sinetron-sinetron ABG di televisi ). Dan dimana-mana, yang namanya Ketua OSIS, pasti banyak yang menyukai. Saingannya  banyak, mereka lebih pintar, lebih kaya juga lebih cantik dari saya. Karena itulah saya lebih memilih memujanya dalam hati saja.

Nah..disekolah saya ada kebiasaan unik ketika pembagian rapot. Juara satu sampai 3 tiap kelas akan diumumkan di saat upacara bendera hari Senin. Yang namanya disebut harus maju ke depan tiang bendera, di jejerkan dengan rapi jali. Dan saya bertekad ada dibarisan bergengsi itu. Kenapa? Karena saat berbaris disitulah satu-satunya kesempatan saya bisa bersebelahan dengan Si Ketua Osis ini. Hahahah..modus..modus..

.
Untuk mengalahkan dia di posisi satu tidaklah mungkin, karena saya lemah di matematika. Sementara Si Ketua yang saya  kagumi ini jago disemua mata pelajaran.

Wah..ketika nama saya dan dia dipanggil berurutan, serasa melayanglah jiwa dan raga. Jantung saya berdetak keras. Bukan karena grogi dilihat oleh ratusan pasang mata, bukan karena predikat rangkingnya, tapi..karena saya begitu dekat dengan Sang Ketua.


Dan..ada satu moment yang akan saya ingat seumur hidup sebagai kenangan lucu cinta monyet. Saat itu Guru Bimbingan Penyuluhan (BP) memberi kami semua secarik kertas, dan kami di beri pertanyaan yang sama : Seandainya ada kelompok belajar, siapakah yang akan kalian pilih sebagai teman satu kelompok. Sebutkan maksimal 4.


Seminggu kemudian diumumkan bahwa nama sayalah yang paling banyak disebut oleh teman-teman. Dan...tebak siapa yang menyampaikan hasil survey itu kepada saya? Sang Ketua OSIS!

Tiba-tiba, dia yang berada cukup jauh dari tempat duduk saya, mendekat, dan berkata pada saya :

"Ada pesan dari Pak Bambang (Guru BP kami), kamulah yang paling disukai teman-teman di kelas ini. Jadi jika nanti ada teman yang berselisih, kamu diharapkan membantu menyelesaikan"


Olala..Itu adalah kalimat pertama, dan satu-satunya yang ia katakan pada saya sampai akhirnya kami lulus SMP.


Dan sayapun bertanya-tanya, diantara 4 nama yang dia tulis di secarik kertas, apakah dia menuliskan nama saya?


Entahlah...saya rasa  tidak.

No comments:

Post a Comment