Monday, 30 June 2014
Takir
Di masa SD saya, membawa bekal ke sekolah belumlah populer. Hanya disaat-saat istimewa saja kami diwajibkan membawa takir. Apa itu? Takir adalah nasi yang di bungkus dengan daun pisang atau daun jati, ditambah lauk-pauk. Ibu saya biasanya memberi saya nasi berteman ikan goreng mujair dan serundeng.
Takir ini akan saya tenteng ke sekolah jika ada perayaan Maulid Nabi, Isra Mi'raj dan juga 17 Agustusan. Sehari sebelumnya saya sudah heboh mengingatkan agar Ibu tidak lupa menyiapkan lauk dan nasi, sementara sayalah yang bertanggungjawab menyiapkan daun pembungkusnya .
Dan "bobot" takir ini akan semakin oke, ketika malam takbiran, karena menunya biasanya istimewa, ada potongan daging sapi sebesar dadu monopoli, atau juga daging ayam, dan gurameh lengkap dengan potongan mentimun. Inilah takir paripurna yang sangat saya tunggu.
Kini, sudah puluhan tahun, jauh dari kampung halaman, takir tak lagi bisa saya nikmati. Di Jakarta, sebagai gantinya saya sering menikmati nasi kotak atau nasi bungkus kertas minyak. Tapi seenak-enaknya nasi kotak, tak pernah bisa mengalahkan sedapnya nasi takir khas kampung saya.
Dan....diawal ramadhan ini, terbayang di mata, nasi takir dengan lauk potongan daging sapi plus serundeng kelapa, dinikmati bersama di mushola desa kami yang sederhana.
Amboiiii..nikmatnya.
Sumber foto : dekap.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment